●○●
Hari sudah sore, apa daya Detak tetap harus berangkat ke kampus karena ada kelas.
Kosan Detak lumayan jauh dari kampus, perjalanan yang ditempuh bisa dua puluh menit kalau jalan kaki dan sepuluh menit kalau pake ojek. Tapi bukan Detak namanya yang naik ojek kalau tidak telat.
Detak lupa bagaimana cerita awalnya sehingga dia memilih kosan yang jaraknya jauh dari kampus dan melewati banyak gang-gang sepi dan gelap saat malam hari. Mungkin itu yang di sebut kesemsem.
Detak melihat beberapa lelaki sedang nongkrong di warung yang berjarak lima meter darinya. Tanpa merasa risih diperhatikan, Detak berjalan mendekati mereka.
"Sendirian aja, mau aa temenin ga neng?" kata lelaki yang memakai jaket berwarna abu-abu.
Detak tidak menjawab dan tetap berjalan.
"Sombong banget sih!" kata lelaki lain yang menggunakan kaos biru sambil mencoba menyentuh helaian rambut Detak yang diterpa angin.
Detak tidak suka, "Apaan sih!" jawab Detak marah.
"Weit, galak amat," balas lelaki tadi.
"Udahlah gausah digangguin, dia cewek dari kampus kita," tegur lelaki yang masih menggunakan helm di atas motornya.
Detak yang sudah terlanjur marah berbicara ketus pada lelaki itu, "Terus kalau sekiranya gue bukan dari kampus ini kalian bakalan gangguin gue?"
Lelaki tadi melepaskan helmnya dan menunjukkan wajahnya. Detak sedikit terkejut ketika melihat lelaki itu adalah lelaki yang malam itu dia bantu dan tertidur di kosannya. Wajahnya sangat tampan meskipun luka-luka itu masih belum sembuh total.
"Lo nantangin gue?" tanya lelaki itu ketus.
Detak mengernyitkan keningnya, ternyata wajah tampannya sangat tidak cocok dengan sikapnya yang sok.
"Gas..." kata lelaki yang menggunakan jaket abu-abu.
Detak tidak habis pikir mengapa cowok yang wajahnya ganteng dan terlihat polos saat tidur itu berubah menjadi orang yang menyebalkan dan sok saat dia bangun.
Detak tidak mengindahkan pandangan tajam Bagas padanya, dengan cuek Detak kembali melanjutkan jalannya.
"Lo gatau siapa gue?" tanya Bagas sedikit berteriak.
Detak berbalik, "Emangnya lo rektor, jadi gue harus tau lo?" jawab Detak dingin.
Bagas tertawa merendahkan, "Omongan lo pedes juga ternyata, tunggu kayanya gue pernah liat lo," kata Bagas.
"Dimana ya gue liat lo."
Detak diam, menunggu lelaki itu mengingatnya. Tapi tidak ada tanda-tanda dari lelaki itu, dengan sedikit kecewa Detak kembali melanjutkan jalannya.
"Maaf tapi gue enggak peduli," jawab Detak.
***
Detak mengantuk, kelas sore sangat tidak mendukung untuk belajar biologi. Ditambah dosennya yang sudah berumur jarang sekali membuat lelucon untuk membuat mahasiswanya semangat.
"Detak besok jangan lupa ya bawa makalah tentang stoikiometri yang udah gue kirim ke email," kata Jasmine.
"Iya," jawab Detak singkat.
"Oh iya, lusa Kak Ryan ulang tahun, dia ngundang semua orang sejurusan buat dateng," kata Jasmine.
"Kak Ryan itu yang mana?" tanya Detak.
"Yaampun masa lo lupa sih, itu loh ketua angkatan 2014 yang ganteng!" jawab Jasmine semangat.
Detak mencoba mengingat-ingat, selalu saja begini. Ingat wajah tapi tidak ingat nama, bagi Detak tidak penting menghapal nama orang yang tidak akan berpengaruh di kehidupannya.
Ingatan Detak membawanya pada sosok lelaki ganteng yang memperkenalkan dirinya sebagai ketua angkatan di atas panggung saat ospek jurusan beberapa bulan lalu.
"Oh iya inget," jawab Detak.
"Lo dateng ya, soalnya gaenak kalo yang dateng cuman sedikitan," ajak Jasmine dengan sedikit memohon.
"Gak janji ya," jawab Detak.
"Ayo dong ikut, temenin gue disana," kata Jasmine dengan renggekan.
Detak tersenyum tidak enak, dari sekian banyak teman kelasnya hanya Jasmine satu-satunya orang yang sering mengajak Detak ngobrol dan menawarinya untuk masuk kelompoknya untuk tugas-tugas.
"Bingung kadonya," kata Detak mencari alasan.
"Kadonya kita beli bareng aja kalo bingung, nanti selesai kelas langsung caw nyari. Gimana?" tanya Jasmine semangat.
"Okey," jawab Detak dengan senyuman.
Tidak bisa dipungkiri Detak senang, itu menjadi obrolan paling panjang yang pernah Detak rasakan selama dia masuk kuliah. Mungkin bagi orang lain hal itu biasa saja, tapi bagi Detak itu hal yang spesial karena sejak kecil Detak jarang diajak ngobrol bahkan oleh kedua orang tuanya sekalipun. Mereka hanya akan bertanya "Sudah makan?" "Uang yang Papa kirim sudah habis?" kalau kebetulan Detak belum tidur saat mereka pulang ke rumah.
Hanya Kak Denyut dan nenek yang membuatnya merasa normal, tapi semenjak nenek meninggal dan Kak Denyut memasuki dunia kerja hidup Detak serasa kosong.
"Detak, lo udah baca grup belum?" tanya Jasmine membuat Detak kembali ke dunia nyata.
"Belum, emang ada apa?" jawab Detak.
"Kata Kak Ryan kita gausah bawa kado, yang penting dateng aja."
"Oh iya?" tanya Detak memastikan.
"Iya, yeay! Uang gue terselamatkan," kata Jasmine girang. Detak tersenyum melihat temannya itu. Kapan Detak akan sebahagia itu bisa menyimpan uang jika uang di atmnya akan terus terisi seperti tidak akan pernah ada habisnya.
"Yaudah kalau gitu gue duluan ya!" kata Jasmine.
"Iya," jawab Detak.
Ternyata kelas telah berakhir, Detak tidak sadar. Detak memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Dilihatnya teman-temannya masih di tempat duduknya masing-masing.
"Aneh," gumam Detak.
Detak berjalan ke bawah menuju pintu keluar tapi di kagetkan dengan kehadiran lelaki sok tadi di pinggir pintunya tengah menyenderkan tubuhnya pada dinding dan menatap kearahnya.
"Detak!" panggil Bagas dengan senyuman penuh kemenangan.
****
Oke mungkin kamu bertanya-tanya kenapa nama tokohnya diganti? Jawabannya adalah, idk aku lebih seneng dengan nama yg sekarang hehehe😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.