(AKK) 8. DELAPAN

15 1 0
                                    

Lisa sudah siap dan terlihat sangat cantik dalam balutan dress berwana putih gading yang di berikan Radit.

Lisa menambahkan kalung dan anting emas putih yang di belinya bersama sang adik saat mereka berada di Singapore saat itu.

Lisa masih tidak bisa tenang apalagi Radit bilang sebentar lagi ia sampai. Dan benar saja suara klakson mobil terdengar di depan rumahnya.

Lisa keluar dari rumah tak lupa untuk mengunci pintunya karna Kak Rara sudah berangkat terlebih dulu dan memutuskan untuk bersiap di rumah temannya yang sedikit ada masalah.

Lisa berjalan menuju mobil yang di bawa Radit, sesampainya di dalam mobil Radit tersenyum manis dan tak pernah henti melihat penampilan Lisa sambil mengucapkan kata Cantik beberapa kali.

Tak lama mobilpun sampai di sebuah Caffe yang berada di daerah Batu Aji Batam.

"Ibu?"

"Oh ya Mas lupa, Ibu udah di dalam sama Mas Seno dan Mbak Farah nanti Mas kenalin kamu sama mereka,"

Setelah mengucapkan itu Radit menggenggam tangan Lisa dan berjalan perlahan sampai mereka tiba di depan meja yang terdapat 6 kursi yang sudah di duduki oleh 4 orang yang tersisa 2 untuk mereka,"

"Nah udah yang di tunggu udah datang," ucap Seno sepupu Radit. Lisa tersenyum kepada semua orang yang berada di sana.

"Kenalin Seno sepupu su cupu ini," ucap Seno pada Lisa sambil melirik Radit yang sedikit kesal karna ia ledek.

"Lisa," ucap Lisa tersenyum manis.

"Cantik-," Seno sengaja mengatakan itu untuk meledek Radit, sedangkan Radit melotot garang pada Seno, Farah memberi isyarat agar berhenti menggoda Sepupunya itu.

Seno kembali melanjutkan ucapannya "Cantik, cantik bukan istriku? Kenalkan Dia Farah istriku," ucap Seno pada Lisa.

Lisa tersenyum karna tingkah
Seno yang menggoda Radit, entahlah kenapa mereka senang sekali menggoda Radit, padahal menurut Lisa Radit itu terlalu keren untuk di goda.

Entah Martin atau Seno mereka membuat Radit kesal dan itu sangat Lucu menurut Lisa.

"Hai, Lisa," ucap Lisa menjabat tangan Farah.

"Farah," ucapnya tersenyum manis pada Lisa.

"Jangan dengerin cah gendeng itu sayang, oh ya Bu ini Lisa,"

Lisa tersenyum pada wanita paruh baya yang sedang duduk di samping kanannya itu, Wanita itu tersenyum ramah pada Lisa dan kesan pertama yang Lisa dapat itu adalah calon mertuanya ia nyatakan aman, ya walaupun Lisa belun tau kelanjutan dari ini.

"Mas Radit pinter ih, calonne ayu tenan,"

"Ya pasti lah Nduk,"

Setelah percakapan itu mereka memutuskan makan terlebih dulu sebelum melanjutkan obrolan.

Tapi saat makan sesekali Ibu Radit melempar pertanyaan Ringan pada Lisa.

Ya seperti Lisa berapa bersaudara, Lisa anak ke berapa, Asli orang mana sampai makanan mereka habis mereka melanjutkan obrolannya lagi.

"Radit sama Seno ini Ibu yang ngurus sejak kecil Nduk, dari kecil Seno tinggal sama Ibu karna kedua orang tuanya sudah tidak ada,"

"Ibu tak pernah membedakan kasih sayang antara mereka, saat ada Resti pun kasih sayang Ibu tak pernah berbeda,"

"Jika Radit di belikan Baju baru, Seno pun pasti Ibu belikan, Radit itu berjuang dari awal sewaktu Kuliah pun dia berusaha sendiri sampai sekarang Dia bisa bekerja di Bank,"  Lisa memperhatikan dengan serius ucapan Ibunya Radit.

"Resti sudah menikah dengan pengusaha Teh di Jogya dan tinggal bersama suami dan Anaknya, dan sekarang Radit juga udah mau menikah, sudah pasti Ibu akan hidup sendiri,"

"Ya ampun Ibu kok jadi ngelantur, maaf ya Lisa bukan maksud Ibu-,"

"Gapapa Bu, Lisa ngerti kok apa yang Ibu rasain." Lisa mencoba bersikap positif walau tak di pungkiri Lisa seperti merasakan ini awal masalah terhadap hubungannya.

Setelah cukup lama berbincang mereka mutuskan pulang, Resti adik Radit meminta Lisa untuk ikut pulang bersama mereka tapi Lisa tolat dengan alasan besok dia akan bekerja, ya walau sebenarnya Lisa sudah meminta cuti untuk besok, tapi sungguh Lisa tak nyaman dengan Ibu dari Radit.

Meskipun Lisa dan Radit mengenal Radit hampir 3 tahun tapi Lisa baru menjalin hubungan yang serius beberapa hari yang lalu jadilah Lisa masih merasa canggung.

Ibu Radit dan Resti ikut dengan mobil Seno, sedangkan Radit mengantar Lisa pulang.

Di dalam mobil Lisa hanya diam dan Radit menyadari itu semua, Radit menepikan mobilnya di pinggir jalan dan menyentuh tangan Lisa. Lisa yang sedang melamun tersentak kaget.

"Kenapa?" Tanya Radit lembut.

"Gak papa," ucap Lisa sambil menggelengkan kepalanya.

"Ck, ada apa? Bicaralah, Mas tau ada yang buat kamu kaya gini,"

"Aku gak papa Mas, Aku capek aja hm mungkin karna kerjaku hojot terus kejar target," ucap Lisa sambil memijat pelipisnya mencoba menghilangkan kegugupannya karna tatapan Radit. Tatapan Radit sangat tajam seakan menginginkan Lisa mengatakan sejujurnya.

"Baiklah kalo kamu gak mau cerita, tapi kamu harus inget kalau sekarang Kamu dan Mas menjalin sebuah hubungan dan semestinya Kita harus terbuka satu sama lain jangan ada yang di tutup-tutupi," setelah mengatakan itu Radit melajukan mobilnya kembali dan dia memilih dia sampai mereka sampai di depan Kosan Lisa.

Setelah Lisa turun tanpa mengucapkan apa-apa Radit melajukan mobilnya sedikit kencang dan membuat Lisa meringis takut.

Setibanya di rumah Lisa langsung membersihkan diri setelah itu di membaringkan tubuhnya di kasurnya.

Ibu Radit memang tidak terang-terangan mengatakan ketidak sukaannya terhadap Lisa tapi dari tingkah dan cara bicaranya tadi Ibu Radit terlihat seperti tidak menyukai Lisa.

Lisa berusaha melupakan sejenak masalah ini dan memilih untuk tidur.

*****

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang