PW-16. Menginap

210K 10.2K 212
                                    

***

AUTHOR POV


Karena Azhar tidak terlihat dimanapun, bahkan Aulia wanita yang bersama Azhar tadi juga masih sendirian. Akhirnya Zahra mengajak sahabat-sahabatnya untuk main di apartemen Azhar. Zahra tidak peduli jika nanti Azhar akan memarahinya, yang terpenting saat ini, Zahra bisa membalaskan rasa kesalnya pada sang Kakak.

Salah siapa membuat Zahra merasa kesal.

Masalah kunci apartemen. Zahra akan meminta kunci gandanya pada petugas di sana. Toh beberapa dari mereka sudah mengenali Zahra sebagai adik Azhar.

Emi sudah mencegah dengan berbagai alasan. Dari ia mengajak Zahra jalan-jalan ke tempat yang lain, sampai ia mengancam tidak akan ikut. Tapi Zahra malah balik mengancam, Kalau Emi tidak ikut berarti Emi tidak menghargai persahabatan mereka.

Apalagi yang bisa di lakukan Emi selain pasrah? biarlah rahasianya dengan Azhar ketehuan, mungkin memang sudah harusnya seperti itu.

"Wajahmu pucat. Kamu sakit Li?" tanya Alex ketika dalam perjalanan menuju apartemen Azhar. Merasa Emi tidak mendengar pertanyaannya, Alexpun menyentuh tangan Emi untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

"Kenapa Lex?" tanya Emi kemudian setelah mengerjap beberapa kali.

"Kamu yang kenapa? Kamu sakit?" Alex mengulangi pertanyaan yang sama.

"Tidak, memangnya kenapa. Aku baik-baik aja ko!" Bohong, Emi tidak baik-baik saja. Ia memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya, kalau sahabat-sahabatnya mengetahui tentang dirinya.

Sekarang Emi menyesal karena tidak mau mendengarkan saran dari Fathan, untuk menggunakan ponsel pemberiannya.

"Aku perhatiin dari tadi kamu gelisah terus, Li. Wajahmu juga terlihat pucat," Alex kembali bersuara.

"Masa sih?" Emi meraba-raba wajahnya, di sampingnya Alex sudah terkekeh pelan. Otomatis Emi menghentikan aksinya, kemudian memutar kepalanya dan menatap Alex dengan kening berkerut.

"Apakah ada yang salah?" tanyanya. Alex hanya menimpali dengan mengusap pelan pucuk kepala Emi. Bagi Alex, dirinya tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini ketika berdekatan dengan perempuan.

"Aku tau aku ganteng, gak usah lihatin aku sampai segitunya juga kali Li. Sampai-sampai kamu gak sadar kalau kita udah sampai," ujar Alex yang membuat Emi gelagapan.

Begitu keluar, ternyata Zahra dan Diandra sudah berdiri di samping pintu mobil.

"Kalian ngapain aja sih? dari tadi aku teriakin gak ada yang nyahut," cerocos Zahra yang sudah berpenampilan normal. Tanpa kacamata, kepang dua dan tompel palsunya.

"Iya ... kamu neriakin Emi kayak Emi hilang di hutan aja. Aku yang malu di liatin orang-orang," kesal Diandra, sedang yang diomelin malah cengengesan.

"Maaf deh kalian nunggu lama tadi aku--"

"Mengagumi ketampanan seseorang yang ada di depan mata, sampai lupa waktu." Alex memotong ucapan Emi dengan tangannya yang sudah merangkul pundak Emi.

"Ish, Alex. Apaain sih, lepasin ... Malu tau." Emi berucap seraya menyingkirkan tangan Alex dari pundaknya.

"CIE..." semuanya menggoda Emi. Bulan, Bintang dan Niko, ternyata sudah ada di sana juga. Bahkan Alex sendiri juga ikutan menggoda Emi.

"Kalian gak bosan apa? Bilang cie terus dari tadi." Emi pura-pura marah. "makan tuh cie," lanjutnya sambil berlalu.

"Hahaha.." Semuanya tertawa sambil menyusul langkah Emi yang mulai menjauh. Emi berbalik, kini dirinya berjalan mundur sambil meleletkan lidah pada sahabat-sahabatnya.

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang