7Sekolah baru
EMILIA POV
"... ruangannya ada di lantai dua, ruangan ke empat dari arah tangga.""Ya bu, Terimakasih. Kami permisi dulu!" Kak Fathan mengakhiri pembicaraan kami.
Setelah sampai di lantai dua, aku langsung menyuruh kak Fathan pulang. Tak lupa juga mengucapkan terimakasih karena telah membantuku.
Ku lewati lorong-lorong yang sudah sepi ini, wajar sekarang sudah waktunya jam masuk kelas. Seorang wanita membukakan pintu untukku. "Murid baru ya?" ujarnya. Aku hanya mengangguk.
Setelah dipersilakan masuk barulah aku mulai memperkenalkan diri. Hanya saja, ketika memperkenalkan diri, semua yang ada disini bukannya merhatiin tetapi mereka malah asik berbisik-bisik. Ck, dasar ...
"Nah ada dua bangku yang kosong, silahkan kamu mau duduk di mana?" Bu guru yang ber nametag Laila ini kembali membuka suaranya.
Ku lihat memang ada dua bangku yang kosong, dua-duanya berada di pojokan. di sebelahnya sama-sama seorang perempuan dengan karakter yang berbeda.Di dekat pojok kiri gadis berambut merah sedang memainkan cat kukunya, sedang di dekat pojok kanan gadis berkacamata tebal, rambut di kepang dua, sedang sibuk dengan bukunya.
Ku langkahkan kakiku menuju pojok sebelah kanan 'Mudah-mudahan bukan pilihan yang salah.' Batinku.
***
AUTHOR POV
Tiga jam pelajaran telah berlalu, suara bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas.
Tinggalah Emi dengan seorang gadis yang berkacamata tadi. Yah, karena disini Emi merasa mebutuhkan seorang teman akhirnya dirinya memberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis itu.
Sepertinya gadis itu juga bukan gadis yang buruk untuk dijadikan temannya. Ya, semoga saja dia mau.
Begitu gadis itu memalingkan wajah ke arahnya, Emi mematung seketika. Sampai-sampai Emi tidak mendengar kalau gadis itu sudah memperkenalkan namanya.
"Emilia? hei-hei ..." tangan yang melambai-lambai di depan wajahnya kembali membawa kesadaran Emi kedalam dunianya.
"Eh?" Emi tergugup."Kenapa malah bengong?" gadis itu berujar kembali.
"eh-eng-engga kok. Oh ya? siapa namamu tadi?" Emi menyembunyikan kegugupannya dibalik senyumnya.
Gadis itu membalas senyuman Emi dengan senyuman juga. Dan senyuman gadis itupun kini berhasil membuat Emi mematung untuk kedua kalinya.
"Kak Azhar?" gumamnya. Itulah alasannya. Wajah dan senyum gadis ini mengingatkannya pada sosok yang sudah menemaninya selama seminggu terakhir ini.
"Kak Azhar?" tanya gadis itu memastikan. Emi kembali gelagapan.
"Wah ... ternyata kamu kenal Kakak ku juga ya. Bagus dong kalo gitu." Emi dibuat heran dengan tingkah gadis ini yang sekarang jadi lebih periang dari sebelumnya. Bahkan gadis itu kini sudah memegang kedua tangannya sambil menggoyang-goyangkannya antusias."Kita ngobrol di kantin saja yuk. Perutku udah minta diisi nih," ajak gadis itu sambil menarik tangan Emi.
"Eh, tunggu-tunggu." Perkataan Emi berhasil membuat langkah gadis di depannya ini terhenti. "sepertinya aku gak ikut deh. Aku belum membereskan buku-bukuku. Kamu duluan deh nanti aku nyusul," lanjut Emi sambil melirik sekilas ke arah meja.
Gadis itu juga ikutan melirik ke arah meja. Sedetik kemudian dia melepaskan cekalannya pada tangan Emi dan berujar. "Oh, ya sudah kalau gitu. Biar aku tungguin," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]
RomansaSebagian isi cerita sudah dihapus!!! 'Harusnya dari awal gue gak nyembunyiin pernikahan ini....' 'Harusnya gue mengenalkannya langsung dihadapan keluarga besar gue... Kalau begitu 'kan Alex gak akan menaruh perasaan pada Istri Kakak sepupunya sendi...