(AKK) 14. EMPAT BELAS

17 1 0
                                    

Selamat membaca..

Cklek.. suara pintu terbuka dan menampilkan Martin yang tersenyum senang.

"Wih tuh senyum gak ilang-ilang, seger banget,"

"Rasanya Gue bahagia banget Tin denger apa yang di ceritakan Resti tadi," Radit masih tersenyum senang sambil membayangkan dirinya dan Lisa yang akan bersanding di pelaminan nanti.

"Tapi Gue gak yakin kalo senyum di bibir Lo itu akan bertahan setelah apa yang akan Gue ceritain," seketika Radit tersentak dan langsung menatap Martin.

Pasalnya kehadiran Martin kadang membuatnya berseri kadang juga membuatnya gelisah karna memikirkan ucapannya yang tak pernah Radit fikirkan.

Radit memang cerdas tapi cerdas di dalam pekerjaan dan bisnisnya, terbukti selain kerja sebagai pimpinan sebuah Bank saja Radit memiliki usaha lain yang tak ada orang lain pun tau termasuk orang tuanya.

Selama hampir 7 tahun ia bekerja, Radit sengaja memainkan uangnya untuk di jadikan perumahan elite dan alhamdulillah bisnis Radit berkembang bahkan dia telah memiliki 3 komplek perumahan elite di 3 kota berdeda.

Dalam 1 komplek terdiri dari 45 kavling dan 1 Rumah besar terdapat di blok depan untuk Rumahnya sendiri bahkan peralatan Rumah pun sudah terisi semua jadi Radit tinggal menempati saja Rumah itu.

Radit pernah di tawari membuat sebuah Hotel tapi belum berani menerimanya, mungkin jika nanti Dia sudah beristri Radit akan mencoba mengambil tawaran hotel itu karna jujur saja saat ini fokusnya hanya kepada Lisa seorang.

Martin yang duduk di hadapan Radit menatap tajam Radit, sedangkan sudah mulai gelisah.

"Perasaan Gue gak enak Tin,"

"Mameng harus!!" Jawab Martin tegas.

"Sebenarnya ada apa Tin?"

Martin melipat tangannya di dada dan mengangkat sebelah alisnya, melihat raut wajah sahabatnya yang sudah seperti orang yang sedang ketauan selingkuh itu membuatnya geli dan ingin tertawa terbahak.

Martin memang senang sekali mengerjai sahabatnya itu, jangan salahkan Martin untuk masalah ini karna memang Radit telalu mudah di tipu kalau urusan cinta dan wanita.

"Ucapan Gue tempo hari bakal jadi kenyataan kalo Lo gak gerak cepat,"

"Gue kasih tau Lo apa permasalahannya," Martin menekan kedua tangannya pada meja dan salah satu telapak tangannya ia buka untuk menahan dagunya.

"Angek bilang bahwa besok ada acara pertemuan antar genk dan masalahnya adalah dua mantan Lisa akan hadir di sana," Radit menegang bahkan jantungnya seperti berhenti berdenyut. Lama-lama berteman dengan Martin membuatnya tak sehat bahkan jika Radit memiliki riwayat penyakit jantung ia sudah sering keluar masuk rumah sakit atau bisa jadi meninggal mendadak karna berita yang di katakan Martin pastinya membuatnya terkejut.

Entahlah, apa Martin yang keterlaluan atau Radit yang terlalu membawa perasaannya.

"Lo tau kan kalau suami Angel itu mantanya Lisa," Radit menganggukan kepalanya. "Satu mantanya lagi yang membuata Lisa pergi dari Cirebon untuk ke Batam, katanya Lisa terlalu mencintai mantannya itu sampai ia pergi ke sini untuk melupakannya, Gue rasa Lisa sudah melupakannya karna Dia terlihat menyayangi Lo Dit, tapi-"

Martin bangkit lalu berjalan dan berdiri di samping Radit yang sedang duduk di kursinya.

"Tapi apa? Tin sumpah Gue kalo deket Lo bawaannya horor tau gak," ucap Radit gelisah dan Martin tertawa kencang.

"Oke oke fine Gue gak akan menggoda Lo lagi, tapi ini serius Dit kalo Lo masih diem aja di sini Lo bakal kalah saing sama mantannya yang ada di Cirebon itu," Radit fikir ucapan Martin benar.

"Lo bener, Gue gak bisa diem aja di sini, Gue harus temuin Lisa dan meyakinkan Dia,"

"Nah itu Dia, tumben Lo bisa mikir gitu,"

"Gue gak mau di bilang bodoh lagi,"

"Hahaha, baguslah."

"Oh ya Tin menurut Lo, gimana kalau Gue datang untuk nemuin orang tuanya dan melamar Lisa sama mereka,"

Untuk kali ini Martin di buat terkejut dengan ucapan Radit, ucapan Radit menurutnya sesuatu yang ajaib karna Radit mengatakan bahwa ia ingin melamar Lisa langsung pada orang tuanya.

Sumpah ini bukan Radit banget, pikir Martin.

"Itu wow banget Dit, dan menurut Gue, sore ini juga Lo harus berangkat,"

"Lo masih waras kan Tin?"

"Yes I'am fine."

"Gue baru mau beli tiketnya jam 1 nanti," Martin menyerahkan amplop putih pada Radit.

"Apa ini," ucap Radit sambil membuka amplop itu dan Dia terkejut karna isinya adalah tiket pesawat. Atas nama-Raditya Ganendra, Tujuan: Batam-Jakarta, Waktu: 13.45 ..

"Tin ini?" Tanya Radit tak percaya sambil memegang tiket tersebut.

"Iya, dan sebaiknya Lo siap-siap biar Gue antar Lo ke bandara, Lo tenang aja cuti sama kerjaan Lo udah Gue beresin," Radit mau mengucapkan terima kasih tapi terlambat karna Martin lebih dulu melanjutkan ucapanya.

"Lo jangan khawatir, di Jakarta Lo di jemput Raffi suami Angel karna kebetulan Dia juga balik hari ini dari Singapore karna besok Dia dan Angel akan menghadiri acara persahabatan itu," jelas Martin.

"Tin Gue gak bisa ngomong apa-apa lagi, Lo memang The Bets banget tau gak," ucap Radit memeluk tubuh sahabatnya itu.

Martin memang jail, tapi jika menyangkut kebahagiaan orang yang ia sayang, keluarga dan sahabatnya ia pasti orang pertama yang berusaha untuk membahagiaan mereka.

Seperti halnya Radit saat ini, Martin membuat rencana agar Radit segera menemukan kebahagiaanya.

"Bereskan berkasmu Radit, Gue gak mau liat Lo menjadi alay,"

"Hahaha baiklah,"

Radit membereskan berkas pekerjaannya dan berjalan menyusul Martin yang sudah berada di mobilnya.

*****

"Teh, Aku ke toko buku yang ada di lantai 4 ya,"

"Mau cari buku apa Dek?"

"Kisi-kisi UAN, kata temanku itu buku baru datang 3 hari yang lalu dan aku takut kehabisan,"

"Baiklah, nanti teteh nyusul," ucap Lisa pada Vivi.

"Oke," ucap Vivi meninggalkan Lisa.

Vivi adik Lisa yang memiliki tubuh tinggi dan berkacamata, wajahnya cantik dan dia bergigi gingsul. Tak heran jika ada saja pria yang memperhatikannya.

Vivi ini orangnya cuek dan penampilannya biasa saja, padahal jika Vivi merubah penampilanya seperti Lisa yang memakai baju masa kini, para pria yang melihatnya pasti jatuh hati pada Vivi.

Lisa saja heran dengan adiknya itu yang berpakaian biasa saja saat pergi ke mall, lain Vivi lain Zia adik bungsu Lisa.

Jika Vivi bersikap cuek dan masa bodo, tapi Zia malah memperhatikan penampilanya, bukan Penampilan yang seperti anak muda kebanyakan yang memakai celana pendek dan baju terbuka saat ke mall, kalau keluar rumah Zia pasti memperhatikan penampilan dan nomor satu adalah hijab yang ia pakai harus tertutup sampai menutupi bokongnya.

Lisa jadi bingung jika berjalan dengan ke dua adiknya ini, yang satu cuek dan masa bodo sedangkan yang satunya lagi terlalu tertutup seperti anak pesantren.

Lisa bukan malu tapi merasa aneh saja kenapa ketiga anak Ibunya berbeda sikap dan sifatnya sampai cara berpakaiannya pun berbeda.

Di saat Lisa sedang mengantri tak sengaja tubuhnya tersenggol oleh bahu seseorang hingga membuat Lisa hampir terjatuh.

"Maaf maaf,"

DEG!!!

Suara itu, Lisa kenal Suara itu karna suara itu adalah suara milik Ariel mantan kekasihnya dulu yang sekarang menjadi suami dari sahabatnya.

Jangan lupa tinggalkan Vote dan Comment kalian.

Terima kasih...

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang