PW-13. Rencana

189K 9.9K 161
                                    

Budayakan vote sebelum baca!!! (Modus terselubung) wkwkwk... 

Happy reading yaaa....


AUTHOR POV


"Heh bego, kenapa lo mukul gue hah?" Kesal Azhar, begitu Fathan menghentikan aksinya.

Kemarahan yang sebelumnya Azhar tunjukkan menghilang, apalagi setelah dipukuli oleh assistannya itu secara membabi buta. Azhar mengenal Fathan sudah lama, dirinya tidak pernah mendapati Fathan seperti ini. Kalau Fathan sudah tidak bisa dikendalikan, dengan ancaman Azhar sekalipun, itu berarti Fathan sudah benar-benar frustrasi.

Kalau Azhar melawannya dengan emosi juga, masalahnya bukan malah selesai, tetapi perpecahan diantara persahabatan tidak akan terelakkan lagi.

"Sorry boss, gue lepas kontrol." Fathan mencoba menahan emosinya. Dengan menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.

Pun dengan dirinya. Fathan juga sudah mengenal Azhar sudah lama, jadi ia tahu apa yang harus dilakukannya.

Harusnya Fathan tidak memukuli Bossnya itu, percuma, Azhar tidak akan berpikir jernih. Ah, tapi kan niat Fathan memukuli Azhar bukan untuk menyadarkan laki-laki itu, melainkan untuk menyalurkan emosinya.

Azhar mendengus sebal sambil bangkit dari lantai. Sebelah tangannya sibuk mengusap sudut bibirnya yang terasa perih. "Anjir Fath. Lo...." Azhar setengah meringis begitu berhasil mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berada di depan meja kerja Fathan.

"Lo juga sih Boss. Gue lagi emosi malah lo kasih umpan yang empuk. Yaudah gue nyangut deh."

Napas keduanya saling bersahutan. Bedanya, Fathan mengatur napas masih menatap Azhar setengah kesal, sedangkan Azhar seraya memejamkan mata. Memikirkan kesalahannya yang tidak seberapa sampai-sampai membuat Fathan semarah ini.

Azhar sangat yakin, kekesalan Fathan bersangkut pautan dengan Emilia, dirinya, dan Aulia.

"Emi di Rumah Sakit." Kata Fathan to the point. Tuh 'kan benar. Tapi tunggu--

"Emilia?" Azhar memastikan. Fathan mengangguk.

"Di Rumah sakit," lanjut Azhar. Lagi, Fathan mengangguk.

"Maag nya kambuh," timpal Fathan.

"Maag?" Azhar membeo lagi. Fathan menatap Azhar sinis. Sedetik kemudian, tangan usil Fathan sudah berhasil melemparkan sepidol ke kepala Azhar.

"Hey berhentilah menganiyaya atasanmu, kalau kau tidak ingin di pecat." Azhar pura-pura marah.

"Emang lo gak bisa nanya apa gitu selain mengulang ucapan gue. Misalnya 'ko bisa maag nya kambuh?' Suami macam apa lo?" Fathan kembali melemparkan spidol yang lain ke kepala Azhar.

"Anjir, lama-lama gue bisa geger otak kalau deket-deket sama lo." Azhar mengusap-usap kepalanya.

"Lebay banget lo. baru juga dilempar pake sepidol, dramanya udah nyampe ke geger otak. Apa kabarnya kalau gue jedotin pala lo ke tembok."

Azhar menyipitkan sebelah matanya. "Lo marah sampe kayak gini, cuman demi belain gadis kecil sialan it—"

"Namanya Emilia bego. Dia istri—mppt." Azhar membekap mulut Fathan. demi apapun, di dalam masih ada Aulia. Kalau ucapan Fathan terdengar di telinganya, maka hidup Azhar akan hancur untuk kedua kalinya, karena kehilangan Aulia.

"Aaaaaaa, Fathaaan anjiir, sakit bego!" Azhar meringis. Tangannya dijadikan santapan empuk oleh gigi Fathan. Azhar menarik tangannya kemudian mengibas-ngibaskannya. "Iiii.. Jijik gue."

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang