Halohaaa semuaaaa.. maafkan karena lama banget tapi semoga part terpanjang yang memang part terakhir ini bisa membayar kelamaan nunggunya*plakk apadah ndah😂
Tak terasa kita udah sampai di part terakhir, sedih sih tapi ini belum perpisahan yaa kita masih ketemu di epilog😉
So langsung ajaa.. happy reading guys 😘😘😘 selamat tenggelam selama beberapa menit di dunia Fian dan Karel 😂
🍁🍁🍁
Fian merapikan dasi Karel, matanya setia menatap wajah suaminya yang sudah hampir kepala lima tapi masih saja terlihat tampan. Ahh Karel memang selalu tampan pikir Fian.
"Anak-anak sudah bangun?" tanya Karel.
Fian mengangguk, dia merapikan kerah kemeja Karel sebelum menjauh. "Mereka sudah ada di meja makan," jawab Fian. Karel tersenyum, lengannya merangkul pinggang Fian.
"Kita ke bawah," ucapnya sembari menuntun Fian agar berjalan di sampingnya. Sejak Caramel masuk sekolah dasar Fian mulai aktif bekerja lagi di kantor Karel. Jadi setiap pagi biasanya Caramel akan berangkat dengan kedua orang tuanya hingga anak itu SMA, meskipun dua abangnya satu sekolah dengannya.
"Bundaku cantik, manis, baik hati dan tidak sombong.. morning!!" sapa Caramel dengan heboh.
Fian terkekeh, dia menghampiri putrinya. Partnernya untuk membuat suasana rumah ini selalu ramai selain si kembar Rafan dan Arkan. Jadi sebenarnya, yang normal di rumah ini hanya Karel dan Raka. Atau lebih tepatnya kedua pria itupun kelewat normal.
"Ihh anak Bunda yang paling cantik!" balas Fian.
"Iyalah paling cantik, orang Kara anak perempuan satu-satunya!" ketus Arkan.
Caramel mendengus, dia memeletkan lidahnya pada abang yang satu itu. "Iri yaa? mau dibilang cantik juga?" tanya Caramel dengan wajah menyebalkan.
Karel menghela nafasnya, ini bahkan masih pagi. Dia mengusap kepala Caramel. "Makan, Ayah dan Bunda harus berangkat cepat hari ini," ucapnya.
Caramel tersenyum pada ayahnya dan menganggukan kepala. Dia makan dengan lahap, meski tubuhnya kecil tapi nafsu makannya tinggi. Untuk hal itu Caramel harus terus bersyukur.
Di sampingnya, Raka duduk dengan tenang sembari memakan roti bakar yang tadi Meri buat. Dia memang tidak suka sarapan berat, jika bukan susu dan roti tawar maka dia akan memilih black coffe untuk menemaninya di pagi hari. Mata tajam itu fokus menatap koran yang dia bentangkan hingga menutupi sebagian wajahnya.
"Bang Raka nanti jemput Kara yaa?? hari ini Kara pulang sore," pinta suara nyaring itu. Krik tidak ada tanggapan dari Raka, entah suara Caramel yang kurang kencang atau gendang telinga Raka yang bermasalah.
"Bang Raka!!" rengek Caramel. Dia tidak suka diabaikan oleh abangnya ini meskipun dia tahu persis bagaimana pendiamnya Raka.
Raka menurunkan korannya. Mata dengan bola mata mirip Fian dan alis yang tebal itu menatap adiknya. "Abang banyak pekerjaan, nanti pulang dengan dua abangmu saja," jawabnya.
Caramel menatap kedua abang yang duduk di hadapannya. Rafan sedang sibuk memakan nasi goreng sedangkan Arkan menatap dirinya dengan cengiran jahil.
"Ihh ogah! dulu Kara dikerjain sama dua orang ini, Kara harus dorong mobil karena katanya mogok padahal nggak!" omelnya. Itu kejadian saat dengan sangat terpaksa Caramel harus pulang dengan si kembar karena supir telat menjemputnya.
Arkan tertawa kencang dan Rafan hanya terkekeh geli. Saat itu mereka sampai hampir mengeluarkan air mata karena tertawa melihat wajah kesal Caramel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Dream Wedding
RomanceSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT. Ini bukan pernikahan impianku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang kucintai setidaknya aku harus bisa menikah dengan orang yang sangat mencintaiku. Sedangkan pernikahan ini? tidak sama sekali. Kami t...