Denyut memerhatikan Bagas dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai, ada sedikit rasa bangga pada dirinya karena ternyata Detak tahu mana laki-laki yang ganteng dan mana yang tidak.
Bagas duduk di hadapan Denyut sambil menguap, rambutnya berantakan, dan matanya belum sepenuhnya terbuka. Detak yang melihat itu tidak percaya, dia kira Bagas akan sama gugupnya dengan dirinya saat ini.
"Morning! Tidurnya nyenyak?" tanya Denyut sarkastik.
"Well yes, sampai Detak bangunin gue," jawab Bagas dengan cuek.
Sudah lama Detak tidak melihat sikap Bagas yang seperti ini, sikap menyebalkannya sebelum dirinya mengenal Bagas.
"Satu porsi nasi goreng itu buat gue kan?"
"Sepertinya apartemen ini keliatan mirip hotel ya buat lo?"
"Lebih tepatnya apartemen ini mirip rumah buat gue, karena gue ngerasa aman dan tentram disini ditambah ada Detak yang bikin mata gue fresh setiap kali gue liat dia."
Denyut melirik Detak menuntut penjelasan, tapi Detak tidak memberikan respons apapun selain wajahnya yang memerah.
"So, kasih tau gue kalau kalian selalu main aman!"
"Kak apaan sih!" jawab Detak tersinggung.
"Tentu saja! Itu udah kayak kebiasaan gue."
"Tapi bukan berarti kalian bisa bebas ngelakuin itu sesuka hati kalian."
Bagas baru saja akan menjawab perkataan Denyut saat Detak dengan marah menjawab, "Kita enggak ngelakuin hal yang ada di pikiran kakak sekarang! Aku bukan perempuan macem itu!"
Bagas merasa bersalah saat melihat ekspresi marah Detak, ternyata Detak memang perempuan baik-baik pikirnya.
"Terus kenapa kalian tidur satu ranjang berdua? Pasti dia kan yang maksa kamu buat tidur sama dia!"
"Sebaliknya, aku yang minta dia tidur disini. Aku yang maksa dia buat tidur disini!"
Denyut tidak percaya perkataan Detak dia masih saja ingin menyalahkan Bagas karena laki-laki itu sudah membuat adiknya yang penurut itu melawannya hanya untuk membela dia.
"Detak, kamu lagi ngomong sama kakak kamu. Jangan bohong!"
"Aku enggak bohong, kak!"
Detak berjalan menghampiri Bagas, dia mengambil tangan Bagas lalu menyatukan jarinya dengan jari Bagas.
"Aku yang milih dia buat tidur di ranjangku tanpa ada paksaan sama sekali. Apa kakak bisa memahami situasi ini?"
Denyut membuang muka, dirinya masih sangat sulit menerima kenyataan kalau adik kesayangannya itu baru saja mengatakan hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Aku tidak melarang kakak untuk menikah dengan kak Raffles, bisakah kakak tidak melarangku untuk bersama Bagas?"
"Ini enggak ada hubungannya sama Raffles!"
Detak dan Denyut saling menatap tajam satu sama lain, melupakan keberadaan Bagas di tengah-tengah mereka. Membuat Bagas berinisiatif untuk pergi agar bisa memberikan ruang untuk kakak beradik itu menyelesaikan masalah mereka.
""Detak, gue pulang dulu?" kata Bagas yang lebih terdengar seperti meminta persetujuan Detak.
Denyut menatap Bagas dengan tajam, dia tidak suka laki-laki itu.
"Ayo gue anterin," jawab Detak.
"Laki-laki macem apaan yang minta anter ke cewek!" sindir Denyut saat Detak pergi ke kamar untuk mengambil jaket.
"Gue perjelas ya disini. Kalau sampai Lo nyakitin adik gue, jangan harap Lo bisa senyum disisa hidup Lo!"
Bagas menampilkan senyum miringnya, "Gue enggak takut ancaman lo sama sekali, karena gue enggak bakalan nyakitin dia sedikitpun!"
Tiba-tiba saja Denyut merasa tenggorokannya kering, dia tidak bisa menjawab perkataan Bagas barusan jadi yang dia lakukan hanya memandang Bagas.
"Kak, aku anter Bagas pulang dulu," Detak meraih lengan Bagas kemudian menggenggamnya membuat sentakan lembut di hati Bagas.
Bagas menatap tangannya dan tangan Detak, sudah lama sekali Bagas tidak merasa sehangat ini.
Detak menekan password kamar Bagas dengan lancar, tapi karena sibuk memerhatikan bagaimana tangan mereka bersautan begitu pas, membuat Bagas tidak menyadarinya.
Mereka berdua sudah masuk lalu Detak sadar apa yang baru saja dilakukannya, dia langsung melepaskan tautan tangan mereka. Hal itu membuat Bagas merasa kehilangan.
"Lo pasti laper kan? Gue masakin nasi goreng ya?" tanpa menunggu jawaban Bagas, Detak sudah pergi menuju dapur dan bersiap-siap masak.
Bagas menatap kelakuan Detak dengan senyuman di wajahnya, dia senang Detak akan membuatkannya makanan. Bagas menghampiri Detak untuk membantu perempuan itu.
"Wow! Isi kulkas Lo penuh banget, bahan-bahan masakannya juga lengkap! Lo suka masak?" tanya Detak sambil berusaha mengambil jar berisi garam dan gula yang berada diatasnya.
"Itu kerjaan si Melly, dia sering masak disini," jawab Bagas santai sambil mengambilkan Detak jarnya karena perempuan itu terlihat kesulitan menjangkaunya.
"Oh," jawab Detak singkat lalu berfokus dengan bawang bombay yang tengah di irisnya.
Bagas menatap Detak yang sangat telaten mengerjakan semuanya sendiri, lalu dia tersenyum lagi. Dia senang karena ada Detak di dekatnya.
Diperhatikannya lagi gadis itu dengan seksama, jika dilihat dari pinggir, wajah Detak sangat sempurna. Bulu mata lentiknya sangat memesona.
Tidak mau hilang kendali, Bagas memutuskan untuk duduk menunggu masakan Detak selesai. Tidak butuh waktu yang lama satu porsi nasi goreng dengan telor ceplok di atasnya sudah tersaji di depan mata Bagas. Dengan lahap Bagas memakannya, walau sebenarnya rasanya terlalu asin.
"Lo, pernah tidur sama Kak Melly juga?" tanya Detak tiba-tiba membuat Bagas tersedak.
"Lo enggak perlu jawab kalau itu privasi," tambah Detak lagi karena melihat reaksi Bagas yang terkejut.
Bagas tertawa dan itu membuat Detak mengerucutkan bibirnya kesal. Entah datang dari mana tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutnya sendiri.
"Melly sering nginep disini, bukan berarti kita tidur di ranjang yang sama. Dia sepupu gue, Detak," jawab Bagas yang diakhiri dengan tawa renyahnya.
Mendengar jawaban Bagas barusan entah mengapa membuat Detak merasa lega tapi perkataan Bagas setelah itu mampu membuat dada Detak sesak.
"Tapi gue bukan cowok baik-baik kalau Lo mau tau, gue pernah tidur sama cewek lain, gue juga pernah 'enggak tidur' sama cewek lainnya lagi."
Detak memang tidak memiliki ekspektasi yang tinggi pada laki-laki itu mengingat kesan pertama yang didapat nya tidak baik, tapi entah mengapa dia bisa merasakan kecewa walau tidak berharap.
"Sorry, Lo harus ngomong kayak gitu."
Bagas tersenyum, "enggak apa-apa, Lo udah tau sisi tergelap gue kenapa gue mesti enggak enak cuman dengan masalah sepele kayak gitu!"
Detak hanya bisa diam sampai sebuah getaran di ponselnya membuatnya beranjak dari duduknya.
"Kak Denyut udah mulai ngomel, gue pulang dulu ya!"
"Iya. Makasih nasi gorengnya."
"Sama-sama."
"Ngomong-ngomong, Detak. Kamu perempuan pertama yang minta gue tidur bareng!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Genç KurguBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.