Karena ini part ke dua di hari ini.. Jadi, isinya lebih dikit dari yang tadi... Gak papa ya. Yang penting janji terlunasi.. 😂😂😂
Cuap-cuapnya cukup di sini saja.. Karena ini udah jam 8 lewat 1 menit.. Yang ada aku bakal di teror habis-habissan.. Kalian luar byasah memang.. 😂😂 terimakasih teman-teman atas dukungannya.. Soo.. Happy reading!!!
***
31.
Semalaman Emi tidak keluar kamar. Kemunculan Azhar sore tadi benar-benar berhasil memporak-porandakan isi hatinya. Sedangkan Fathan, sama sekali tidak berani ikut campur ke dalam rumah tangga Azhar dan Emi. Untuk saat ini laki-laki itu membiarkan Emi mengatasinya sendiri.
Lagipula, kalau dirinya ikut campur, maka rencana Azhar dan dirinya tidak akan sempurna. Bahkan Fathan sama sekali tidak menuntut ganti rugi dari pintu yang Azhar rusakkan, hanya demi membuat laki-laki itu tenang selama mengerjakan misinya. (Apa hubungannya sama pintu coba?)
Beralih pada pagi hari, keduanya melakukan rutinitas seperti biasa. Fathan berangkat ke kantor dan Emi pergi ke sekolah dengan Fathan yang berangkat terlebih dulu.
Benar. Emi pergi ke sekolah ... Bukannya ia tidak sadar diri dengan keadaannya yang sekarang, tetapi Emi sudah berkomitmen ... selama surat pengeluaran dirinya dari sekolah belum sampai di tangannya, maka selama itu pula Emi akan tetap melanjutkan pendidikannya.
Sampai di depan gerbang sekolah, Emi dikejutkan dengan kehadiran Bram. Emi mencoba berpikir positive, kalau kemunculan Bram ini bukanlah sesuatu yang akan mempermalukan dirinya.
Tapi kemurkaan yang ditunjukkan laki-laki itu melalui wajahnya, membuat perasaan Emi menciut seketika. Pemikirannya tadi, menguap entah kemana. Sekarang, apa yang harus Emi lakukan?
"Ada apa?" tanya Emi begitu laki-laki itu mendekat kearahnya. Sebenarnya ia takut, tapi Emi coba berani dengan menampilkan raut biasa saja.
"Ikut say—"
"Tidak. Saya mau sekolah."
"Kamu yakin? Tidak takut dicemooh teman-temanmu dengan kehamilanmu saat ini?"
Emi mengerjap tidak percaya. Apa mungkin, inilah alasan kenapa laki-laki itu menunjukkan kemarahannya. "Jadi Om—"
"Kenapa? Kaget hm?"
"Darimana Om tau?"
"Bagi saya, itu bukanlah hal yang sulit. Lihatlah ... Bukankah itu anak-anak dari keluarga Pratama." Sebelah tangan Bram menunjuk ke sebrang jalan, tempat diparkirnya kendaraan orang-orang yang mempunyai kepentingan di sekolah ini. Baik itu, murid, guru ataupun pegawai.
Benar saja. Di sana ada Alex, Diandra, dan Zahra. Mungkin Bram tidak akan mengenali Zahra, karena gadis itu sudah berada dalam mode penyamarannya menjadi gadis cupu berkepang dua.
Sebelah tangan Bram yang lainnya sudah menarik pinggang Emi supaya lebih mendekat dengan tubuhnya. "Apa yang Om lakukan? lepas."
Bukannya risih dengan pemberontakan yang Emi lakukan, Bram malah semakin mengeratkan lilitan tangannya pada pinggang Emi.
"Tidak. Sebelum ketiga anak itu berjalan kemari."
"Bukankah tadi Om mengajakku pergi, kalau begitu ... ayo."
"Kenapa? Takut hm?" Tak ayal, pada akhirnya Bram menarik Emi, menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil, yang memang sebelumnya sudah terparkir di pinggir jalan dekat gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]
RomansaSebagian isi cerita sudah dihapus!!! 'Harusnya dari awal gue gak nyembunyiin pernikahan ini....' 'Harusnya gue mengenalkannya langsung dihadapan keluarga besar gue... Kalau begitu 'kan Alex gak akan menaruh perasaan pada Istri Kakak sepupunya sendi...