Setelah kepergian Detak, Bagas dengan tidak sabar mulai menyuapkan nasi goreng buatan Detak ke mulutnya dengan semangat.
Tidak buruk, itulah kesan dari suapan pertamanya. Rasa nasi goreng Detak sedikit lebih asin dari yang biasa Bagas makan, jika dibandingkan dengan masakan Melly, Detak tidak ada apa-apanya. Tapi entah mengapa ada yang berbeda dari masakan Detak, entah itu karena nasi gorengnya, entah karena orang yang membuatnya, yang jelas Bagas begitu kegirangan mengingatnya.
Saking lahapnya, Bagas hampir menghabiskan setengah porsi nasi gorengnya sampai dia merasakan tubuhnya mulai gatal-gatal.
Lalu dengan panik diperiksanya bahan-bahan apa saja yang Detak satukan di nasi gorengnya dan hanya bisa terdiam saat melihat buntut udang di balik nasinya.
Bagas dengan cepat mencari obat alerginya di laci tempat biasa dia menyimpannya tapi tidak menemukan apa-apa di sana. Lalu beralih pada ponselnya untuk menelepon Melly tapi tidak diangkat.
Bagas memaki karena baru ingat tadi malam Melly mabuk dan sudah pasti sekarang dia masih tidur.
Rasa gatal sekaligus panas sudah hampir terasa di seluruh badannya, dia tidak tahu harus bagaimana lagi selain tiduran di kasur menunggu keajaiban datang setelah mengirim pesan pasrah pada Melly untuk segera datang dan membawakan obat untuknya.
***
"Mel gue kaga sengaja makan udang. Bawain obat sekarang."
Fikri menerima pesan dari Bagas yang salah alamat. Fikri mengirim chatnya ke Melly sebelum bergegas ke apartemen Bagas.
Sikap Fikri pada Bagas tidaklah berlebihan jika mengingat apa yang sudah Bagas lakukan untuk dirinya waktu SMA dulu. Ada hutang yang tidak bisa Fikri bayar untuk membalas Bagas selain selalu ada saat lelaki itu butuhkan.
Bagas, yang dia tahu tidak takut pada apapun kecuali Melly dan tidak pernah terlihat lemah kecuali saat alerginya kambuh. Fikri pernah melihat Bagas saat kambuh beberapa kali karena Bagas bukanlah tipe orang yang memilih-milih makanan dan selalu memakan apa saja yang terlihat enak. Untungnya ada Melly yang selalu siap sedia merawatnya dimana dan kapanpun, tapi melihat Bagas mengirim pesan pada Melly, yang berujung salah kirim, menandakan kalau dirinya sendirian sekarang dan butuh bantuan. Oleh karena itu, Fikri melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai ke apartemen Bagas. Fikri berjalan dengan langkah panjangnya menuju lift. Menunggu lift turun sambil terus mencoba menghubungi Melly.
"Pokoknya kakak enggak mau tau kamu enggak boleh bawa dia masuk kamar lagi!"
"Awas aja kalau sampai kakak liat kalian tidur bareng lagi kayak tadi pagi, kakak enggak akan segan-segan motong juniornya saat itu juga!"
Fikri hanya bisa diam saat melihat Detak tengah berdiri membelakanginya dan jelas terlihat sedang dimarahi perempuan cantik di depannya.
"Aku udah tau mana yang baik mana yang buruk, kak! Apa kakak enggak bisa percaya sama aku?"
"Kalau kamu tau, kamu enggak akan tidur bareng laki-laki di kamar kamu! Ah sudahlah dikasih tau ngeyel banget! Jangan cari kakak kalau kamu kenapa-kenapa!"
Rahang Fikri mengeras saat mengerti perkataan perempuan itu barusan, entah apa alasannya tapi dia menjadi sangat marah sekarang ini.
Detak terkejut saat melihat Fikri ada di hadapannya tapi berusaha untuk tidak terlihat terlalu jelas.
Fikri masuk duluan ke dalam lift lalu Detak menyusul.
"Harusnya Lo bilang kalau Lo udah punya cowok, jadinya gue enggak nekat waktu kemarin-kemarin." Fikri memulai percakapan tetapi Detak hanya bisa diam.
"Gue bodoh ya, menerjemahkan semua sikap tanpa penolakan Lo selama ini ke gue dengan asumsi kalau Lo punya rasa yang sama kayak gue. Ternyata Lo gak lebih dari cewek orang yang berusaha baik sama orang lain."
Ada nada miris di perkataan Fikri barusan yang membuat Detak ingin menyangkalnya.
Detak baru saja akan menyangkalnya ketika pintu lift sudah terbuka dan Fikri berjalan mendahuluinya.
Detak membuntutinya dengan resah antara ingin mengatakan kalau dia tidak punya pacar dengan pergi begitu saja karena jauh dalam hatinya dia masih marah pada Fikri.
Dan akhirnya pilihan nomor dualah yang Detak pilih, dia berjalan lurus melewati Fikri tanpa meliriknya sedikitpun tapi langsung menoleh ke belakang saat mendengar seseorang memanggil Fikri.
"Fikri!" panggilan dari Melly membuat Detak menoleh ke belakang.
Bisa dilihatnya penampilan Melly yang sangat acak-acakan dengan rambut kusut, make up luntur, dan baju tadi malamnya."Gue kira Lo enggak akan kesini, Bagas gimana?" tanya Melly panik.
"Gue juga baru nyampe," jawab Fikri.
"Bagas kenapa?" tanya Detak penasaran.
"Alerginya kambuh, buruan masuk dulu!" jawab Melly sembari membukakan pintu untuk Fikri dan Detak.
***
"Maaf ya gue lupa naro obatnya," kata Bagas parau.
"Udah sekarang lo tidur dulu ya, nanti kalau Lo bangun baru gue omelin!" jawab Melly.
Detak memerhatikan mereka berdua, kalau saja Bagas tidak memberitahu kalau Melly adalah saudaranya, sudah dipastikan ia akan salah paham melihat interaksi keduanya saat ini.
Bagas tersenyum sebentar pada Detak sebelum akhirnya memalingkan badannya menjadi memunggungi Detak.
Setelah Melly selesai menyelimuti Bagas, dia mengajak Detak untuk keluar dari kamar.
"Gila gue panik banget pas Lo chat, Fik! Gue sampe enggak cuci muka saking paniknya!"
Melly bercerita sambil berjalan ke arah dapur.
"Mamang gojeknya aja sampe ngeliatin gue segitunya! Mana mulut gue masih bau alkohol bekas semalem lagi!"
"Lagian si kunyuk satu itu makan udang dari mana coba!"
Detak tersentak.
"Bagas alergi udang?" tanyanya.
"Iya dia alergi udang, makan dikit aja pasti kambuh!"
Fikri memperhatikan gerak-gerik Detak yang terlihat resah. Pikirannya mulai bermain kemana-mana.
"Nah ketahuan nih asal muasal udang yang dia makan! Liat, bego banget kan dia masa bikin nasi goreng pake udang! Mana rasanya hambar lagi!"
"Itu buatan gue," aku Detak canggung.
"Ohhh."
Melly langsung menyimpan piringnya lalu minum air dalam sekali tegukan. Dia merasa canggung karena tidak sengaja sudah mengomentari masakan Detak.
"Maaf gue enggak tau kalau Bagas ada alergi sama udang."
"Hehe iya gapapa kok, Lo kan baru kenal Bagas jadi wajar aja. Dia cuman alergi udang kok, selain itu dia bisa makan apa aja."
Detak tersenyum kecut karena sudah menyebabkan Bagas sakit, dia merasa harus merawat Bagas kalau-kalau alerginya kambuh lagi dan bisa menjadi orang pertama yang membantu Bagas karena kamar mereka bersebelahan.
"Gue mandi dulu ya!" kata Melly sekilas lalu pergi ke kamar tamu meninggalkan Detak berduaan dengan Fikri yang tidak ada hentinya menatap Detak dengan tatapan yang tajam.
Merasa diperhatikan, Detak berusaha mati-matian untuk tetap memasang wajah datarnya seakan-akan tidak ada Fikri di sana.
"Oh, jadi Bagas?" tanya Fikri yang lebih terdengar seperti sebuah pernyataan.
Detak melihat Fikri berdiri lalu pergi keluar.
"Kasih tau Melly gue ada urusan."
****
Halo-halo! Gimana nih? Masih pada nungguin kelanjutannya gaa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.