Tiap hari pemberi vote makin nurun.. Lapak juga semakin sepi... Ah, semangatku juga jadi menurun.. Padahal part-part sekarang aku updatenya panjang-panjang lohh..
Boleh aku minta 9k untuk lanjut ke part selanjutnya???
Gak bisa sih gak papa.. Aku hanya lagi butuh dorongan lebih aja.. Lihat deh perbandingan view dan votenya.. Beda jauuhhh...😭😭😭 apa lagi kolom komentar, paling banyak di 700. Pengen kali-kali liat 1k lebih.. Duh, merdekalah hidupkuu...
Aku rasa minta 9k gak akan susah lah yaa... Tapi kalo gak suka sama ceritanya sih, gak usah kasih vote.. Aku cuman minta sama yang suka. Ya moga aja ada sider yang insyaf.
Maafkan aku yang banyak maunya teman-teman. 🙇🙇🙇
.
.
.
.
.
Selamat membaca!!!33
***
AUTHOR POV
PLAK!
"MAMA!" Ares dan Bima, berujar hampir bersamaan.
Tangan yang sempat menarik Chandra tadi, kini sudah menarik pelan tubuh Mamanya. Ares menghentikan Indah, yang hampir menampar Azhar kembali.
"Lepasin Mama, Ares ... laki-laki itu harus menerima akibat dari kebohongan yang telah diperbuatnya pada keluarga kita."
"Ma—mama tenang dulu. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," timpal Ares. "Belum tentu juga Azhar salah sepenuhnya," lanjutnya.
"Tapi gara-gara dia, kita jadi beranggapan kalau Emi—"
"Mama dengerin dulu penjelasan Azhar. Mungkin ada sesuatu yang menyebabkan dia harus melakukan hal ini." Ares kembali menenangkan.
"Tapi Res—"
"Chandra, Darren...." Ucapan Ares berhasil menghentikan perkataan Indah.
Ares menggerakkan kepala, menyuruh kedua adiknya untuk duduk di kursi. Setelah kedua orang itu menuruti perintahnya, barulah Ares menyusul dengan membawa serta Indah dalam gandengannya.
"Lo juga ... duduk Az."
Tanpa berujar apapun, Azhar menuruti keinginan Ares. Melangkahkan kakinya, mendekat ke arah empat orang berbeda usia yang sudah duduk di sofa. Kini semuanya duduk berjajar pada sofa panjang di dalam ruangan. Menghadap ke arah ranjang pasien tempat Bima berbaring.
"Bisa lo jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi pada Emilia setelah kecelakaan itu?" Belum sempat Azhar membuka suara untuk menjawab pertanyaan Ares, Bima malah sudah memotongnya dengan berujar.
"Bukan setelah kecelakaan, lebih tepatnya setelah pernikahan kalian ... Kenapa Emilia tidak kunjung menunjukkan diri dihadapan kami? Dan malah membiarkan keluarganya berpikiran kalau dia telah meninggal."
"Om—"
"Saya memang tidak sadarkan diri, tetapi telinga saya mendengar apa yang terjadi di dalam ruangan ini dengan jelas. Kesedihan yang dialami istri dan anak-anak saya atas kehilangan Emi, membuat saya tersiksa. Ingin rasanya saya bangkit, dan mengatakan pada mereka, kalau orang yang mereka anggap mati itu, sebenarnya masih hidup ... Dan sudah berada di tangan yang aman.
"Tapi sepertinya saya keliru menilaimu. Kakek Firman mengatakan, cucunya itu orang yang baik dan bertanggung jawab, pasti dia akan segera membantu keluarga saya yang hampir hancur. Maka diadakanlah pernikahan itu, hanya demi membuatmu bertanggung jawab atas kehidupan Emi. Setidaknya saya tidak harus melihat masa depan putri saya hancur di tangan Bram. Nyatanya tidak...." Bima menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]
RomanceSebagian isi cerita sudah dihapus!!! 'Harusnya dari awal gue gak nyembunyiin pernikahan ini....' 'Harusnya gue mengenalkannya langsung dihadapan keluarga besar gue... Kalau begitu 'kan Alex gak akan menaruh perasaan pada Istri Kakak sepupunya sendi...