21. Berdamai

108K 6.3K 577
                                    

Hayy semuaaa... happy weekend hehe untuk anak sekolah happy holiday.. semoga nilai rapotnya memuaskan semuaa.. Aamiin 😊😊😊

Ehh cover NADW baru lohh.. bagus yakk?😀

Langsung aja yakk happy reading guyss 😆😆😆 Warning.. mungkin akan banyak typo bertebaran so maafkan author yang masih labil ini 😂 Ini udah 5000 kata lebih lohh 😉

🍁🍁🍁

Author POV

Fian duduk diam di pantri, semalam ia tau kalau Karel pulang pukul satu dini hari, entah apa yang dilakukan dengan temannya. Temannya, atau Rain, sepertinya Fian lebih percaya kalau Karel bilang akan pergi dengan Rain.

Karel menuruni tangga dengan wajah kusut, matanya sedikit memerah efek kurang tidur. Dia duduk di samping Fian dengan santai tanpa menyapa.

"Pagi," sapa Fian seformal kemarin-kemarin.

"Hemm," balas Karel.

"Apa yang ingin kamu berikan padaku kemarin?" tanya Fian to the point.

Mata Karel melirik sekilas, dan kemudian kembali fokus pada black coffee yang sudah disediakan Meri. Karel mengulurkan kotak perhiasan berwarna biru pada Fian. "Buka saja," ucapnya dengan datar.

Fian menghela nafas pasrah dan membuka kotak itu. Isi kotak itu membuat Fian melebarkan matanya, kalung cantik dengan liontin kemudi kapal yang sejak dulu Fian inginkan. Perasaan selama ini Fian tidak pernah cerita kalau dia menginginkan ini.

"Terima kasih Karel.." lirih Fian.

Karel bangkit dan merapikan jasnya, "kalau tidak suka kamu bisa membuangnya, hari ini berangkatlah dengan Ucup, aku harus ke Bekasi," katanya sebelum meninggalkan Fian.

Fian menitikkan airmata, sedang hamil malah diperlakukan seperti ini, nasibnya luar biasa.

Fian memasang kalung itu sendiri, sebenarnya ia ingin sekali Karel yang memasangkan untuknya tapi jangankan berlaku romantis begitu, bicara saja datar dan dingin.

Dalam hati Fian berdoa semoga ia bisa melewati masa kehamilannya sendiri tanpa perhatian bahkan dukungan dari Karel. Lagipula diluar sana masih banyak yang nasibnya jauh lebih buruk dari Fian jadi lebih baik Fian mensyukuri semua yang dia punya sekarang. Keluarga yang baik, sahabat yang baik dan orang-orang terdekat yang baik seperti Meri dan Bi Peni.

🍁🍁🍁

Mata Fian menatap pantulan dirinya di kaca yang ada di hadapannya. Tangannya mengelus perut yang sekarang sudah sedikit membuncit. Tidak terasa ini sudah masuk empat setengah bulan.

Entah beruntung atau tidak, Karel terlihat seperti sast pertama kali bertemu sejak pria itu kembali dari Bangkok. Sikap biasa saja sudah cuek apalagi sikap seperti dengan orang asing. Bisa bayangkan sendiri.

Hari ini seperti biasa, Fian menggunakan dress longgar agar sedikit menutupi perut buncitnya. Mungkin kalau dalam keadaan normal Karel akan curiga karena biasanya Fian lebih suka menggunakan pakaian formal setiap ke kantor.

Kaki jenjang Fian melangkah menuruni tangga. Matanya jatuh pada Karel yang sedang duduk di pantri dengan membaca koran dan secangkir black coffee kesukaannya. Dalam hati Fian menggerutu, ini jadwalnya minum susu. Dia bahkan sudah membawa plastik berisi sekotak susu yang selalu dia simpan aman di kamarnya.

"Pagi," sapa Fian sebelum duduk di sebelah Karel.

"Hemm," jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari koran. Fian terdiam lalu tersenyum kecil. Hanya hemm, padahal seingatnya terakhir kali mereka bicara adalah tiga hari lalu.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang