10. Pria gila

94.3K 6K 371
                                    

Maaf yaa, pesan kemarin belum pada ku bales.. kearin lagi ujian.

Langsung aja deh, happy reading guys :)
********

Fian POV

Rasanya menyebalkan saat badanmu pegal dan kamu harus tetap berdiri tegak dengan sepatu yang terkutuk ini ohh yaa ditambah lagi kamu harus terus memasang senyum hingga rasanya tulang pipi pegal. Yah aku sedang berada di posisi yang sangat sial itu. Disampingku Karel sedang memainkan ponsel.

"Kapan acara ini akan selesai," rutukku.

"Sabar saja." jawaban itu membuatku menoleh takjub, padahal aku hanya berbisik pelan tapi Karel bisa mendengarnya. Tajam juga pendengaran orang ini.

Aku bersedekap di sampingnya. "Kamu enak bilang begitu!! lihat.. kakiku biru," ucapku sembari mengangkat kaki. Oh sial, kenapa aku bisa lupa kalau sekarang sedang mengenakan kebaya. Hampir saja aku terjelengkang kebelakang kalau saja Karel tidak buru-buru merangkul pinggangku.

"Dasar bodoh!" serunya di dekat telingaku. Huhh yah kali ini aku mengakui kebodohanku.

"Tutup mata kalian anak-anak," suara itu membuat aku dan Karel menoleh. Ehh siapa wanita ini, sepertinya aku baru melihatnya sekarang. "Kalian harusnya tau kalau disini banyak anak kecil," kekeh wanita cantik itu.

Karel melepas rangkulannya lalu memeluk wanita itu. "Hay kak,"

"Happy wedding yaa sepupu unyu gue!! hehe cepet-cepet dapet momongan deh," celotehnya. Ia beralih padaku yang masih memasang wajah bingung. "Hay cantik, happy wedding yaa.. ohh iya kenalin, gue kakak sepupunya Karel, panggil kak Sesil aja," ucapnya, ia memelukku dan aku membalas pelukannya.

"Makasih yaa kak," ucapku.

"Nah anak-anak, kenalkan ini tante baru kalian,"

"Tante cantik siapa namamu?" tanya seorang anak laki-laki dengan dasi kupu-kupu yang membuatnya semakin imut.

Aku tersenyum dan berlutut di depannya. Dengan gemas ku acak rambut coklatnya, "Fian, kalau kamu siapa tampan?"

"Aku Levin dan ini saudara kembarku Laura," jelasnya.

"Hay aunty Fin," ucap Laura. Keningku berkerut mendengar panggilannya.

"Fin?" tanyaku.

Kepalanya mengangguk dengan polos. "Iya.. Rara mau panggil aunty Fin aja biar Rara gampang inget," polosnya.

"Ehh Levin juga deh," timpal si kecil yang tampan ini.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Kalian boleh panggil aunty apa aja," jawabku. Kak Sesil mencibir pelan karena sekarang anak-anaknya asik denganku.

Selanjutnya aku terus bercanda dengan si kembar, yahh setidaknya aku tidak perlu melewati waktu membosankan dengan berdiri di samping Karel. Lagipula kulihat Karel juga sibuk mengobrol dengan teman-teman kantornya.

Tiba-tiba alunan musik klasik terdengar sangat indah. Tunggu dulu, bukankah ini tidak ada di urutan acara. Kepalaku menoleh ke berbagai arah hingga lenganku di tarik oleh ibu mertuaku.

"Sekarang waktunya dansa sayang, sana ajak Karel,"

Mataku melebar sempurna, berdansa? apa-apaan ini. Ini sama sekali tidak ada dalam rencana. "Emm aku tidak bisa berdansa ma, aku menonton kalian berdansa saja," pintaku.

"Ehh ini kan pesta kalian sayang," ucapnya dengan senyum geli. Huhh yahh kalau sudah begini mau bagaimana lagi. Dengan pasrah kakiku melangkah menghampiri Karel.

"Apa?" tanya Karel saat aku sudah berada di sampingnya.

"Mama menyuruh kita untuk berdansa," ucapku dengan berbisik. Karel nampak berpikir sebentar kemudian mengangguk.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang