(AKK) 9. SEMBILAN

20 1 0
                                    

Radit kembali terlihat kacau setelah pertemuan Ibunya dengan Lisa, Radit kembali di buat pusing bahkan lebih parah.

Pasalnya kali ini bukan hanya Lisa saja yang membuatnya pusing, karna Ibu Radit juga membuatnya pusing apalagi ini menyangkut soal Lisa wanita yang sangat iya sayangi bahkan mungkin Radit sudah mencintai Lisa karna Radit tak mau kehilangan Lisa.

Sudah 1 minggu setelah pertemuan itu Radit tidak bertemu Lisa, bahkan Lisa pun tak pernah mengabarinya entah Sms atau WA. Rasanya Radit ingin mati saja kalau sudah dihadapi dengan hal seperti ini, tapi Radit bukan orang bodoh yang hilang akal yang mengakhiri hidupnya karna masalah yang menurutnya tidak terlalu berat.

Radit kembali mengingat percakapannya tempo hari dengan Ibunya sebelum Ibunya kembali ke Jogyakarta.

"Kamu beneran serius mau menikahi gadis itu?"  Radit menatap Ibunya yang menyebut Lisa sebagai gadis itu. Radit sudah menduga jika Ibunya kurang begitu menyukai Lisa. Entah apa alasannya nanti Radit akan mencari taunya sendiri tapi sekarang Radit ingin meyakinkan Ibunya jika Lisa adalah wanita yang tepat untuk menjadi istrinya.

"Iya Aku sangat mencintainya Bu, Lisa gadis yang baik Bu dan Radit yakin Lisa pasti akan menjadi istri terbaik untuk Radit," Ibu Radit menghela nafasnya, Radit tau jika Ibunya ini berusaha menggoyah hatinya agar Radit mengurungkan niatnya untuk menikah.

"Baiklah Ibu tak melarang keinginan kamu tapi apa gak kamu cari wanita yang sudah cukup siap untuk menikah, em maksud Ibu usia Lisa masih begitu muda untuk berumah tangga, Ibu cuma takut kamu gak ke urus."

"Ya ampun Ibu, jadi masalah Ibu itu cuma umur Lisa saja, Ibu gak usah khawatir Bu, Radit yakin Lisa bisa merawat Radit,"

"Tapi Mas Umurnya masih begitu muda dan di umurnya sekarang dia pasti masih memikirkan tentang kesenangan saja, Mas umurnya saja berbeda 7 tahun dari Resti, Mas tau kan kalo seumurannya saja waktu itu Resti masih main-main dan bersenang-senang dengan temannya,"

"Lisa ini beda Bu, Mas aja butuh waktu berminggu-minggu untuk membuatnya yakin kalo Mas mencintainya, Bu beri Radit restu untuk menihakahinya,"

" Dia masih sangat kecil dan Ibu yakin Sikapnya masih kekanak-kanakan Mas, Dia pasti belum bisa bersikap Dewasa, Ibu hanya takut nanti kamu gak ke urus sama Dia, Ndak taulah Ibu butuh waktu buat nyerahin kamu sama gadis yang masih sangat muda itu,"

Dan setelah ucapan Ibunya itu Radit bungkam, Radit tak lagi meyakinkan Ibunya, toh percuma saja Ibunya sangat percaya diri dan tak mudah untuk di rayu apalagi di bantah.

Radit terus memijat pelipisnya yang terasa pening, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sahabatnya Martin.

"Wih kenapa lagi nih muka si curut?" Ucap Martin yang menghempaskan tubunya pada soffa panjang di ruangan Radit.

Radit masih sibuk dengan fikirannya sedangkan Martin tengah tertawa seperti orang gila sambil menatap ponselnya.

Martin tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekati Radit sambil meletakan ponselnya di dalam kantong celananya.

"Ck hidup Lo penuh drama banget sih, Gue tau Lo ada masalah lagi tapi kenapa sih Lo masih aja tolol gak bisa cepat selesaiin masalahnya," Radit menatap Martin berharap Martin bisa memberi solusinya, Martin yang di tatap seperti itu merasa ada sesuatu yang aneh.

"Gue tau ini pasti Loe lagi coba merayu Gue buat bantuin masalah Loe kan," Radit nyengir Martin mendengus.

"Sudah ku duga," Radit menceritakan semua masalah yang sedang ia hadapi, mulai dari Lisa yang tak menghubunginya dan masalah Ibunya yang kurang menyukai Lisa.

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang