PW-28. Rencana Fathan

173K 9.3K 706
                                    

Pagi-pagi, bangun kesiangan. Jam setengah delapan harus berangkat kerja. Alhasil, aku gak sempat buka laptop, maafkan aku teman-teman. 🙇🙇🙇

Btw, aku sangat bahagia dengan keantusiasan kalian. Makasih banget loh.. Wkwk. Udah mau nunggu kelanjutan cerita ini..

*) Kalian nunggu gak karena terpaksa kan?

**) kalian meramaikan komentar gak terpaksa juga kan? 😂

***) kalian mengklik tombol bintang, sesuai keinginan kalian atau karena perintahku?

****) jangan panggil aku author yang banyak maunya, teman-teman... Aku sakit. Wkwk

Baca baik-baik!!!

👇👇👇

Sebelum terlambat, aku akan ingatkan sekali lagi. Bagi yang takut ceritanya digantung pada akhirnya, lebih baik hentikan membaca cerita ini dari sekarang.

Aku akan berusaha memberikan yang terbaik. Aku juga sayang kalian 😭😭😭, aku juga gak mau disebuat author yang jahat.

Pliiss, jangan pake ngancem pake kata 'Kalau gak dilanjut gue bakal inilah-itulah'. Hei, aku gak memaksa anda. Kalau takut, yasudah, silakan tinggalkan lapak ini dengan terhormat, jangan membuat sipenulis berdosa dengan membenci diri anda.

Jadi bagi kalian. Tinggalkan saja lapak ini, bila takut aku gantung.  Nanti cek kembali dua minggu kedepan. Untuk lihat perkembangannya.

Makasih banyak udah temani aku sampai di sini..  🙇🙇🙇 akhir kata,

Selamat membaca... 

28.

***


Azhar sudah melihat rekaman CCTV, ketika Bram melakukan kecurangan dalam kerjasamanya dan video penculikan istrinya. Tidak cukup satu, dua kali. Tetapi Azhar memutarnya berkali-kali, terlebih pada video yang berkaitan dengan istrinya.

Terbukti sampai saat ini pun, Ponsel Fathan masih setia dalam genggamannya dengan layar yang menampilkan wajah ketakutan istrinya. Azhar tidak mau mempercayainya, tetapi apa yang dilihatnya ini tidak mungkin sebuah rekayasa atau editan.

Perlahan ibu jarinya mengusap layar ponsel tersebut. "Gue merindukannya Fath."

Sedangkan Fathan tidak mempedulikannya, karena sudah sibuk dengan makanan yang dilahapnya. Saat ini, memang sudah saatnya makan siang, dan kedua orang itu memutuskan memesan makanan, dan memakannya di dalam ruangan Azhar.

Fathan bingung menanggapinya harus seperti apa, masalahnya Azhar sudah mengatakan kerinduannya itu berulang kali. Azhar juga sudah beberapa kali mencoba pergi dari hadapan Fathan, untuk menemui Emi. Tetapi Fathan selalu menahannya dengan alasan, Fathan mempunyai rencana lain dibalik kembalinya Azhar ini di pihaknya.

Ketika Azhar menanyakan apa rencananya, dengan santainya Fathan berujar. "Nanti gue jelasin, setelah kita makan siang."

"Gak makan Boss." Dengan mulut yang dipenuhi makanan Fathan berujar.

"Gak laper,"

"Gue embat aja makanannya ya."

"Hmm,"

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang