25.
AUTHOR POV
***
Sepulang sekolah kali ini, Emi memutuskan akan menghubungi Bram untuk mengutarakan tentang persetujuan dari penawaran yang sempat Bram ajukan, dengan mendatangi langsung kediaman laki-laki itu.
Sekarang Emi sudah berdiri di depan pintu, sebuah rumah mewah bak istana yang sempat dilihatnya, waktu penculikan tempo hari.
Bel sudah dipijitnya beberapa saat lalu, dengan sabar Emi menunggu pintu di hadapannya ini terbuka, seraya merapalkan serangkaian do'a meminta kekuatan dan berharap langkah yang diambilnya ini, bisa secepatnya membawanya kembali berkmpul dengan keluarganya.
"Lebih cepat dari yang saya duga ternyata." Emi berbalik ke asal suara. Ternyata Bram sudah berdiri di belakangnya entah sejak kapan, yang pasti tidak lama dari itu pintu pun ikutan terbuka.
"Silakan masuk Tuan." Sepertinya laki-laki yang membuka pintu itu mengira, Bram lah yang memijit bel.
Bukannya menimpali ucapan sang pegawai, Lewat gerak tubuhnya Bram malah mempersilakan Emilia untuk masuk terlebih dahulu.
***
Mencoba duduk setenang mungkin, walau kegelisahan menyelimuti. Emilia mengedarkan pandangan ke setiap penjuru ruangan untuk menetralkan sedikit perasaannya. Ruangan ini dipenuhi dengan barang-barang antik dan dihiasi dengan kemewahan yang Emi yakini harga belinya sangat fantastic.
Dua orang pelayan datang, membawa minuman dan beberapa makanan ringan untuk kemudian di taruhnya di atas meja, di depan Emilia.
Setiap pergerakan kedua pelayan tersebut, tidak lepas dari penglihatan Emi. "Makasih Mbak," ujar Emi ketika pelayan itu tersenyum sopan setelah meletakkan sajiannya.
Bram muncul dengan penampilan yang berbeda dari sebelumnya. Sebelah tangannya memegang sebuah dokumen sedangkan tangan yang satunya menggenggam ponsel. Laki-laki itu memasuki ruangan dengan senyum misteriusnya.
"Saya yakin. Cepat atau lambat, keadaan ini akan segera menghampiri saya," ujar Bram sebelum menjatuhkan tubuhnya di sebelah Emi. Otomatis Emi menggeser tubuhnya, untuk sedikit memberi jarak diantara keduanya.
Melihat hal itu, Bram hanya terkekeh kecil.
Bram meletakkan dokumen yang dibawanya ke atas meja. "Baca, pahami dan tandatangani."
Tanpa menjawab Emi langsung mengambilnya. Melakukan apa yang laki-laki di sebelahnya itu perintahkan.
SURAT PRJANJIAN
Pihak pertama : Bramantio Dirgaharja
Pihak kedua : Emilia Dwi Prasetya
Dengan adanya surat perjanjian ini, saya selaku pihak pertama, berjanji akan membiayai semua perawatan yang dijalani oleh Ayah dari pihak kedua, dengan syarat pihak kedua bersedia menikah dengan saya.
Ketentuan tambahan :
1. Pernikahan akan dilaksanakan dua bulan dari surat perjanjian ini ditandatangani.
2. Selama pernikahan belum dilaksanakan, pihak kedua tidak diperkenankan untuk mengunjungi kedua orangtuanya.
3. Jika salah satu pihak membatalkan pernikahan ini, maka pihak tersebut diwajibkan membayar denda Rp. 500.000.000,00 pada pihak yang bersangkutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]
RomanceSebagian isi cerita sudah dihapus!!! 'Harusnya dari awal gue gak nyembunyiin pernikahan ini....' 'Harusnya gue mengenalkannya langsung dihadapan keluarga besar gue... Kalau begitu 'kan Alex gak akan menaruh perasaan pada Istri Kakak sepupunya sendi...