Hayyy lama yaa.. maapkann
Hehe langsung aja yaa happy reading 😉😘
🍁🍁🍁
"Ndaaa.." teriakan nyaring itu milik Caramel Starla Rajendra. Putri satu-satunya di rumah ini. Dua tahun setelah si kembar lahir Karel dan Fian dikaruniai seorang putri yang cantik. Wajahnya mirip seperti putri pertama mereka Irish. Fian berjalan cepat ke taman belakang menghampiri putrinya itu.
Masih dengan apron yang menutupi pakaiannya, Fian berkacak pinggang kesal menatap ketiga anaknya. "Ini apa sih teriak-teriak? bunda lagi masak," omelnya.
Caramel cemberut kesal, dia melipat tangannya di depan dada. "Abang Lafan sama bang Alkan nakal ndaa.." adunya dengan nada merajuk yang lucu.
Fian menghela nafas, dia mendekati putrinya itu dan menggendongnya. "Kara sama ndaa aja yaa?" bujuknya.
"Huuu Kara cengeng!" ledek Arkan.
Rafan terkekeh dan mengangguk, mereka tadi sedang mengganggu adiknya yang sibuk mengejar kupu-kupu. "Huaaa ndaaa.. Kala nggak cengeng.." tangisnya meledak. Berbeda jauh dengan apa yang dikatakan anak itu tadi.
Fian tersenyum geli. "Katanya nggak cengeng? kok nangis?" tanya Fian sembari mengusap air mata Caramel.
Rafan mendekat dan ikut mengusap pipi Caramel. "Maaf yaa, ntar abang tangkepin lagi kupu-kupunya."
Rafan dan Arkan memang sama-sama jail, tapi Rafan memiliki batasan. Jika Caramel sudah menangis dia akan berhenti dan akan menghibur adiknya. Sedangkan Arkan, dia tidak akan berhenti tapi meski begitu jika ada yang berani macam-macam dengan Caramel maka dia yang pertama maju.
"Pokoknya nanti Kala bilangin sama ayah!" ucap Caramel dengan memeletkan lidahnya.
"Bilangin aja sana!" jawab Arkan dengan cuek. Rafan mengetuk kepala adik yang lahir lima belas menit setelah dirinya ini.
"Udah, ntar Bunda ngomel!" ucap Rafan.
Fian menggelengkan kepalanya, rumah ini menjadi sangat ramai dengan kejailan si kembar pada adik perempuannya. Dia tersenyum dan mengusap kepala Rafan dan Arkan.
"Mandi gih! sebentar lagi Bang Raka pulang sekolah, nanti kalian diomelin loh," ucap Fian.
"Siap Ndaa.." ucap si kembar dengan bersamaan. Mereka berangkulan masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamar mereka.
Fian menggendong Caramel ke dapur. Disana Meri sedang berkutat dengan adonan kue. Fian meletakan putrinya di meja pantri. "Disini aja liatin Ndaa, oke?"
Caramel mengangguk, dia mengambil semangka di dekatnya dan makan dengan lahap tanpa peduli tetesan airnya mengotori baju yang dia kenakan.
Raka pulang dengan wajah lelah, dia langsung duduk di kursi pantri. Ini tahun pertamanya masuk sekolah menengah pertama dan dia masuk ke sekolah yang jam belajarnya dimulai dari pukul tujuh pagi sampai setengah empat sore.
Caramel tersenyum lebar, dia langsung memeluk leher Raka. "Bang Lakaa!!" teriaknya.
Raka tersenyum dan mengusap kepala adiknya. "Kara kenapa duduk disini?" tanya Raka.
"Kala dinakalin bang Lafan sama bang Alkan," adunya dengan tangisan heboh. Padahal tadi anak itu sepertinya sudah lupa karena sibuk dengan semangkanya. Selalu begini, kalau tidak mengadu pada ayahnya maka dia akan mengadu pada abang pertamanya. Lain dari kedua abang jailnya, Raka itu selalu memanjakan Caramel.
Fian menghampiri anak sulung dan bungsunya. "Idih Kara, itu seragamnya abang kotor semua dong.. sini cuci tangan dulu!" ucap Fian.
"Noo.. Kala mau sama abang!" tolaknya. Fian memutar bola matanya dia menarik lembut tangan Caramel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Dream Wedding
RomanceSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT. Ini bukan pernikahan impianku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang kucintai setidaknya aku harus bisa menikah dengan orang yang sangat mencintaiku. Sedangkan pernikahan ini? tidak sama sekali. Kami t...