(AKK) 2. DUA

35 2 0
                                    

Setelah acara pesta ulang tahun Kak Neli bulan lalu membuat Radit semakin gencar mendekati Lisa, apalagi Lisa seperti memberikan lampu hijau agar Radit terus maju.

Hari ini adalah hari jum'at dan Radit sudah berada di depan gerbang perusahaan tempat Lisa bekerja. Radit memang sengaja menunggu Lisa karna ada satu hal yang harus segera Radit ungkapkan pada Lisa.

Tak lama Lisa datang dan berjalan ke arah Radit. Entah apa yang membuat Radit tertarik pada gadis manis yang usianya jauh lebih muda di bawahnya itu.

"Mas Radit sudah lama?"

"Enggak kok baru 5 menit, sudah pulang?"

"Sebenarnya sudah sih Mas tapi aku ada acara sama anak line kami mau jenguk Uni Jess yang baru lahiran semalam,"

"Oh gitu, jadi kamu mau bareng teman satu line mu itu?"

"Emm ya gitu Mas, ini mendadak banget Kak Popon baru bilang tadi, aku gak enak sama Mas Radit," sesal Lisa yang merasa tak enak.

"Kamu ini lucu sekali," ucap Radit sambil mencubit pipi Lisa gemas.

"Aww, Mas ih sakit tau," omel Lisa sambil mengusap pipinya yang terasa sakit.

"Uhh sakit ya, maaf ya sayang," blush pipi Lisa bersemu merah.

"Lisa buru udah full ini," teriak Kak Lala.

"Iya bentar."

"Ya udah sana udah di tunggu, nanti Mas jemput kamu WA aja nama rumah sakitnya,"

"Iya deh, maaf ya Mas dan hati-hati,"

Lisa berjalan meninggalkan Radit dengan berat hati, sesampainya di carry Lisa kena omel Kak Lala yang cerewet.

"Lama kali sih, itu si sekseh ngomong apaan?"

"Kepo ih Kakak,"

"Halah Kau ini Dek, tapi bisaan ih kamu dapet si sekseh pantes aja Pram kamu tolak mentah-mentah,"

"Kakak ih,"

"Udalah La Kau ini kepo kali lah, Lisa udah laku nah kamu kapan lakunya," sindir Kak Tata dan membuat Lisa tertawa senang sedangkan Kak Lala langsung menekuk wajahnya.

Setelah itu suasana jadi hening sampai mereka tiba di rumah sakit Awal Bros.

****

Gelisah..

Itulah yang dirasakan Radit saat ini, menunggu kabar dari Lisa sejak tadi.

Tangannya tak henti menekan tombol pada remote TV dan mengganti chanel  yang entah apa yang ia lihat. Fikirannya hanya tertuju pada gadis manis yang tengah memenuhi hatinya itu.

Tak sabar akhirnya Radit mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan.

Raditya Ganendra : dari tadi aku tunggu kabar gak ada juga
Udah pulang?

Lisa Aninditha : maaf Mas keasikan main sama baby.
Belum, bentar lagi

Raditya Ganendra : pantes, dimana?

Lisa Aninditha : RS. Awal Bros

Raditya Ganendra : oke, Mas otw..

Radit langsung bangkit dan menyambar jaket armi kesayangannya itu dan tak lupa mematikan televisi dan mengambil kunci motornya.

Setelah memastikan kosan nya sudah terkunci Radit langsung menjalankan motornya untuk menjemput pujaan hatinya.

Tak lama Radit telah sampai dan melihat Lisa yang sedang duduk di halte Rumah sakit bersama kedua temannya.

Lisa pamit pada kedua temannya dan langsung mendekati Radit.

"Capek?"

"Banget,"

"Mau langsung pulang?"

"Iya Mas capek kali hari ini, mana besok aku Over time pula," keluh Lisa dengan muka kusutnya.

Radit yang awalnya mau mengungkapkan perasaannya pada Lisa ia urungkan, karna melihat raut wajah Lisa yang sangat kelelahan, belum lagi besok dia harus bekerja dan akhirnya Radit mengantar Lisa pulang sampai kosan.

*****

"Ah akhirnya kita sift malam lagi berasa bebas tau gak,"

"Kau ini Wan giliran sift malam saja kau semangat,"

"Iya dong Kak Lala ini itu surganya orang kerja, tiap pagi di kejar target gak ada hentinya," gerutu Iwan pada Kak Lala.

"Bener itu Kak kalo sift pagi nih kita mana bisa santai, yang ada hojot terus lama-lama patah tangan adek Kak," omel Seno juga.

"Udah-udah balik ke tempat masing-masing," perintah Kak Tata ketua sift malam.

Malam ini Lisa dan team nya kebagian sift malam dan beranggotakan Kak Tata gila target, Kak Lala si bawel tapi cekatan, Iwan si bawel dan tukang tidur, Seno si Lelet dan Lisa sendiri yang memprioritaskan agar kerjaan mereka cepat selesai agar mereka bisa istirahat lebih lama.

Perusahaan mereka menargetkan pekerjaan mereka agar tepat pada waktunya, tetapi jika pekejaan mereka selesai lebih awal maka sisa waktunya bisa di pakai mereka untuk istirahat atau menambah target untuk besok.

Waktu terus berputar dan satu minggu sudah Lisa dan Radit tidak bertemu dan jelas membuat hati keduanya gelisah bahkan Lisa sering kena tegur Kak Tata karna melamun saat kerja, sedangkan Radit sering mendapat ledekan dari Martin sahabat serta rekan kerjanya karna wajah Radit sangat kacau.

****

"Sumpah wajah Loe gak banget dit, segitu pengaruhnya ya kehadiran Lisa sampe buat Loe semenyedihkan ini," ucap Martin yang sedari tadi duduk di hadapan Radit yang terlihat berantakan itu.

"Ck Gue bener-bener gila Tin, makin ke sini Gue makin gak bisa jauh dari dia," keluh Radit.

"Pengaruh dia boleh juga sampai buat Loe cuma fokus ke dia," Radit hanya mengedikan bahunya acuh karna fikirannya yang sedang kacau.

"Saran Gue Loe cepet nikahin dia kalau-kalau Loe gak mau Gila,"

"Sialan,"

"Hahaha, nih Gue kasih tau ya Lisa tuh punya daya tarik tersendiri, itu membuat setiap orang yang mengenalnya langsung tertarik ya Gue akuin kalo Gue sempet tertarik sama dia, tapi Gue masih waras dan Gue gak bakal mengkhianati Loe lagi," dan ucapan Martin membuat Radit khawatir takut kalau Lisa malah memilih pria lain selain dia.

"Ah Loe buat Gue tambah pusing tau gak,"

"Hahaha, buru Loe lamar dia,"

"Loe pikir melamar anak orang itu gampang kaya Loe beli makan langsung dapat," ucap Radit sedikit kesal.

"Lagian Lisa masih terlalu muda untuk menikah,"

Martin berdiri dan menepuk pundak Radit. "Gak ada salahnya Loe coba, umur gak ngejamin Dit,"

"Adik Gue nikah setelah lulus sekolah dan udah punya anak pula, bukan karna MBA ya tapi memang mereka berdua gak mau kehilangan satu sama lain,"

"Tapi Gue ragu kalau Lisa nolak terus jauhin Gue," ujar Radit pesimis.

"Loe mah mundur sebelum tempur payah lah,"

"Sumpah Gue bingung Tin,"

"Coba saran Gue deh Dit, gak ada salahnya bukan, lagian kalian udah kenal lama dan Gue yakin Lisa nerima Loe, lagu umur Loe udah cocok jadi Bapak,"

"Emangnya Loe gak,"

"Hahaha, oke Gue balik ke ruangan Gue dulu pikirin baik-baik,"

"Makasih Tin,"

"Sama-sama bro,"

Sepeninggalan Martin Radit terus memikirkan semuanya dan mulai memberanikan diri agar berani menghadapi Lisa dan meyakinkan Lisa tentang keinginannya menjadikan Lisa sebagai istrinya.

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang