Hayy semuaa kakak, adik, teman ahh elahh apaan dah, 😂😂😂😂
Maaf karena agak lama, yahh sempet kehilangan mood nulis jadi break sejenak dan mulai berpikir lagi.. apaan dah 😁
Okee langsung ajaa happy reading guys, hope you like this chapter
Di note paling bawah ada foto Karel 😉
🍁🍁🍁
Fian menghampiri Raka yang wajahnya terlihat suntuk. Putranya itu hanya bertopang dagu menatap taman dihadapannya. Tidak terasa hari ini adalah hari pertama putranya masuk ke taman kanak-kanak.
"Heyy anaknya bunda kenapa?" tanya Fian. Raka hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Fian. Yahh ternyata putranya ini benar-benar mendapatkan sikap Karel. Bicara seperlunya saja. "Tadi pagi gimana? temen-temennya seru?" tanya Fian lagi.
Raka berdecak kesal. "Raka diliatin terus nda.. emang wajah Raka aneh?" tanya anak itu.
Fian meringis, yahh sejak pendaftaran minggu kemarin putranya ini memang sudah menjadi pusat perhatian dan sepertinya Raka risih dengan itu.
"Raka ganteng kok," ucap Fian dengan cengirannya.
Raka mendengus kesal, wajahnya semakin tertekuk. Itu bukan jawaban atas kekesalannya. "Tadi ada cewek yang deketin Raka nda, kan Raka sama dia masih kecil," sungut bocah itu.
"Ehh masa sih?" tanya Fian kaget.
Raka hanya mengangguk, dia meletakan kepalanya di pangkuan Fian. Dengan lembut Fian mengusap kepala Raka hingga anak itu merasa nyaman. "Terus ceweknya Raka apain?"
Raka mengerjap polos, "Raka bentak biar minggir, abis tadi pas mau lewat dia ngehalangin jalannya Raka," jawab anak itu dengan mengangkat bahu cuek.
Fian ternganga, astaga ternyata arogan dari ayahnya juga menurun. Benar-benar gawat, dia tidak ingin putranya menjadi anak laki-laki yang dingin seperti ayahnya nanti. Dia mencubit pipi Raka. "Siapa yang ajarin Raka bentak-bentak? kalau anaknya sakit hati Raka mau tanggung jawab?" omel Fian.
Raka bangun dari pangkuan Fian. Dia melipat tangannya dengan wajah galak yang menurut Fian justru semakin lucu. Fian menghela nafasnya, dia mengusap kepala Raka. Pandangannya menyorotkan kelembutan seorang ibu. "Bunda nggak suka Raka begini, nggak baik kalau Raka sampai nyakitin hati orang. Coba kalau bunda dibentak sama orang lain, Raka terima nggak?"
Raka terdiam, dia menggelengkan kepalanya. "Tapi Raka risih nda.." ucapnya.
Fian tersenyum, dia kecup kening putranya. "Kalau risih kan bisa bilang baik-baik, nggak perlu bentak. Nahh lebih baik lagi kalau Raka diem, ntar temen-temen Raka pasti bosen sendiri," ucapnya.
Karel datang dengan kemeja yang sudah digulung hingga siku. Pria itu nampak lelah meskipun masih ada senyum diwajahnya. Kakinya melangkah mendekati Fian dan Raka.
"Ada apa?" tanya suara berat itu.
Wajah Fian berbinar senang, dia langsung memeluk Karel tanpa malu meskipun ada Raka disana. "Sayang!! hari ini katanya pulang terlambat?" tanya Fian.
Karel tersenyum geli, dia mengusap kepala Fian. "Aku sudah menyelesaikan semua tadi."
Raka memutar bola matanya. Dia sudah terbiasa dengan sikap manja bundanya itu. "Ndaa Raka disini," sungut Raka. Sikap anak ini benar-benar tidak seperti anak TK.
Fian mengerucutkan bibirnya. "Terus kenapa?" tanya Fian.
Karel hanya menggelengkan kepalanya. Dia menggendong bocah yang masih memasang tampang kesal itu. "Ada apa jagoan?" tanya Karel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Dream Wedding
RomanceSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT. Ini bukan pernikahan impianku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang kucintai setidaknya aku harus bisa menikah dengan orang yang sangat mencintaiku. Sedangkan pernikahan ini? tidak sama sekali. Kami t...