22. Karel POV

110K 6.1K 699
                                    

Hayyy update kilat nihh nulis juga kilat, makan sambil mikir, mau tidur juga sambil mikir kata2, nonton bolapun sambil ngetik naskah semalem.. wkwk niat amat yakkk 😂

Lanjut yakks  happy reading guys semoga ini bisa menemani minggu kaliann ~~~ apa dah ndahhh .__.

🍁🍁🍁

Karel POV

Aku melirik jam di pergelangan tanganku, senyumku langsung mengembang. Akhirnya jam pulang tiba, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istriku tercinta. Menggelikan, yaa tapi itu faktanya. Aku juga tidak tau kenapa aku jadi begitu mencintai gadis itu.

Fian Airish Bella, gadis itu memang merebut perhatianku sejak pertama aku melihatnya. Pertemuan pertama kami bukan saat dia melamar kerja di kantorku, tapi saat dia tidak sengaja menabrakku di rumah sakit, waktu itu aku sedang mengantar Mama untuk check up.

Aku kembali tersenyum geli mengingat semuanya.

"Aduh Masnya gimana sih? kalau jalan itu mata sama kaki harus kerja sama biar kompak.." omelnya.

Saat itu aku hanya bisa diam menatap penampilan manisnya yang santai dengan menggunakan celana jeans dan kaus yang terlalu besar untuk tubuhnya yang ramping. Rambutnya di cepol asal dengan menyisakan anak rambut di pipinya.

"Kalau saya tidak salah, kamu yang menabrak saya," jawabku.

Fian mengusap bahunya, "idih Masnya nggak peka? belom pernah denger kalau cewek selalu bener ya? mau cewek yang salah tetep aja dia bener," jawaban asalnya itu membuatku geli.

Aku hampir tertawa saat itu tapi aku menahannya. "Jadi saya yang salah?" tanyaku.

Fian mengangguk, "iya dong.." jawabnya.

Aku mengulurkan tanganku, "baiklah saya minta maaf," jawabku di akhir. Fian tidak menerima jabatan tanganku, dia cuma menatapnya.

"Nggak kok, saya bercanda.. saya yang salah, maaf yaa Mas.. bye," dia langsung berlari pergi dan aku menatap kepergiannya dengan bingung. Ku turunkan tanganku yang tadi bersalaman dengan angin. Saat itu aku menggunakan kacamata jadi wajar saat bertemu di kantor dia tidak mengenaliku.

Dan saat tau dia adalah orang yang akan menjadi sekretarisku aku jelas kaget dengan kebetulan ini, dan entah aku merasa senang bisa bertemu dia kembali. Kurasa hidupku akan lebih berwarna dengan adanya gadis ini.

Benar saja, Rain wanita yang dulu kucinta juga tertarik pada pribadi Fian yang polos cenderung ceroboh itu. Dia menyuruhku untuk menikahi Fian, dulu aku menolak mentah-mentah tapi sekarang aku bersyukur karena Rainlah aku mendapatkan gadis terbaik seperti Fian.

Rain, bicara tentang wanita itu, aku sudah mengiklaskannya, mengiklaskan kisah kami yang memang tidak digariskan untuk bersama. Gadis yang selalu merajuk jika kupanggil Hujan. Katanya nama hujan terdengar menyedihkan, dan dia tidak ingin hidupnya terlihat menyedihkan.

Aku ingat dulu betapa sakitnya saat kembali ke Indonesia dan mendapati dia telah menikah dengan Fatar sahabatku. Aku ingin marah pada semua termasuk Rain yang padahal sudah berjanji untuk menungguku tapi penjelasan singkatnya menjelaskan semua.

Keluarga Rain dan keluargaku tidak bisa bersatu, persahabatanku dengannya bahkan ditentang oleh kedua orangtua kami. Dan setahun sebelum aku pulang keluarga Rain menjodohkannya dengan Fatar. Fatar yang adalah sahabatku dan sahabat Rain. Apa aku sudah bilang kalau Rain adalah gadis yang tidak bisa menetang keinginan orangtua.

Semua mungkin menganggap Rain tidak tau diri atau apalah tapi sebenarnya disini akulah yang bersalah. Aku mencoba bangkit, berusaha melupakan Rain tapi ternyata itu terlalu sulit.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang