(AKK) 5. LIMA

20 2 0
                                    

Pagi ini tampak seorang Pria yang masih bergelung di tempat tidur dan tidak menyadari jika seorang pria lainnya sedang duduk memperhatikan sahabatnya yang semakin hari semakin kacau.

"Ck, mengenaskan sekali hidup Loe,"

"Tin, kok Loe ada di sini?"

"Loe aja gak denger Gue ketuk pintu Loe sampai jamuran,"

"Bagus dong Loe jamuran,"

Martin mendengus kesal "Loe tuh gak ada gairah hidup tau gak, gimana Lisa mau nerima Loe kalo penampilan Loe aja semengenaskan ini,"

"Bahasa Loe pea,"

"Hahaha,"

Drtt drtt drtt..

"Tumben itu hp Loe bunyi pagi gini,"

"Iya gak tau nomer baru, Gue angkat dulu ya?"

"Iya Loe angkat dulu Gue juga mau mandi,"

Setelah Radit masuk kamar mandi Martin baru mengangkat telfon yang ia yakini dari Lisa, pasalnya sudah hampir satu bulan Martin menyerahkan nomornya pada teman Lisa yang saat ini tengah dekat dengannya.

Martin jadi teringat percakapannya dengan teman Lisa yang menurutnya unik itu.

"Eh Ko bentar deh,"

Martin yang sedang buru-buru sebenarnya malas meladeni orang yang tidak ia kenal dan ujung-ujungnya ngajak kenalan.

"Iya,"

"Ih jutek banget sih Koko ini, Aku cuma mau minta nomor Koko di suruh Lisa,"

Martin yang mendengar nama Lisa nampak terkejut dan kalau di liat wanita di hadapannya ini tak asing.

"Lisa?" Ulang Martin. Sedangkan Lala memutar bola matanya malas.

"Iya Lisa yang lagi dekat sama Mas Radit,"

"Oh,"

"Oh doang astaga," keluh Lala dan itu membuat Martin tertawa karna baru kali ini dia menemukan gadis yang unik menurutnya dan berhasil membuat hati Martin penasaran Errrr...

"Aku kasih tapi dengan satu syarat,"

"Apa?"

"Kamu kasih nomor Kamu buat aku dan aku kasih Nomorku buat Kamu dan Lisa gimana?"

Lala tersenyum mengandung arti saat mendengar ucapan Martin.

"Yaelah modus banget deh, nih nomor ponselku," ucap Lala sambil menyerahkan ponselnya yang di layar menampilkan nomor ponselnya.

"Oke aku save, see you next time honey,"

Martin menggeser layar ponselnya dan menempelkan ponsel pada telinganya.

"Hallo,"

"Hallo Ko Martin,"

"Iya Lisa,"

"Koko lagi di tempat Mas radit ya?"

"Iya,"

"Aduh Aku ganggu ya Ko?"

"Eh enggak, kebetulan si curut lagi mandi, kok baru telfon padahal udah lama banget di tungguin loh,"

"Eh,"

"Maksudnya mau ngomongin soal Radit,"

"Oh iya, Aku juga mau minta bantuan Koko sih,"

"Emang bantuan apa?"

"Aku mau jawab pertanyaan Mas Radit di hari ulang tahunnya Ko dan Aku perlu bantuan Koko,"

"Oke Gue bantu, eh tapi Loe gak mau nyakitin sahabat gue kan?"

"Ck Koko ini ngapain Aku nyakitin Dia yang udah kaya orang gila gitu,"

"Hahaha kalau Loe ngerjain Dia gue dukung,"

"Sahabat macam apa Koko ini,"

"Hahaha Gue sening liat Dia kaya orang gila gitu,"

Lisa pun menceritakan rencananya dan di setujui oleh Martin. Untung saja sebelum Radit keluar dari kamar mandi Martin telah lebih dulu memutuskan sambungan telfonnya pada Lisa.

Radit sedang mengeringkan rambutnya yang masih basah sedangkan Martin sibuk memainkan COC di ponselnya.

"Tadi siapa? Cewek baru?"

"Kepo,"

"Sialan Loe,"

"Hahaha, eh Bro si Lisa udah Wisuda bukan minggu lalu, Loe gak dateng?"

"Kok Loe tau?"

"Temennya bilang,"

"Temen? Sejak kapan Loe kenal sama temennya Lisa sampe tau masalah Wisuda segala,"

"Kepo Loe akut banget Bro,"

"Yaelah kaya Loe enggak aja,"

"Hahaha iya juga ya, jadi Loe datang gak?"

"Enggak,"

"Yaelah muka Loe gak usah kusut gitu lah, eh minggu depan kan ultah Loe Bro, Gue mau rayain di rumah Gue dan malam ini Loe harus tidur di rumah Gue,"

"Serah Loe deh,"

"Good"

*****

Lisa nampak kesal melihat tingkah sahabatnya ini yang sejak tadi pagi kerjaannya senyam-senyum kaya orang gila, siapa lagi kalo bukan Kak Lala yang setengah Gila di tambah sekarang dengan tingkahnya persis orang gila.

Lisa sedang membungkus kado untuk ia berikan pada Radit besok, Lisa membeli sebuah jam tangan yang sangat indah dan terlihat keren jika nanti di pakai Radit.

Lisa memesan jam itu pada temannya yang saat itu berada di Berlin dan menyuruh temannya mengirimkan semua model jam yang ada di toko itu yang di foto temannya dan dikirimkan pada Lisa lewat aplikasi WA.

Dan pandangan Lisa jatuh pada sebuah jam tangan Pria dengan motif sederhana dan di lengkapi dengan aplikasi pengingat semacam alarm.

Dan jam itu sudah di bungkus menjadi sebuah kotak yang sangat indah.
Lisa melirik temannya yang masih sibuk dengan khayalannya itu.

"Eh Kak, ada untungnya juga Kakak jadian sama Ko Martin,"

"Emang untungnya apa?"

"Ya Kakak sama Ko Martin gak usah pura-pura lagi mesra-mesraan di depan Mas Radit,"

"Hahaha iya juga ya,"

"Kakak buat Mas Radit Bete sebete bete nya ya, kalo perlu Kakak sama Ko Martin ciuman depan Mas Radit,"

"Sinting Kamu,"

"Hahahaha gak papa kan kalian enak,"

"Ya enggak di depan orang juga kali," ucap Lala yang mulai kesal.

"Sekali kali gak papa kali,"

"Ya gak gitu juga kali,"

"Serah Kakak lah yang penting buat Mas Radit kesal hari itu,"

"Siap beres kalo itu mah tenang aja. Serahin semuanya sama kita,"

"Oke sip"

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang