Bad boy attack

4.9K 331 11
                                    

●○●

Bagas merasa sedikit jengkel atas tindakan Detak, gadis beberapa menit lalu yang dirasa menantangnya.

"Bob, lo kenal siapa dia?" tanya Bagas.

"Gue kaga kenal tapi kalo enggak salah dia mahasiswa baru," jawab Bobby yang memakai jaket berwarna abu-abu.

"Fakultas fmipa ya? Gue pernah liat sekilas, kalian ada yang tau dia jurusan apa?" tanya Bagas serius pada teman-temannya yang kini tengah terfokus padanya.

"Kimia," jawab seseorang di belakang.

"Lo yakin?" tanya Bagas memastikan.

"Iya, soalnya di jurusan Biologi gue enggak pernah liat."

Bagas memangut-mangut pertanda percaya. Diingatnya lagi wajah gadis tadi, dia cantik tapi tidak takut padanya. Itu sesuatu yang langka bagi Bagas, kemudian ia menyeringai memikirkan bagaimana jadinya jika gadis tadi merenggek manja padanya pasti akan sangat lucu.

"Oh iya gue baru inget nama dia Detak," kata seseorang di belakang sambil memainkan ponselnya.

Hmm Detak ya, nama yang bagus cocok juga sama mukanya.

"Gas lo yakin kaga kenal dia?" tanya Dimas.

"Entahlah, kenapa emang?"

"Kemaren-kemaren lo sama dia di gosipin, malah sampe ada foto lo keluar dari kamar kosannya dia. Yakin itu bukan lo?"

Bagas terdiam sebentar mengingat apa yang telah terjadi padanya.
"Ternyata malem itu dia," gumam Bagas.

"Wah wah parah banget lo kaga kenal padahal udah ena ena!" kata Bobby dengan kekehan mengejeknya.

"Lo ngomong jangan sembarangan! Gue kaga ena ena sama dia," jawab Bagas santai, "Gue duluan ya," lanjutnya.

***

"Detak!"

Ingin rasanya Detak menyongkel satu persatu mata-mata yang kini tengah menatapinya dengan tatapan menuduh.

Matanya kini kembali menangkap sorotan mata tajam dari lelaki ganteng tapi soknya tingkat dewa itu lagi. Dengan dingin, Detak berjalan melewati Bagas yang tersenyum padanya.

Dapat Detak rasakan Bagas berjalan menyusulnya, apa yang di inginkan lelaki itu darinya? Mengapa harus memanggilnya di depan kelasnya?

Detak membeku karena Bagas merangkulnya tiba-tiba. Jantung Detak berpacu dengan cepat, jelas saja karena ini pertamakalinya Detak dirangkul lawan jenis.

Detak menatap Bagas dengan tatapan tajamnya yang malah dibalas Bagas dengan senyuman kemenangan. "Kenapa?" tanya Bagas pura-pura polos.

"Lepas!" jawab Detak ketus.

Bagas tertawa, "Udahan dong marahannya," kata Bagas.

"Gue bilang lepasin tangan lo!" balas Detak sedikit berteriak.

Senyum di wajah Bagas menghilang digantikan dengan tatapan menusuk yang sangat tajam. "Kalo gue gak mau?" bisik Bagas.

Detak melihat wajah datar Bagas sebelum lelaki itu mengumbar senyum palsunya yang mungkin bisa membuat semua perempuan jatuh cinta seketika itu juga, kecuali Detak tentunya.

Bagas membawa Detak ke basement dengan cepat. Dari jauh Detak bisa melihat motor Bagas yang berwarna biru tengah terparkir dengan gagahnya di tempat parkir untuk mobil.

Tempat yang sepi, penerangan yang kurang terang karena sudah hampir malam, dan udara dingin yang sedikit menusuk membuat Detak kembali tersadar tengah dirangkul lelaki sok yang tidak dikenalnya.

Detak melirik tangan Bagas yang ada di bahunya, dengan cepat Detak menggigit tangan Bagas.

"Anjing!" maki Bagas refleks dan langsung melepas rangkulannya.

"Gue udah bilang lepasin sebelumnya," bela Detak tidak enak namun tetap dengan nada ketusnya.

Bagas mendorong Detak sampai menubruk tembok, matanya menatap Detak dengan tajam. Bagas memepetkan badannya pada Detak membuat gadis itu waswas.

Detak ketakutan, karena Bagas terus menipiskan jarak di antara mereka. Detak mencoba mendorong Bagas menjauh namun Bagas malah makin mendekatkan dirinya. Detak yang sudah kelewatan takut melihat wajah Bagas yang kian mendekat membuang muka dan memejamkan matanya.

Bagas tersenyum miring melihat gadis di depannya sudah sangat pasrah dan terlihat sangat ketakutan.

"See? Lo takut sama gue!" bisik Bagas di telinga Detak.

Detak mendorong Bagas untuk menggertak tapi sedetik kemudian dia kalah karena Bagas malah makin menghimpit tubuhnya yang membuat Detak otomatis memejamkan matanya.

"Semakin lo ngelawan, semakin gue tertantang. Welcome to ma world, sweetie!" kata Bagas sebelum ia pergi.

Detak baru berani membuka matanya saat mendengar suara motor Bagas menjauh, badannya bergetar hebat. Badan Detak merosot ke bawah karena kakinya sangat lemas. Telinga Detak memanas, lalu setitik air mata jatuh di pipinya.

***

Bagas pergi dengan kepuasan batinnya, dia menjalankan motornya dengan santai ke sebuah salon besar.

Bagas tersenyum melihat Melly tengah cemberut menatapnya.

"Lo gatau ini tempat apa?" tanya Melly setelah motor Bagas berhenti di depannya.

"Salon kan?" jawab Bagas datar.

Melly mendesah sebal, dia sudah membusuk di salon selama empat jam untuk perawatan tapi Bagas dengan polosnya menjemput menggunakan motor bukan mobil.

"Betul, tapi kenapa lo malah pake motor hari ini?" balas Melly gemas.

"Emangnya kenapa kalo gue pake motor hari ini?" tanya Bagas menggoda Melly.

"Rambut gue nanti rusak lagi tolol!" jawab Melly ketus.

Bagas tertawa melihat wajah kesal Melly, sahabatnya itu sangat menggemaskan jika sedanf kesal.

Melly tambah kesal melihat Bagas menertawainya, diambilnya helm lalu naik ke atas motor dengan cemberut.

"Besok catokin rambut gue!" kata Melly.

"Ngaco lu," jawab Bagas.

Bagas sudah menjalankan motornya, tapi Melly masih belum pegangan karena kesal. Bagas dengan senyuman jahilnya menambahkan kecepatan motornya dan membuat Melly kaget dan otomatis langsung mencengkram erat jaketnya.

"Gue masih mau hidup tolol! Kalo gue mati sekarang, gue bakalan gentayangin lo sampe lo gila!" ancam Melly yang di balas Bagas dengan tawa terbahaknya.

****

How about Bagaskara Ramadlan?

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang