#03 Embun

1.4K 61 0
                                    


"Oke deh, Miss Pemaksa. Nama gue Guntur Sentosa. Orang yang berhasil menjadi MVP kemarin karena senyum di bibir manis lo."

OH GOD!! Aku terkejut bukan main. Di sampingku ada Guntur Sentosa? Tidak, tidak, ini pasti orang iseng. Dia pasti bohong. Mana mungkin orang sekeren Guntur datang menghampiriku? Angin apa yang membawanya datang kepadaku? Aku menggeleng kuat.

"Aku gak percaya." desisku.

"Tuh, udah gue kasih tau malah gak percaya."

"Kamu tuh, aku cuma pengen tau nama doang. Gak usah sampai bohong segala!"

"Lo bener-bener gak percaya kalau gue itu Guntur?" tanyanya.

"Gak percaya! Seratus persen!" jawabku ketus. Dia benar-benar menyebalkan.

"Pertemuan yang gak bagus yah." gumam orang yang mengaku Guntur ini. "Apa perlu gue nunjukin kartu pelajar gue biar lo percaya?"

"Gimana mau nunjukin, orang aku gak bisa liat."

"Eh, sorry gue gak bermaksud." sesalnya saat baru sadar siapa yang ada di sampingnya.

"Gak papa, udah biasa, kok." Aku mengulas senyum.

"Tuh, lo senyum. Ini kedua kalinya lo senyum ke gue. Betapa beruntungnya gue bisa dapet senyum dari lo."

Rasanya, ratusan kupu-kupu mengepakkan sayapnya diperutku. Membuatku tersenyum malu. Apa jangan-jangan ini benar-benar Guntur?

Ingat, Senja! Tetap waspada! kata sisi hatiku yang lain.

"Tiga kali." sahutnya lagi. Tuhan, kenapa dia membuatku risih dan gugup secara bersamaan, sih?

"Kenapa senyum lo itu menawan gue, sih?" tanyanya penasaran.

"Mana aku tau!"

Oke, dia tak boleh melihat kegugupanku. Ketus adalah senjata ampuh dan kabur adalah jalan keluar terbaik. Aku berdiri dan meraih tongkatku. Pergi menyelamatkan wajahku yang panas ini. Tapi, dia berhasil mencegat langkahku.

"Mau kemana, sih, Senja?"

Sekarang aku yakin kalau Guntur KW ini benar-benar seorang pedofil.

"Mau ke kelas. Males lama-lama sama kamu." jawabku ketus.

"Jangan pergi dulu. Gue akan membuktikan kalau gue bener-bener Guntur Sentosa."

Seakan terhipnotis dengan ucapannya, aku kembali duduk. Kalau dia bukan Guntur, aku akan meledeknya seumur hidupku. Enak aja dia mengaku kalau dia itu Guntur, orang kemarin berhasil menjadi pahlawan sekolah kami. Siswa keren dan kebanggan sekolah.

Tapi, bagaimmana kalau dia benar-benar Guntur?

Aku menggeleng kuat. Ah, itu gak akan terjadi, Senja!

Aku duduk menunggu pembelaannya. Aku penasaran apa yang akan dia lakukan untuk membuktikan ucapannya. Kudengar dia bersorak senang.

"Nah, itu dia. Embun, sini deh!"

Embun? Memangnya Embun sudah selesai dengan urusannya? Kudengar suara derap kaki mendekat kepadaku. Benar, dia Embun. Kini, dia menyeretku jauh dari Guntur KW.

"Kamu ngapain aja dari tadi?!" tanya Embun panik. Dia berbisik di telingaku.

"Ngobrol gak jelas sama om-om pedofil. Udahlah pedofil, ngaku jadi Guntur pula lagi. Nyebelin banget, kan?" jawabku tak peduli.

"Kamu gak tau, om pedofil yang kamu sebut itu bener-bener Guntur. Gak palsu. Sumpah deh."

"Please, kamu jangan ikut-ikutan bohong, deh. Kamu pasti udah disogok sama dia, kan?"

Senja dan FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang