(AKK) 20. DUA PULUH

17 1 0
                                    

Happy reading..

Bagi Lisa sangat berat meninggalkan tempat ini tempat yang awalnya ia keluhkan menjadi ia rindukan.

Ia belajar keras agar bisa menguasai teknik agar pekerjaan yang ia kerjakan menjadi mudah.

Dari ia sering kena marah oleh leader sampai ia di puji-puji karna hasil kerjanya yang bagus dan tepat waktu.

Tadi pagi pelepasan dan ucapan terima kasih dari para karyawan untuk Lisa. Saat ini Lisa sudah ada di kantor HRD untuk menyerahkan pakaian dan atributnya selama ia bekerja di sini.

"Sudah semua Lisa, berkas Kamu dan sertifikat semuanya sudah ada di map ini," ucap Ce Natalia.

"Iya Ce, makasih ya," ucap Lisa tulus.

"Oh ya Lisa mau lanjut kerja di mana? Padahal kinerja Kamu bagus loh, tapi Kami juga gak bisa maksa Kamu karna Kamu juga punya predikat yang bagus," ucap Ce Lia.

Lisa tersenyum, "Sebenarnya sih Lisa gak rela keluar dari sini Ce, tapi mau gimana lagi kontrak Lisa juga udah abis dan peraturan di sini kan gak ngebolehin Nikah kalau belum permanen,"

Ce Lia tersenyum. "Jangan lupa undangannya ya," ucap Ce Lia.

"Siap Ce, kalo gitu Lisa permisi ya Ce, oh ya Lisa izin pamit sama Anak line sebentar ya Ce,"

"Iya 20 menit ya Lis,"

"Oke,"

Setelah di izinkan Lisa berjalan menuju Line Cable dan bertemu dengan Kak Popom untuk meminta izin menemui teman-temannya.

Lisa berpamitan pada 5 orang temannya termasuk Kak Tata yang sejak tadi mengeluarkan air matanya dan membuat Lisa ikut sedih.

Tak mau larut dalam kesedihan terlalu lama, Lisa memutuskan untuk pulang.

Kak Lala tak masuk kerja karna sedang cuti, entahlah ada yang aneh dengan sikap Kak Lala akhir-akhir ini.

******

"Wow tuh muka cerah amat," Martin menyilangkan kedua tangannya menatap Radit yang tengah tersenyum senang.

Minggu kemarin Radit sudah ke Cirebon bersama Ibunya dan pakdenya untuk meresmikan lamarannya sekalian menentukan tanggal pernikahannya.

Dan tanggal baik itu jatuh pada tanggal 5 Mei yaitu 2 minggu dari hari ini. Radit memang meminta di percepat karna tak baik menunda hal baik seperti ini.

Acara resepsi akan di adakan di 3 tempat dan merekapun tak mempermasalahkan itu, Radit sanggup mengeluarkan uangnya lebih banyak lagi dan tak melarang Lisa untuk mengeluarkan uang Lisa untuk pernikahannya.

Radit tak mau di cap tak mampu karna jelas-jelas dia mampu karna usahanya yang belum di ketahui Lisa, nanti setelah menikah ia akan menceritakan semuanya.

"Gue gak bisa ngomong Tin, rasanya Gue pengen secepatnya menikah dengan Lisa."

"Iyalah yang udah mau lepas perjaka," ledek Martin.

"Ck, omongan Lo persis Anis tau gak."

"Anis siapa?" Tanya Martin penasaran.

"Anis sahabat Lisa sama Angel, sumpah omongan Dia gak bisa di saring tau gak, Gue aja gak bisa ngomong apa-apa kalo deket Dia," jelas Radit yang tengah sibuk merapihkan berkas yang telah selesai ia kerjakan.

"Kaya Lala gitu?" Ucap Martin ragu-ragu menyebut Nama Lala, rasanya ada yang aneh dari sikap sahabatnya ini.

"Gue rasa kalo Lo,Angel,Lala sama Anis di jadikan satu kayanya bakal seru," Radit tertawa kecil.

"Tanggal berapa jadi acaranya?" Tanya Martin pada Radit.

"Tanggal 5 Akad sama Resepsi di Cirebon, tanggal 7 Resepsi di Jogyakarta dan tanggal 10 di Batam setelah itu Gue bulan madu dong," ucap Radit yang mulai berani menggoda Martin.

"Ah Lo baru mau ngerasain aja udah songong, Gue aja yang udah sering biasa aja," ucap Martin cuek.

"Ya bedalah Tin, yang halal sama yang gak halal, kalo Kita ngelakuin sama yang belum halal selain dosa pasti ada rasa tak puas," ucapan Radit berhasil menusuk hati Martin entah kenapa membuat wajah Martin menyiratkan kekecewaan, Radit menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, terbukti setelah ucapan Radit itu Martin diam saja, biasanya Dia akan membalas ucapan Radit.

Merasa tak enak Radit meminta izin pada Martin untuk menjemput Lisa. "Oh ya Tin Gue mau jemput Lisa, hari ini Dia terakhir kerja dan kerjanya juga setenga hari, Gue jemput dia dulu ya," Radit mengambil jaket armi nya dan berjalan keluar meninggalkan Martin yang Masih terdiam dengan pemikirannya sendiri.

**

Radit sudah menunggu Lisa di depan gerbang perusahaan Lisa. Tak lama Lisapun keluar dari perusahaan itu dan berjalan menuju Radit.

Radit yang melihat Lisa berulang kali menghapus air matanya dengan sigap menghampiri Lisa.

"Hei kenapa?" Tanya Radit sambil menangkup kedua pipi Lisa dengan tangannya, ibu jari Radit bergerak dan menghapus sisa air mata kekasihnya itu.

"Kita ke mobil dulu ya," ucap Radit dan berjalan dengan Lisa yang dirangkulnya menuju mobil.

"Kenapa menangis?" Tanya Radit yang sudah duduk di balik kemudinya.

"Mas, di dalam tadi sangat sedih, Kak Tata terus-terusan nangis, rasanya Aku gak rela pisah sama mereka," Radit mengelus puncak kepala Lisa dan tersenyum manis.

"Mas ngerti gimana perasaan Kamu, tapi ini udah jalannya sayang," Radit berkata lembut dan mengelus sayang pipi pacarnya itu.

Radit mulai melajukan mobilnya menuju rumah bude untuk mengantarkan Lisa, besok Radit dan Lisa akan pulang kampung untuk menentukan tanggal pernikahan mereka.

Lisa memutuskan untuk rehat sejenak sebelum mencari pekerjaan baru yang sesuai dengan kemampuannya.

Lisa akan ke Cirebon sampai hari pernikahannya tiba, sedangkan Radit akan pulang ke Jogya dan datang nanti bersama Ibu dan para kerabatnya.

"Aku gak nyangka beberapa hari lagi nikah sama Mas," ucap Lisa pada Radit.

"Mas malah gak sabar merubah status Mas menjadi suami Kamu," Radit membuat pipi Lisa merona.

"Rasanya Mas gak percaya sebentar lagi kita akan menikah, impian Mas jadi kenyataan," ucap Radit.

"Apa sih yang membuat Mas bisa suka sama Lisa?" Tanya Lisa pada Radit.

Radit tersenyum dan memegang tangan Lisa. "Yang buat Mas tertarik sama Kamu itu semuanya, dan yang gak bisa orang lain liat dari diri Kamu membuat Mas tertarik dan yakin kalau Kamu itu jodoh Mas," ucap Radit yakin dan membuat Lisa bungkam, ada sesuatu yang membuat bangga pada Radit.

Biasanya seorang Pria lebih suka dengan hubungan bebas seperti pacaran, tapi Radit malah memilih langsung menikahinya.

Lisa sangat bahagia mendapatkan sosok Radit yang akan menjadi suaminya itu, seseorang yang kelak akan membimbingnya dan menjadikannya istri yang solehah Amin.

"Mas, Lisa sayang sama Mas dan Lisa gak mau jauh dari Mas apalagi kehilangan Mas," ucap Lisa sendu.

"Gak akan Sayang, Mas janji akan ada di samping Kamu terus sampai maut menisahkan Kita," kata-kata yang membuat Lisa jijik setiap kali mendengarnya tapi tidak saat Radit yang mengatakannya, ada rasa bahagia tersendiri di dalam hati Lisa.

Tinggal selangkah lagi bagi mereka menyatukan cinta mereka dalam ikatan suci pernikahan dan mulai menjalani kehidupan barunya dengan status baru.

Mereka juga harus siap dengan berbagai cobaan yang pastinya akan datang dan menguji mereka berdua.

*****

Terima kasih...

Akhir kisah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang