Hai readers!!
Maaf ya, part 6-nya aku repost. Setelah aku cek, ternyata ada beberapa paragraf yang ketinggalan. Sekali lagi maafin author, ya? Author, mah, cuma manusia biasa :'))
Happy reading!!
***
Mimpi apa aku semalam? Rasanya baru kemarin aku tahu siapa Guntur. Dan... simsalabim, kini aku sudah sedekat ini padanya. Ini semua berkat senyum yang kuberikan padanya. Kalau orang bilang senyum itu ibadah, aku akan menambahkan dibelakangnya menjadi 'senyum itu adalah ibadah dan berkah'. Aku tak perlu lagi mengorek informasi dari Embun. Setiap jam istirahat, akan kugunakan waktuku bersamanya.
"Enaknya yang bisa duduk berdua sama Guntur."
Ups, aku lupa, di kamarku masih ada Embun yang 'sibuk' menyalin PR-ku.
Aku bangkit dari tidur lalu duduk di atas ranjangku. "Situ ngiri?"
"Bukan 'situ' tapi 'satu' sekolah ngiri sama kamu, Senjaa. Itu taman gak tertutup buat umum. Catat, kamu adalah cewek pertama yang bisa duduk berdua sama seorang Guntur. Asal kamu tau, cewek-cewek Sky udah capek ngejar dia sampai ke ujung dunia."
Aku terdiam sebentar. "Emang bener ya, kalau Guntur itu cuek banget sama cewek?" tanyaku.
"Yap. Dan ini pertama kalinya dia care bahkan deketin cewek."
"Aku?"
"Ya iyalah, siapa lagi coba? Emangnya aku? Cuma disindir doang sama dia? Itupun aku udah bersyukur, Ja. Yang lain, ckck." Embun berdecak sambil menggelengkan kepalanya-mungkin.
"Yang lain?" desakku.
"Dicampakin begitu aja. Pernah aku liat ada cewek ngasih bunga ke dia. coba tebak apa yang dia lakuin? Bunganya langsung dimasukin tong sampah, terus dia bilang, 'Jangan kasih bunga, gak guna dan gak butuh.' Sadis, kan?"
Aku bergidik ngeri. Masa iya, Guntur sekejam itu? Aku akui kalau dia usil. Tapi kalau seperti yang Embun bilang, aku jadi gak percaya. Jujur, aku jadi was-was sekarang.
"Aku jadi takut, deh." gumamku.
"Takut kalau Guntur punya kepribadian ganda?" tebak Embun.
Aku menggeleng. "Ya, sekarang ini, kan, aku dekat sama Guntur. Aku takut kalau ada cewek Sky benci sama aku, terus ngelakuin hal yang gak-gak ke aku." Aku mendesah pelan. "Like bullying."
"Gak usah berpikir yang macam-macam, Ja. Jalanin aja yang ada di depan."
"Tapi, kalau sampai terjadi gimana?" Aku menggigit bibir.
"Aku orang yang paling depan buat belain kamu. Gak usah takut, oke?"
Aku mengangguk lemah.
"Lagian, kan, Guntur yang deketin kamu, bukan kamu yang deketin dia. Saran aku, kamu harus tetap jaim di depan dia. Jangan kayak cewek-cewek Sky yang kadang gak tau malu di depan Guntur. Bisa dicap cewek genit kamu sama mereka." sambung Embun.
"Genit bilang genit." gumamku kesal. "Gimana kalau aku jauhi dia?"
"Itu sama aja kamu mengingkari janji. Dan itu bukan sifat Senja yang aku kenal."
Embun sudah tahu. Dia tak bisa kubohongi. Dia selalu bertanya kenapa akhir-akhir ini aku dekat dengan Guntur. Aku selalu mengelaknya. Tapi, sesudah istirahat tadi, Embun mengintrogasiku habis-habisan dan akhirnya aku menjawabnya dengan jujur. Mulai dari awal bertemu dengannya-meskipun dia sudah tahu sendiri, sih, sampai aku kalah taruhan dengannya. Tapi, aku belum memberitahukan tentang perasaanku kepada Guntur. Alasanku: gengsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Fajar
Teen FictionFirst story of Sky Trilogy Hanya tiga hal yang membuat Senja penasaran: bumi, pemandangan senja, dan sosok Fajar. Copyright © 2016 by lavendelion. All rights reserved.