Hayy semuaaaa😆😆😆
Indah balik nihh.. hehe maaf lama karena aku lagi dinas, nggak sempet nulis karena asli sibuk banget..
Yaudah langsung aja yakss, ini panjang lohh 4000 kata lebih.. mudah2an bisa sedikit ngobatin rasa kangen kalian 😀
Happy reading guys 😘
🍁🍁🍁
Fian berbaring di sofa, matanya terus menatap ponsel sejak beberapa jam lalu. Meski sejak tadi ponselnya tidak bergetar, Fian terus mengecek notifikasi pesan masuk dan yang lainnya.
"Fian sayang.. makan dulu," panggil Mariska dari dapur.
Fian cemberut berat, harusnya Karel menelfon karena sekarang pasti pria itu sudah sampai di Singapura untuk transit.
"Kenapa wajah kamu begitu?" tanya Mariska saat melihat Fian datang dengan wajah kesal. Bi Peni yang sedang merapikan makanan hanya bisa tersenyum.
"Kangen sama Tuan yaa?" ledek Meri.
Fian mendengus kesal, "Karel nyebelin banget," keluhnya. Mariska tertawa melihat menantunya itu merajuk.
"Mama jadi inget dulu waktu hamil Karel," gumam Mariska dengan mata berbinar. "Dulu Mama juga begitu, Papa kamu itu selalu pergi urusan bisnis sampai Mama kesal setengah mati," keluhnya.
"Ohh yaa? terus Mama gimana?" tanya Fian dengan antusias karena nasib yang sama itu.
"Yaa pas udah kesel banget Mama kempesin aja semua ban mobil yang ada di rumah biar Papa nggak bisa pergi kemana-mana," jawab Mariska dengan santai.
Fian membuka mulutnya, takjub dengan tindakan ibu mertuanya yang nyentrik itu. "Terus Papa gimana?" tanya Fian setelah reda dari takjubnya.
Mariska tertawa sendiri mengingat kejadian itu. "Yaa Papa kamu nanya, terus santai aja Mama jawab kalau bayi yang di kandungan Mama nyidam ngempesin ban biar Mama nggak kena omelan."
Fian diam dan kemudian tertawa kencang. "Haha dan bayi itu Karel?" tanya Fian sembari mengusap airmatanya yang keluar akibat tertawa.
Mariska mengangguk, "kasian anak itu jadi kambing hitam," kata Mariska. "Yahh kalau nggak gitu pasti Papa kamu itu nggak sadar kalau Mama butuh perhatian," lanjutnya.
Fian meringis, jadi ketidakpekaan Karel itu sifatnya turunan. Untuk mamanya ini orang yang sabar, kalau tidak mungkin akan selalu ada konflik diantara orang tua Karel.
"Sekarang kamu makan, Karel akan marah kalau kamu telat makan sayang," bujuk Mariska. Fian mengangguk dan mulai makan, saat ini ia hidup bukan hanya untuk dirinya tapi untuk anaknya jadi tidak boleh egois.
Setelah selesai makan Fian memilih untuk langsung masuk kamar. Kamar besar ini mengingatkan semua tentang Karel bahkan harumnyapun masih aroma parfum maskulin pria itu.
Fian berbaring di ranjang, tangannya meraba bantal disampingnya yang biasanya dipakai Karel. Mungkin efek hamil semakin membuat Fian sensitif, wanita itu bahkan sekarang sudah menangis.
Tanpa Karel, kamar luas ini terasa sangat sepi dan Fian tidak suka itu. Wanita itu mengambil ponselnya, belum ada satu pesanpun dari Karel.
"Karel itu amnesia kalo punya istri lagi hamil atau apa sih!!" rengek Fian. Dia membanting ponselnya ke ranjang.
Tarik nafas, hembuskan, tarik lagi, hembuskan, Fian mencoba untuk rileks agar bisa memejamkan mata dan jatuh tertidur. Kesal karena itu tidak berhasil Fian mengacak rambutnya prustasi.
Kesal, ia meraih ponselnya lagi dan membuka galeri. Di sana ada banyak foto Karel yang Fian ambil saat iseng. Karel dengan wajah serius menatap laptop. Karel yang mengerutkan kening sembari membaca dokumen. Karel yang tertidur pulas.
![](https://img.wattpad.com/cover/53506978-288-k91647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Dream Wedding
RomanceSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT. Ini bukan pernikahan impianku, jika aku tidak bisa menikah dengan orang yang kucintai setidaknya aku harus bisa menikah dengan orang yang sangat mencintaiku. Sedangkan pernikahan ini? tidak sama sekali. Kami t...