PW-5. Gadis kecil

223K 11.3K 177
                                    

***

AZHAR POV

"Ah sial!" Umpatku kesal. Bagaimana bisa otakku dipenuhi dengan bayang-bayang gadis kecil itu.

Biasanya juga, otakku selalu memikirkan wanitaku, yang  telah mengisi hati ku.

Ya ... aku sudah memiliki seorang perempuan yang ku cintai, tapi sayang kita berada di Negara yang berbeda. Kami dekat sejak SMA. Memang kami tidak pacaran. Tapi aku yakin dia menginginkanku, sama halnya dengan apa yang kurasakan.

Terakhir kami bertemu, pada waktu kelulusan SMA. Dari sana aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Karena ia memilih melanjutkan pendidikannya di luar negri, untuk menggapai cita-citanya.

Meskipun kami tidak tahu kabar masing-masing sampai sekarang, tapi aku yakin dia akan kembali lagi padaku seperti apa yang telah ia janjikan padaku dulu.

***

Berjalan memasuki kantor. Seperti biasa, tak ku hiraukan sapaan para pegawai yang berpapasan denganku. aku langsung menuju ke lantai 27 di mana ruanganku berada.

Ku lihat Fathan, sekretarisku sekaligus sahabat seperjuangan ku, tengah berkutat dengan berkasnya. Mungkin dia lagi membaca jadwalku hari ini.

"Selamat pagi, boss." Sapanya, begitu menyadari keberadaanku. Dia berdiri, membuka berkas dan bersiap akan membacakan jadwalku hari ini.

Fathan menurut. Dia mengikutiku masuk ke dalam. Bahkan sekarang, di saat Fathan sedang menyebutkan jadwalku hari ini, otakku masih belum berhenti membayangkan gadis kecil itu. Sial, bener-bener sial. Bagaimana bisa?

Tanpa sadar aku geleng-geleng sendiri, berharap pikiran aneh yang lewat ke otakku segera pergi.
Fathan bengong melihat kelakuan ku, sedetik kemudian ia menautkan kedua alisnya. Kalau sudah begitu, aku tau sebentar lagi dia akan mengatakan "Mau cerita boss?"

"Mau cerita boss?" Tuh kan bener.

Fathan ini sahabatku sejak SMP, karena itu kami sudah tau kebiasaan satu sama lain. Bahkan kalau ada masalah sekalipun, dia akan tau walau ku tutup-tutupi. Intinya dia gak bisa di bohongin.
Aku hanya menaikkan alisku, sambil menatapnya seakan berkata ' Apa?'

"Di tanya serius juga, malah so' kecakepan lo!" Fathan melemparkan kepala boneka doraemon ke kepalaku. Ngapain sih si Zahra majang boneka kegemarannya di ruanganku.

Jadi enak di si Fathan, ada barang yang bisa di jadikan bahan lemparan ketika menyalurkan kekesalannya.

Fathan mah gitu orangnya !!!

"Ck, apa sih yang lo bicarain?" Aku mencebik kesal, sambil menaruh kembali kepala doraemon tadi.

"Itu muka lo kenapasih? Kaya orang gila aja tauk. Dari tadi gue perhatiin bukannya dengerin jadwal yang gue bacain, malah melamun sambil geleng-geleng gak jelas." Jelasnya panjang lebar.
"Pasti ada apa-apa 'kan? Cerita aja kali boss, jangan sok rahasia-rahasiaan segala." Sambungnya.

"Dasar asisten gak tau sopan santun lo!" Aku mengambil berkas yang ia pegang, dan membacanya.

Meskipun Fathan sahabatku, tapi kalau menyangkut urusan kantor. Dia akan bersikap professional seperti pegawai yang lain.

Kami bersikap seperti sekarang kalau lagi berdua saja, itu juga kalau membicarakan masalah pribadi.

Kenapa aku memilih sekretaris laki-laki?
Karena aku lebih nyaman dan bisa lebih bebas dalam bersikap. Sudahlah, sekarang aku mau fokus pada kerjaanku dulu.

"Bukannya meeting dengan 'Indrajaya Group' besok ya? Kenapa jadi hari ini?" tanyaku setelah membaca jadwalku.

"Maaf pak, apa ada masalah. Atau bapak ada urusan lain?"

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang