(AKK) 25. DUA PULUH LIMA

13 1 0
                                    


Happy Reading..

Radit terburu-buru karna ia pulang terlambat tadi ada masalah yang harus Radit selesaikan hari ini juga, mau tak mau Radit harus lembur dengan perasaan gelisah.

Begitu Radit membuka pintu rumahnya Radit sempat terdiam karna mendengar suara tawa dari dua orang yang ia kenali, Radit berjalan perlahan dan terkejut karna melihat Ibu dan Istrinya duduk berdua sedang menonton acara favorit yang setiap sore di tonton oleh istrinya itu.

"Ibu," ucapan Radit mengagetkan keduanya yang sedang serius menonton Lonceng Cinta itu.

Lisa yang melihat Radit berjalan ke arahnya langsung berdiri. "Bu, Lisa tinggal solat magrib dulu ya,"  begitu Ibu mengangguk Lisa berjalan menuju kamarnya meninggalkan Radit dan Ibu.

Entahlah rasanya Lisa tak mau melihat Radit sekarang, perasaan Lisa sedang tak menentu dan mudah meledak apalagi jika teringat ucapan Radit yang seakan menyudutkannya.

Setelah Lisa pergi Ibu melihat Radit yang terlihat bingung, Ibu merasakan ada sesuatu yang terjadi pada Anak dan menantunya itu.

"Ibu datang jam berapa?" Tanya Radit pada Ibunya.

"Jam 1 siang tadi udah nyampe terus Ibu langsung tidur setelah Resty pergi, bangun tidur tadi Ibu mau mandi tapi di larang Lisa dan dia yang bersihin badan Ibu," Radit sangat terkejut mendengar cerita Ibunya.

"Lisa yang bersihin badan Ibu?" Tanya Radit tak percaya.

"Iya, Ibu salah menilai Dia Mas, pilihan Kamu memang tepat," ucap Ibu padaRadit tapi Radit hanya diam saja dan itu membuat Ibu semakin curiga.

"Ada apa? Ada masalah sama istri Kamu?"

"Ada salah faham sedikit Bu," Ibu Radit memegang pundak anaknya itu.

"Selesaikan segera Mas, Ibu pernah bilang kalau Dia masih sangat muda dan emosinya itu masih belum stabil, Mas harus bisa membimbing Dia agar Dia mengerti dan memahami segala permasalahan yang sedang dia hadapi," Ibu menarik nafasnya dalam-dalam. "Antar Ibu ke kamar setelah itu Mas temui Lisa dan selesaikan semuanya," Radit menuruti ucapan Ibunya dan mengantar Ibunya menuju kamar.

Saat Radit membuka kamarnya Dia melihat Lisa sedang memainkan ponselnya dan ketika melihatnya Lisa langsung meletakan ponselnya di atas nakas dan terlihat akan berdiri tapi dengan cepat Radit menahannya agar tetap duduk.

"Mas mau bicara, Kamu tetap di sini," ucapan Radit membuat Lisa terdiam.

"Jangan gini, Mas gak sanggup di diamkan oleh Kamu sayang, Mas minta maaf sungguh Mas gak bermaksud seperti itu," Lisa masih diam. "Mas tau Mas salah tapi Mas gak Mau Kamu diemin Mas kaya gini," Radit menyesali kesalahannya itu.

"Mas mood Aku lagi kurang baik, jangan buat Aku kesal cuma gara-gara masalah itu," Radit membuang nafasnya kasar. "Dan Mas, Mas harus tau saat Aku menjadi istri Mas saat itu juga Ibu Mas telah menjadi Ibuku jadi saat Ibu sedang sakit sudah sepatutnya Aku merawat dan menjaganya sama seperti saat Ibuku sakit," Radit memeluk tubuh Lisa dan menghirup aroma yang tak ia hirup 2 hari ini membuatnya sangat merindukan harumnya.

"Mas minta maaf, Mas salah maafkan Mas ya," ucap Radit serak karna menangis.

"Dasar cengeng, Mas mandi terus makan ya,"

"Lagi marah tapi Kamu tetap perhatian sama Mas ya, makasih ya sayang," ucap Radit mencium kedua pipi Lisa lalu berlari menuju kamar mandi.

*****

Tubuh Lisa pagi ini sangat lemas dan kepala Lisa pusing hingga membuatnya membatalkan interviewnya.

Tadi juga Radit ingin cuti tapi Lisa melarangnya dan juga Farah akan berkunjung untuk melihat kondisi Ibu, Radit menyuruh Farah untuk pulang saat Radit sudah dirumah dan untungnya Farah bersedia jadilah Radit sedikit tenang untuk bekerja.

Hari ini pekerjaan Radit tak banyak dan di pastikan dia bisa pulang lebih awal, Radit sedang melihat berbagai berkas tiba-tiba Martin masuk dengan wajah lesunya. Radit yang melihatnya langsung berdiri dan mendekati Martin.

"Kanapa muka Lo gak semangat gitu?" Tanya Radit heran karna Radit tak pernah melihat penampilan Martin separah Ini, penampilan Martin sangat kacau entahlah masalah apa yang sedang di hadapi Martin.

"Lo bisa cerita sama Gue Tin, selama ini juga Gue selalu cerita dan minta bantuan sama Lo, dan sekarang mungkin Gue bisa balas kebaikan Lo selama ini," Martin langsung menatap Radit dengan mata rapuhnya.

Martin mengusap wajahnya dan mengacak rambutnya kasar. "Arrggghhh, Gue bingung Dit, sebelumnya Gue gak pernah kaya gini dan Lo tau itu," Radit mengerutkan keningnya tak mengerti ucapan Martin tapi Dia memilih diam sampai Martin selesai bicara.

"Lo tau selama ini Gue gak pernah kacau sama makhluk yang bernama wanita, yang Gue tau hanyalah kesenangan diri Gue semata, Gue bebas mau lakuin apa aja bahkan mau ngapain aja gak ada masalah bukan?" Radit mengangguk Martin menghela nafasnya.

"Bahkah berbagai wanita gak pernah nolak Gue malah mereka dengan senang hati menyodorkan tubuh mereka secara gratis untuk Gue nikmati, tapi-" Martin terdiam tak lagi melanjutkan ucapannya, Radit yang penasaran karna ucapan Martin tiba-tiba berhenti akhirnya buka suara.

"Tapi?"

Martin menatap Radit yang menaikan salah satu alisnya. "Tapi kenapa cuma karna satu orang wanita nolak Gue, Gue gak terima bahkan buat Gue kacau gini, dan kata-kata penolakannya itu buat Gue merasa bersalah Dit, selama ini apa yang Gue inginkan selalu Gue dapatkan tapi sekarang apa yang Gue inginkan gak bisa Gue dapatkan,"

Radit sudah mengerti apa yang sedang di alami sahabat baiknya itu tak lain adalah masalah tentang hatinya. Radit sangat yakin jika Martin tengah jatuh cinta pada seorang wanita hanya saja Martin tak sadar atau mungkin ia tak mau mengakuinya, Radit tak mau memaksa biar sajalah Martin menyadari dengan sendirinya.

"Tin, gak semua yang Lo inginkan bisa Lo dapatkan, semuanya menggunakah hati dan perasaan, sejauh yang Gue tangkep dari cerita Lo itu semuanya menjurus pada satu kata yaitu Cinta, entah Lo menyadari itu atau enggak," Radit menepuk pundak Martin. "Gue cuma mau ngingetin Lo, sebelum semuanya terlambat mending Lo perbaiki kesalahan Lo jangan sampai Lo nyesel nantinya," Martin menutupi mukanya karna Rasa tak menentu yang sedang ia rasakan.

"Dit Gue mau jujur dan ceritain semuanya sama Lo," Radit menganggukan kepalanya.

"Gue tau Gue salah dan Gue sangat sadar kalo perbuatan Gue mungkin sudah jelek di matanya," Martin menarik nafasnya. "Gue minta Lala 'Main' sama Gue,"

Radit membelakan matanya. "Di luar dugaan Gue Lala marah besar dan Dia juga nampar Gue, Dia bilang jika Gue itu Pria yang tak punya hati dan selamanya Gue gak bisa mengerti dan merasakan apa artinya Cinta, baik mencintai ataupun di cintai Gue gak akan merasakan itu," Martin menatap langit-langit ruangan Radit menahan air matanya yang akan jatuh.

"Tapi setelah ucapannya itu Gue merasa sakit, seorang pria brengsek kaya Gue merasa hampa saat dia menghindari Gue dan menjauhi Gue," Martin meremas kedua tangannya.

"Mungkin ucapan Lo itu bener Dit Gue udah terjebak sama yang namanya cinta, hal yang paling Gue benci dan sangat Gue hindari malah menimpa Gue saat ini,"

Radit memang tak pernah mengalami hal seperti yang Martin alami tapi Radit tau perasaan itu sangat menyakitkan apalagi masalah yang Radit hadapi sangat sulit karna masalah dengan Lisa saja Radit perlu bantuan Martin.

Tapi Radit janji akan membantu sahabatnya itu entah dengan cara apa saja karna Martin sudah dianggap saudaranya sendiri sama seperti Reno.

"Gue tau masalah Lo sangat sulit, tapi Gue janji akan bantu Lo dan akan cari jalan keluarnya," Radit menepuk pundak Martin mencoba menenangkan sahabatnya itu dan ucapan Radit sedikit membuat Martin sedikit tenang.

*****

Terima kasih...

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang