Judulnyaaaa? Apaan banget dah..
17.
***
"Kalau gitu kami pergi dulu Em," pamit Zahra. "Ayo Bibi Dii...," lanjutnya.
Emi tersenyum tipis menatap punggung Zahra dan Diandra yang semakin menjauh. Setelah kedua orang itu menghilang dibalik pintu lift, barulah Emi memundurkan langkahnya, menutup pintu kemudian menyandarkan punggungnya di sana.
Kini tatapannya tertuju pada pintu kamar Azhar yang masih tertutup rapat. Tinggal mereka berdua di sini. Fathan sudah turun terlebih dahulu, menunggu Diandra dan Zahra di depan lobi. Sedangkan Azhar, ah ... mungkin laki-laki itu masih bersiap.
Emi berjalan perlahan, mendekat ke kamar Azhar. Begitu sampai di depan pintu barulah Emi mengetuknya dengan berujar, "Kak, aku ingin bicara. Bisakah Kakak keluar sebentar?"
Emi akan menjelaskan tentang hubungannya dengan Alex, supaya Azhar tidak salahpaham. Tapi, sekalipun tidak ada sahutan dari dalam. Padahal Emi sudah mengetuk dan berteriak berulang kali.
Sepertinya laki-laki itu akan kembali menjaga jarak dengannya. Sekarang, apa yang harus Emi perbuat? Rasanya hidup ini tidak adil. Kenapa dirinya bisa memaklumi kedekatan Azhar dengan wanita lain, sedangkan Azhar sendiri tidak mau untuk mengerti.
Usulan Fathan, sama sekali tidak membantu. Fathan sengaja pergi terlebih dahulu, memberikan Emi celah, supaya bisa mengobrol dengan Azhar, sebelum laki-laki itu pergi.
Tidak lama kemudian, Bel berbunyi. Sepertinya Emi akan menelan kekecewaan untuk kesekian kalinya. Itu pasti Aulia, tidak menutup kemungkinan kalau sebentar lagi Azhar akan pergi dari sini. Dan dirinya benar-benar tidak ada kesempatan lagi untuk berbicara dengan Azhar.
Bel apartemen kembali terdengar. Mau tak mau, Emi pun memutar langkah mendekat ke asal suara. Mengintip terlebih dahulu sebelum membuka pintu tersebut. Seorang wanita cantik yang mengenakan gaun pilihannya kemarin. Tidak salah lagi, wanita ini Aulia. Kekasih suaminya.
Emi tersenyum masam.
Pantas saja Azhar tidak pernah meliriknya sebagai gadis dewasa, toh Azhar sudah memiliki seorang wanita yang penampilannya jauh berbeda dengan Emi. Aulia berbadan professional, pintar marias diri, penampilannya bisa menarik perhatian siapapun, orang yang menatapnya akan berpikir dua kali sebelum berpaling
"Bukain pintunya. Kenapa malah diam," suara dingin nan tajam itu membuat Emi terlonjak kaget.
"Kak Az?" gumam Emi tanpa sadar.
Azhar tidak menanggapi ucapannya. Laki-laki itu kini sudah berdiri di samping Emi dengan tatapan datarnya. "Minggir," ujarnya.
Emi menelan ludah susah payah. Ujung tenggorokannya terasa sakit, menahan gejolak batin yang terkumpul di sana. Tangisnya tertahan, tidak-Emi tidak boleh menangis, dirinya tidak selemah itu.
Setelah Emi memundurkan tubuhnya, pintu apartemen terbuka. Wajah wanita itu kini terlihat jelas, benar-benar cantik dan ... dewasa. Emi sudah kalah sebelum bertanding.
"Dia ... siapa Az?" tanya wanita itu. Suaranya saja begitu merdu. Ah Emi benar-benar merasa iri dengan wanita ini.
"Oh itu. Dia ... sodaranya Fathan. Bukannya kamu sama Om Bram? Di mana dia?" Azhar celingukan.
Emi mengerjap beberapa kali, berharap telinganya keliru dalam mencerna perkataan Azhar.
"Dia di bawah. Masih berbincang dengan kolega bisnisnya. Karena takut terlambat, ya sudah aku pamit lebih dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]
RomanceSebagian isi cerita sudah dihapus!!! 'Harusnya dari awal gue gak nyembunyiin pernikahan ini....' 'Harusnya gue mengenalkannya langsung dihadapan keluarga besar gue... Kalau begitu 'kan Alex gak akan menaruh perasaan pada Istri Kakak sepupunya sendi...