Bagas and the geng

3.3K 240 5
                                    

*attention dipart ini bakalan banyak kata kasar, so sorry.

****

Semalam Detak tidak bisa tidur, pikirannya melayang pada kejadian kemarin malam. Mengapa Fikri berubah menjadi dingin padanya, seolah-olah mereka tidak pernah kenal. Detak penasaran, dimana letak kesalahannya?

Detak kembali mengingat-ingat saat dirinya berduaan dengan Fikri. Dimulai saat Fikri mengajaknya pulang bareng, lalu Fikri menemaninya ke perpustakaan, lanjut dengan perdebatan ketat antara dia dan Fikri di dalam mobil Fikri, lalu sampai dengan Fikri yang membantunya mengerjakan tugas jurnalnya, dan berakhir dengan pergi ke cafe karena Fikri ingin meneraktir dirinya.

Setelah diingat-ingat tidak ada yang salah sampai saat Detak bertemu Fikri di koridor apartemen sambil menenteng sebungkus martabak dan memandangnya dengan pandangan dingin.

"Detak, abis kelas lo ada waktu kosong enggak?" tanya Jasmine padanya.

Detak yang masih merasa sedikit kecewa pada Jasmine memang sedikit memberikan jarak tidak seperti biasanya.

"Emangnya kenapa?" balas Detak, dilihatnya raut wajah Jasmine yang sangat berbeda dari biasanya.

"Gue mau curhat," jawab Jasmine terdengar putus asa.

"Curhat ke gue?" tanya Detak tidak percaya, ada angin dari mana sampai seorang Jasmine curhat padanya.

Jasmine, perempuan yang sangat cantik dan seorang model yang bahkan pernah menjadi model iklan sabun pencuci muka beberapa kali itu tiba-tiba ingin curhat padanya, Detak keheranan setengah mati.

"Please?" kata Jasmine lagi yang terpaksa Detak iyakan.

Setelah kelas selesai, Jasmine menarik Detak untuk mengikutinya ke mobil honda civic berwarna putih. Detak dipersilahkan untuk duduk di bangku penumpang bagian depan.

"Gimana kalau gue curhatnya di apartemen lo?"

Dahi Detak mengerut saat mendengar pertanyaan Jasmine, menurutnya aneh saja. Jasmine yang mau curhat padanya mengapa harus di apartemennya?

"Gue anggep ya!" seru Jasmine riang.

Detak hanya bisa pasrah saat ditanya alamat apartemennya. Belum selesai masalahnya dengan Fikri, kini ia harus berhadapan dengan Jasmine yang terlihat akan memberinya sebuah masalah tambahan.

***

"Gue enggak tau harus gimana lagi, adik cewek gue yang masih 16 tahun ngaku hamil disaat orangtua gue ngasih pengumuman kalau mereka bakalan bercerai."

Detak diam, membiarkan Jasmine menyelesaikan ceritanya.

"Gue emang sempet curiga kalau orangtua gue bakalan cerai karena mereka tuh beda, jadi jarang di rumah," Jasmine menutup mukanya dengan telapak tangannya terlihat seperti menahan air mata, "gue kaget banget, adik gue bakalan jadi apa kedepannya?"

Detak tidak mengatakan apa-apa, karena selain kak Denyut belum ada seorangpun yang menceritakan masalah padanya, Jasmine yang pertama.

Bisa Detak dengar isakan Jasmine yang ditahannya, Detak merasa simpati pada Jasmine, ia pikir masalah keluarganya adalah yang terburuk tapi ternyata ada yang lebih.

Detak beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur seraya membuka kulkasnya untuk mengambil susu kemasan rasa coklat miliknya.

Disodorkannya susu itu pada Jasmine, yang langsung diambilnya. Detak masih diam, tidak ada niatan sama sekali untuk berkomentar apalagi sok memberi nasihat. Setidaknya Detak sadar kalau dia memang tidak punya solusi untuk masalah yang dihadapi Jasmine.

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang