#21 Cakrawala

733 37 7
                                    

APA YANG SUDAH KUKATAKAN?!

Setelah ucapanku itu, Kak Surya pergi meninggalkanku untuk mengambil mobil. Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa menuntunku berjalan karena hujan yang sangat deras. Dia memutuskan untuk membawa mobil ke depan lobi lalu membawaku masuk. Aku hanya bisa mengiyakan. Saat itu, aku menunggunya sedikit cemas. Apa dia marah? Ah, kalau seperti ini, seharusnya aku tak perlu mengatakan hal itu padanya tadi.

Suasana di dalam mobil terasa sangat canggung ditambah dengan cuaca yang sangat dingin. Aku berusaha untuk tidur, tapi berulang kali gagal. Pikiranku melayang kemana-mana.

Saat sampai di rumah, Kak Surya mengantarku ke kamar tanpa bicara. Aku lama termenung di atas kasur. Apa yang sudah kukatakan? Ucapanku tadi sama saja memperkeruh hubungan kami yang sudah keruh ini.

Aku mengusap wajahku dengan kasar. Membanting punggungku ke kasur. Aku menatap langit-langit kamar, meskipun pandanganku masih sama gelapnya.

Apa ini artinya hubunganku dengan Kak Surya tidak akan pernah membaik?

***

"Dasar cowok duplikat kurang ajar!!"

Bersamaan dengan gerutuan itu, aku mendengar derap langkah yang cukup kuat mendekat ke arahku. Prediksiku, pagi ini Embun kembali bertengkar dengan Alfa.

"Again?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alis.

Embun berseru kalap, menghiraukan pertanyaanku. "Coba kamu bayangin, Ja! BAYANGIN! Dia ngejek aku di depan orang banyak! Dia bilang gambar aku jelek. Terus aku baru sadar kalau dia diam-diam ambil sketch book aku yang tercecer. Dan yang bikin aku kesel itu, waktu aku mau rebut buku itu balik, dia malah lempar buku itu dan mendarat ke selokan!!"

Tiba-tiba saja Embun menangis. Tentu saja aku kaget. Aku menggeser bangkuku dan mengusap punggungnya. Embun yang masih sesegukan itu masih ingin menceritakan semuanya.

"Alfa jahat banget tau gak. Dia.... dia..."

"Udah, udah, ceritanya nanti aja. Jangan nangis lagi." potongku.

"Alfa jahat banget, Ja. Padahal disitu ada gambar Alvin yang pengen aku kasih ke dia nanti. Terus aku harus bilang apa sama Alvin, Ja? Aku udah terlanjur janji mau kasih gambar itu sama dia."

Aku tersenyum. "Nanti kamu cerita aja sama Alvin, dia pasti ngerti, kok."

"Embun,"

Kami berdua terdiam mendengar panggilan itu. Entah bagaimana caranya, Alfa bisa masuk ke kelas kami.

"Mau apa lo? Mau minta maaf? Sorry, permintaan maaf lo gak bisa bikin sketch book gue kembali ke semula."

Kudengar Alfa menghela napas lelah. "Gue tau kalau gue salah, Bun. Tapi gue bener-bener gak tau kalau sketch book lo bakal jatuh ke selokan. Gue janji bakal ganti sketch book lo."

"Lo pikir gue gak punya duit buat beli sketch book yang baru?! Yang gue tangisi itu isi di dalamnya, Alfa! Itu semua karya-karya gue. Dan lo dengan gampangnya ngelakuin itu ke gue? Lo tega, Fa!!"

Embun kembali menangis dan pergi keluar kelas. Aku tak bisa mencegahnya. Kini aku beralih pada Alfa yang sepertinya tidak memiliki niat untuk mengejar Embun.

"Kamu kenapa, sih, Fa? Bercanda kamu kali ini keterlaluan!" Jujur, aku juga ikutan emosi.

"Gue gak tau kalau kejadiannya bakal begini." jawabnya lirih. "Tolong bantuin gue, Ja. Kasih tau Embun kalo gue gak sengaja. Gue bakal ngelakuin apapun asalkan dia mau maafin gue."

Aku langsung terdiam mendengar ucapannya. Apalagi bagian terakhir. "Beneran, ya?"

"Iya, beneran. Gue janji."

Senja dan FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang