PW-30. Pergi untuk kembali

185K 10.3K 741
                                    

Aku minta maaf, pada mbak RantiWDD (bener gak sih nulisnya? Kalau salah2 hurufnya maaf mbak) aku gak bisa mengikuti keinginan bumil yang memintaku utk melanjutkannya kemarin.sekali lagi,maafkan aku mbakk..🙇🙇

Jadi gak enak gini. Mudah-mudahan kandungannya sehat selalu ya mbak,dan lancar sapai proses lahiran.

Mohon doanya juga mbak, biar aku juga bisa segera mengalami apa yang mbak alami.. (Malah curcol.. 😂)

Oke, yang minta scene Azhar Emi mana suaranya?

Nih aku bawain buat kalian... Tapi cuman dikitttt. Gak papa ya, yang penting aku lanjut...

Oke, selamat membaca!!!

30.

***

"Namanya Firman Pratama. Nenek rasa kamu sudah mengenalnya. Bukan begitu?"

Emi terdiam untuk sesaat. Matanya mengerjap beberapa kali, sebelum berujar. "Benarkah?" Dengan harapan wanita yang dipanggilnya Nenek itu tertawa pelan dan berujar. 'Enggak kok, Nenek tadi hanya bercanda.'

Sayangnya, Sari menganggukkan kepala.

Emi mundur secara perlahan. Selangkah demi selangkah sampai memberi jarak di antara keduanya. "Ah sepertinya ini sudah terlalu sore Nek. Saya pulang dulu."

"Emilia. Tunggu dulu Nak...."

"Ya Tuhan, maafkan aku." Emi sudah berjalan, dengan langkah lebarnya. mengabaikan wanita tua itu yang masih berteriak memanggilnya. Entah orang itu mengikutinya atau tidak. Satu hal yang pasti, Emi tidak mau menolehkan kepalanya. Ia takut, tapi ia juga tidak tahu apa yang harus ditakutinya dari wanita itu.

Emi melambaikan tangan kanannya, memberhentikan angkot yang kebetulan lewat di sana. Begitu sudah duduk di dalam angkot, barulah Emi memberanikan diri menatap wanita tua tadi.

Ternyata Sari mengikutinya, wanita itu mematung di pintu masuk pemakaman. Keduanya saling melempar pandang, sampai sosok Sari semakin mengecil dalam penglihatan Emi. Angkot telah melaju meninggalkan area pemakaman itu.

Dilihat dari reaksi dan sikap Sari pada Emi, sepertinya Istrinya Kakek Firman itu sudah mendengar semuanya. "Ya Tuhan ...Sekarang apa lagi." Emi menutup wajah dengan kedua tangannya, tidak mempedulikan penumpang lain yang menatapnya aneh.

Bertemu dengan keluarga suaminya, diantaranya ... Ibu mertua dan Nenek mertuanya, mungkin jika keadaan ini menghampirinya lebih awal, Emi akan senang. Tapi sekarang ... Orang-orang itu datang, di saat keluarganya sudah hampir kembali di sisinya.

Papanya sudah melakukan operasi ginjal, kini tinggal melewati satu operasi lagi. Itulah yang Bram jelaskan. Setelah operasi kedua, maka tinggal melewati masa pemulihan. Sebentar lagi—ya sebentar lagi, dirinya akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya.

Kalau Emi luluh, dan menceritakan semua kebenarannya pada Nenek tadi, lalu bagaimana nasib Papanya. Semua kendali sudah dipegang Bram, lagipula kalaupun semua orang mengetahuinya sekarang, juga percuma, toh laki-laki yang bersangkutan dengan semua ini sudah menyuruhnya pergi. Untuk apa Emi bertahan, jika pada akhirnya Emi hanya mendapat cercaan dari laki-laki yang berstatus suaminya itu.

Selain itu, tittle pelakor yang Diandra berikan akan terbukti. Emi akan dianggap sebagai pelakor dalam hubungan Azhar dan Aulia nantinya.

Selama ini Emi sudah cukup bersabar, menunggu Azhar untuk menganggap keberadaan Emi di sisinya. Tapi kini, kesabaran itu sudah habis, Emi sudah putus harapan, Azhar yang ia damba tidak mungkin akan berpaling dari Aulia, hanya demi menoleh ke arahnya.

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang