#17 Fajar

740 41 2
                                    

Keheningan melanda sejak Guntur menutup pintu kamar. Tubuhku merasakan sensasi yang berbeda setelah Guntur menciumku. Efek terkejut. Mengapa dia menciumku seperti itu di depan Fajar? Apa maksudnya? Sementara itu, Fajar masih diam. Aku tak bisa menebak arti diamnya itu.

"Jar," panggilku ragu.

"Hm,"

Aku meneguk salivaku. Tenggorokanku terasa kering. Apa Fajar marah?

"Kita.... jadi pergi ke pantai?"

Kudengar helaan napas yang berat, sebelum dia menjawab. "Jadi."

Aku menghela napas lega. Fajar tidak marah.

"Kamu siap-siap, gih. Aku pulang dulu, nanti aku jemput." sambungnya.

"Lho, kita pergi sekarang? Bukannya sekarang masih siang? Ngapain kita ke pantai siang-siang begini?"

Fajar terkekeh mendengar kebawelanku. "Ada perubahan rencana. Sebelum ke pantai, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Ada sesuatu yang pengen aku tunjukin ke kamu. Aku yakin kamu pasti suka."

Belum sempat aku bertanya, Fajar mengacak rambutku lalu berujar. "Siap-siap, gih."

Aku tersenyum simpul. Inilah yang membuatku selalu penasarannya dengannya. Fajar dengan kelembutan dan kemisteriusannya.

***

"Duh, cantiknya anak Bunda." puji Bunda setelah memoles wajahku dengan bedak. "Gak nyangka anak Bunda udah segede dan secantik ini. Pantesan ada cowok yang ajakin kencan."

"Ih, Bunda! Aku tuh, cuma.... cuma.... diajakin ke pantai! Bukannya diajakin kencan!" elakku sambil berusaha menahan senyum.

"Ah, sama aja! Itu artinya, dia ngajakin ke pantai buat kencan. Masa anak Bunda gak ngerti, sih?"

Aku mengerucutkan bibirku tanda kesal. Tapi Bunda tak berhenti mengoceh. "Bunda gak nyangka Fajar bisa seromantis ini."

Aku tertegun sejenak. "Eh, Bunda kok tau kalo aku pergi sama Fajar?"

"Tadi sebelum pulang, dia minta izin sama Bunda buat bawa anak Bunda kencan."

Astaga, kapan Bunda berhenti menggodaku?

"Bahkan tadi, dia juga minta izin sama kakak kamu." sambung Bunda yang membuatku terkejut.

Wah, Fajar udah gila.

Setelah terdiam beberapa saat, aku malah melontarkan pertanyaan yang berlainan dengan isi hatiku. "Terus Kak Surya bilang apa?"

"Dia cuma gumam gak jelas, habis itu masuk ke kamarnya."

Aku diam. Tak tahu lagi cara menanggapi jawaban Bunda. Bunda menghela napas panjang.

"Kakak kamu akhir-akhir ini jadi aneh. Dia sering melamun, pandangannya selalu kosong. Bunda tanya kenapa, dia bilang gak apa-apa."

Aku masih belum menanggapi.

"Dia.... belum jengukin kamu?" tanya Bunda hati-hati. Aku menggeleng sambil tersenyum getir. Mengetahui jawabanku, Bunda langsung memelukku.

"Kamu yang sabar, ya, Sayang. Bunda gak ngerti kenapa dia begitu benci sama kamu. Bunda yakin, suatu saat kamu dan Kak Surya bakal baikan."

Semoga saja, batinku menjawab.

Ketukan pintu membuat Bunda melepaskan pelukannya. Pak Usman datang memberitahu bahwa Fajar sudah datang. Aku menghembuskan napas. Aku sudah siap.

Tapi entah kenapa seiring aku melangkah, degup jantungku terasa semakin kencang. Apa aku benar-benar sudah cantik? Jika iya, apa Fajar akan memujiku seperti Bunda memujiku tadi?

Senja dan FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang