PW-26. Menelaah keinginan hati

245K 11K 579
                                    

Yang dari kemaren nanyain Azhar, mana suaranya? 😂

Kalau aku bawa dia ke hadapan kalian, apa yang aku dapatkan?

Gak ada yang jawab? Yasudah ... Aku ngambek. Besok-besok gak akan update secepat ini.

Iya kan cepet. Jarang-jarang loh aku update pagi-pagi, terus siapa tau nanti sore aku khilaf post part selanjutnya... Duh, kurang baik gimana lagi coba si aku ini... 😅😅😅

Sok atuh.dikomentar yang banyak.. Spam juga boleh.. Biar aku teh rajin updatenya.. Yang paling menyemangatiku untuk memposting part selanjutnya teh komentar dari kalian, ari kudu dikasih tau mah. Beneran...

*Logat sundana kaluar... 😂*

Tos lah, monggo dibaca wae...

26.

"Arrrggghhh, apa yang udah gue lakuin, dan apa yang harus gue lakuin? Sial." Sebelah kaki telanjangnya mengayun, menendang ratusan bahkan ribuan partikel pasir yang menjadi alas pijakan kakinya.

Keindahan sunset tidak bisa menghilangkan kegundahan yang tengah dirasakan. Lelah melangkah dengan tujuan yang tidak pasti, Azhar pun berhenti. Menekuk lututnya sampai posisi tubuhnya berjongkok.

Ya. Dialah Azhar. (Laki-laki kejam yang dirindukan banyak orang. 😄)

Di pelupuk mata, deburan ombak saling berlomba, seakan saling mengejar satu sama lain. suaranya begitu indah terdengar mengisi keheningan yang ada. Tapi tatapannya tidak tertuju untuk hal itu, deburan ombak hanya menjadi latar saja, sedangkan fokusnya tengah memutar kembali pemaksaan yang telah dilakukannya pada istrinya sendiri.

Awalnya Azhar mengira, dengan melakukan hal tersebut dirinya akan mendapatkan kepuasan karena amarahnya bisa tersalurkan. Setidaknya dengan begitu, Emilia bisa merasakan apa yang dinamakan kehancuran, seperti apa yang dirasakannya karena kehilangan Aulia.

Nyatanya apa? Bukannya bahagia, tatapi penyesalan itu selalu menghantuinya. Permohonan, jeritan dan tangisan yang sempat ia abaikan itu kini menjadi mimpi buruk dalam setiap tidurnya.

Tidak jarang dirinya terbangun di malam hari dengan sekujur tubuh yang sudah basah oleh keringat. 'Gue harus pulang dan meminta maaf padanya.' Setiap bisikan itu keluar dari hatinya, ingatan tentang Aulia yang meninggalkannya selalu menghalanginya kembali.

"Lo harus ingat Az, akibat keegoisannya, kini Aulia pergi dari hidup lo. Jadi, buat apa lo minta maaf." Lagi dan lagi, niat tulusnya kalah dengan pemikiran sesaatnya.

Masih dengan posisi berjongkok, Azhar menundukkan kepalanya, sedang sepasang matanya sudah terpejam. Kedua tangannya terangkat, ia letakkan di atas kepala sampai jari-jamarinya saling bertautan.

Ia sudah sangat lelah dengan pencarian akan Aulia ini. Beberapa hari ke belakang, Azhar sudah mengunjungi beberapa Negara. Diantaranya, tempat Aulia menganyam pendidikannya dan tempat yang sering Aulia ceritakan padanya.

Tanpa kenal lelah dan waktu, Azhar terus berusaha dengan harapan Aulianya bisa ditemukan. Mengabaikan nalurinya, yang berontak ingin meminta maaf pada Emilia. Hanya demi membawa kembali Aulia di sisinya.

Nyatanya apa. Aulianya ternyata tidak seberharga itu. Setelah beberapa hari mengunjungi beberapa tempat, Azhar menyadari sesuatu. Kesedihan yang dirasakan ternyata bukan untuk meratapi hilangnya Aulia, melainkan memikirkan nasib Emilia.

Pernikahan Wasiat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang