5. Pilihan Sulit (Repost)

92.1K 6.5K 286
                                    

Happy reading guys!

Hope you like this chapter 😘😘😘

🍁🍁🍁

Sejak kejadian malam itu, rasa hormat Fian pada Karel langsung menghilang. Semuanya terkikis oleh rasa marah, kenapa ada orang yang setega itu. Entah setan apa yang merasuki Fian hingga gadis itu berani memasang wajah cuek di depan bosnya yang seram.

Fian memilih untuk menjauh, jika tidak ada hal yang mendesak maka dia tidak akan menemui Karel. Bahkan untuk sekedar menyapa, Fian tidak mau. Setiap berpapasan maka dia akan pura-pura tidak melihat.

Saat ini Fian masih duduk di kursi kerjanya meski sudah melewati jam pulang kantor. Jam pulang sekarang adalah hal yang paling Fian sukai dan tidak dia sukai. Suka karena akhirnya berpisah dengan Karel, tidak suka karena harus masuk ke ruangan Karel untuk menanyakan kegiatan tambahan.

Fian segera membereskan barang-barangnya sebelum masuk ke dalam rangan Karel. bagaimanapun ini pekerjaan, dan dia harus profesional.

"Maaf pak, apa hari ini ada kegiatan tambahan?" tanya Fian setelah berhadapan dengan Karel.

"Tidak ada," jawab Karel sembari menatap Fian.

"Baik kalau begitu saya permisi pulang," ucapnya sebelum berbalik.

"Fian," panggil suara berat itu.

Fian menghentikan langkahnya tanpa menoleh. Dia sedikit kaget saat merasa lenganya digenggam. "Lepas," perintahnya.

"Dengarkan aku seb-"

"Lepas! saya sekretaris Ba-" Ucapan Fian terputus. Matanya terbelalak saat tanpa diduga Karel memeluknya dari belakang. Aroma maskulin dari menyeruak dari Karel.

Fian melepaskan pelukan Karel. Dia berbalik dengan wajah marah. "Apa maksud Bapak? saya memang sekretaris Bapak tapi Bapak tidak bisa menyentuh saya sembarangan! saya bukan wanita murahan!" berangnya. Nafasnya naik turun karena emosi yang terpendam sejak kemarin-kemarin.

Karel terdiam, bisa dirasakan tatapan penuh benci itu. Sebenci itukan gadis ini padanya. Karel menundukan kepala dan berlutut dihadapan Fian.

"Apa yang bapak lakukan??" teriak Fian kaget.

"Menikahlah dengan," ucap Karel.

Fian membuka mulutnya. Pria ini benar-benar kelewatan. "Tidak! aku tidak mau. Pura-pura menjadi pacarmu saja membuat aku merasa sangat bersalah pada Fatar." Fian sudah meninggalkan Bahasa formalnya.

"Jangan libatkan aku terlalu jauh, tujuanku ke Jakarta hanya ingin bekerja, tolong jangan ganggu hidupku Karel," pinta Fian.

"Aku akan berikan apapun jika kamu membantuku," pinta Karel lagi.

Fian mendesah kesal, dia menarik bahu Karel agar pria itu berdiri. "Aku hanya ingin hidupku tenang tanpa rasa bersalah. Cari saja yang lain asal jangan aku." Fian berbalik dan pergi meninggalkan Karel. Ini sudah menjadi keputusannya.

Gila kalau dirinya setuju membantu Karel. Dia memang bukan orang baik tapi dia juga bukan wanita sejahat itu. Menikah untuk menutupi sebuah perselingkuhan, alasan macam apa itu. Ibu dan ayah juga tidak akan setuju.

Fian berjalan keluar kantor dengan wajah kesal. Dia berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taxi lewat.

"Lohh Fian?" sapa wanita yang suaranya Fian kenal.

Fian menoleh dan terdiam. Dia mencoba untuk tersenyum pada ibu Karel. Yaa yang memanggilnya tadi adalah Mariska. Wajah wanita yang masih cantik meskipun sudah tidak muda lagi itu terlihat bahagia.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang