Hoy guyss mohon maaf, sepurane, hampura, i'm sorry, joesonghabnida.. update lama karena emang bener-bener lagi sibuk.. yang kesel sama author boleh cungkan tangan.. cungin doang yakss jangan ngehajar wkwk
Langsung ajadeh, happy reading guys.. wish you enjoy it ;)
Ehh yang baca jam segini masih manusia kann?? hehe piss
🍁🍁🍁
Rain dengan cekatan memotong bahan-bahan untuk sup kesukaan Fatar. Pagi ini dirinya sengaja bangun lebih pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk semua.
"Pagi," bisik Fatar sembari memeluk Rain dari belakang.
Rain tersenyum dan menoleh pada Fatar yang sedang asik bersandar dibahunya. "Mandilah, aku siapkan sup untuk sarapan," kata Rain.
Fatar mengecup bibir Rain dan tersenyum manis. "Terima kasih," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Rain.
Seperti itulah Fatar, pria paling hangat yang pernah Rain kenal. Wajar jika saat ini Rain merasa tidak pantas untuk menjadi seorang istri dari pria sebaik Fatar.
Dulu semua terasa mudah sebelum Karel datang. Meski rumah tangganya sulit karena dirinya tidak mencintai Fatar tapi dia selalu berusaha menjadi istri yang baik dan melayani Fatar sebaik mungkin.
Bukannya dia menyalahkan Karel, ini salahnya sendiri. Seharusnya dia sejak awal sadar kalau nasi sudah menjadi bubur. Dirinya telah menikah dengan Fatar dan tidak akan mungkin melanjutkan cinta butanya dengan Karel.
Airmatanya kembali menetes, hidupnya terasa sangat berat karena menanggung beban kebohongan besar.
Karena hari ini hari minggu jadi semua bisa makan dengan santai tanpa harus mengejar waktu. Keyla dan Rasya sibuk dengan makanannya masing-masing dan mengabaikan ocehan Rain tentang kebiasaan buruk kedua anaknya itu.
"Aduh!! Mama udah bilang sebelum sarapan cuci muka dulu kalau malas mandi.." oceh Rain masih dengan apron masaknya.
Fatar terkekeh geli melihat wajah kesal istrinya itu. "Heyy apa kalian sangat suka membuat Mama marah?" tanya Fatar pada kedua anaknya.
Rain mendengus kesal, "itu semua menurun darimu," gerutu wanita itu. Dia melepas apronnya dan duduk disamping si kecil Keyla.
"Loh apa salahku?" tanya Fatar.
Rain bertopang dagu dan melotot pada suaminya. "Masih tanya?"
"Ohh oke-oke sayang, jangan kesal begitu," kekeh Fatar. Rain menghela nafas dan mulai sarapannya. Sudah biasa begini, Rain mengomel dan Fatar yang bisa meredakannya.
Biasanya jika hari minggu Fatar akan mengajak kedua anaknya jalan-jalan sedangkan Rain lebih memilih berdiam diri di rumah dan menonton televisi, tapi untuk beberapa minggu terakhir ini Rain ingin ikut. Alasannya tentu saja karena dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya.
Rain menatap pantulan tubuhnya di cermin yang ada di hadapannya. Tubuhnya masih ramping meski telah melahirkan dua kali.
"Kamu pucat," gumam Fatar.
Rain menoleh dan tersenyum kecil. "Mungkin kelelahan," jawabnya.
Fatar menghela nafas dan menarik Rain hingga wanita itu terduduk dipangkuannya. "Sudah kubilang jangan terlalu banyak kegiatan," katanya.
Rain melingkarkan lengannya di leher Fatar. "Aku tidak apa, jangan khawatir," jawab Rain.
"Kamu yakin akan ikut?"
Rain mengangguk antusias, "aku bosan di rumah," ucapnya manja.
Fatar tersenyum dan mengusap kepala Rain. "Kita ke rumah Karel saja hari ini, anak itu kemarin mengeluh padaku karna Fian sangat manja," kekehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Dream Wedding
Storie d'amoreSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT. Ini bukan pernikahan impianku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang kucintai setidaknya aku harus bisa menikah dengan orang yang sangat mencintaiku. Sedangkan pernikahan ini? tidak sama sekali. Kami t...