"Diam, biar gue melakukan tugas gue sebagai pahlawan lo," kata Bagas lalu keluar dari mobilnya dan memutar untuk membukakan pintu penumpang untuk Detak.
"Gue bisa sendiri," jawab Detak tidak enak dengan perlakuan Bagas padanya.
"Gue bakalan ada buat lo, mulai hari ini."
Detak merasa malu dan menyesal sudah mengatakan omong kosong pada Bagas dan setelah ia pikir-pikir, kata pahlawan itu sangat kekanak-kanakan dan berlebihan untuk Bagas. Walaupun nyatanya Bagas memang telah menyelamatkannya beberapa kali.
"Mau gue gendong sampe ke kasur enggak?"
Detak mengernyitkan dahinya dan menatap Bagas tidak percaya dengan apa yang dia katakan barusan.
"Hehehe bercanda, Detak!"
Detak hanya bisa menghela napasnya pelan untuk merespon candaan Bagas yang tidak dirasanya lucu itu.
"Tapi kalau mau boleh kok."
"Bagas ih!"
Detak kesal dibuatnya tapi hanya sesaat karena dia akhirnya ikut tertawa juga melihat Bagas tertawa. Tidak pernah Detak bayangkan sebelumnya kalau dia bisa melihat sisi dalam Bagas jika mengingat awal-awal pertemuan mereka, apalagi saat Bagas membawanya ke basement dan membuatnya menangis, dibandingkan dengan Bagas yang dulu ternyata sisi asli dari diri Bagas cukup menyenangkan.
"Lantai berapa nyonya?" tanya Bagas dengan punggung tegak berlagak menjadi seorang pelayan untuk Detak.
"12, please."
"Dimengerti nyonya, lift akan segera terbang ke lantai 12 dalam hitungan tiga, dua, satu, berangkat!"
Detak tertawa karena gelagat Bagas yang lucu menurutnya. Mereka berdua tertawa karena memainkan permainan pelayan dan majikan versi mereka berdua sampai pintu lift terbuka di lantai 12 dan terlihat seorang wanita cantik tengah duduk di depan pintu apartemen Bagas.
Detak merasakan perubahan drastis Bagas disampingnya, perempuan yang dilihatnya kali ini adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang membuatnya melihat sisi terlemah Bagas. Dengan naluri yang dimilikinya, Detak menggandeng tangan Bagas duluan.
Bagas menatap Detak dengan senyuman tipis yang jelas terlihat sangat dipaksakannya.
Perempuan itu langsung bangun dari duduknya saat merasakan kehadiran Bagas, matanya sendu dan maskaranya luntur, penampilannya terlihat tidak baik.
"I Miss you, Bagaskara."
Hanya empat kata, perempuan itu bisa membuat benteng yang Bagas buat selama 3 tahun ke belakang ini nyaris rubuh kalau saja tidak ada Detak yang menyadarkannya.
"Maaf mbak, Bagas udah saya booking lebih awal untuk malam ini, yuk Gas!"
Detak menarik Bagas untuk cepat-cepat masuk ke dalam unit apartemennya. Namun, kaki Bagas bagaikan ditanam di lantai karena tidak bergerak sedikitpun.
"Duluan aja, gue mau ngomong sama dia dulu."
Bagas membukakan pintu untuk Detak, dengan setengah hati Detak terpaksa masuk dan karena rasa penasaran Detak mengintip Bagas dari lubang kecil di pintunya.
Detak khawatir Bagas akan berubah seperti waktu pertama kali dia bertemu dengan perempuan itu tapi jauh di dalam lubuk hatinya Detak merasa tidak rela melihat pahlawannya itu lemah hanya karena seorang perempuan.
Detak melihat Bagas akan masuk, dengan cepat dan ceroboh Detak menjauh dari pintu sehingga saat Bagas masuk, posisi Detak sedang membelakangi Bagas dengan posisi rukuk.
"Lo enggak boleh ke kamar mandi!" kata Detak sambil merentangkan kedua tangannya seperti orang bodoh.
Bagas yang awalnya bingung mulai tersenyum melihat kelakuan bodoh Detak itu. Dengan pelan Bagas mendekati Detak lalu memeluknya erat, erat sekali sampai Detak memukulnya karena tidak bisa bernapas.
Bagas merenggangkan pelukannya dan mulai membisikkan sesuatu tepat di depan telinga kiri Detak.
"Mulai hari ini lo pahlawan gue, makasih Detak."
***
Sinar matahari pagi membangunkan Detak dengan sendirinya, dia mengerjapkan matanya untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk.
Gadis itu menggeliat kecil untuk memulai harinya. Rasanya semalam adalah malam terpanjang di hidupnya, begitu banyak hal yang terjadi. Salah satunya adalah alasan mengapa ada laki-laki yang masih terlelap di sebelahnya.
Detak melihat wajah polos itu sekali lagi, dia masih saja tidak tega untuk membangunkannya apalagi setelah ingat apa yang tadi malam harus laki-laki itu hadapi.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau Detak akan tidur seranjang dengan laki-laki yang baru saja dikenalnya, walau begitu rasanya Detak sudah mengenal Bagas lebih dari orang lain dan hal itu berlaku juga sebaliknya padanya.
Detak keluar dari kamar masih dengan mata ngantuk, dia jalan ke dapur untuk minum segelas air namun langkahnya terhenti saat melihat Kak Denyut berdiri di depannya dengan tangan melipat di dada.
"Udah bangun, sleeping beauty?"
Lidah Detak kelu, tidak bisa menjawab apa-apa dan tangannya mendadak dingin karena gugup.
"Sarapan dulu yuk, kakak sudah masak barusan," kata Denyut sambil menarik lengan Detak untuk mengikutinya ke meja makan.
Mereka berdua makan dengan hening, seperti biasa. Piring Denyut sudah hampir habis berbanding terbalik dengan milik Detak, saking gugupnya Detak tidak merasakan apa-apa padahal semua masakan Denyut adalah kesukaannya.
"Kamu enggak mau nanya kenapa kakak enggak dateng malam itu?"
Detak menatap kakaknya dengan pandangan penasaran. Tanpa harus menjawab Denyut sudah tau pasti apa jawaban Detak.
"Kakak tidak punya pilihan lain, Raffles menjemput."
Kembali hening, Detak tidak tau harus merespons bagaimana mengingat hubungan benci dan cinta antara kakaknya itu dengan laki-laki bernama Raffles.
"Kakak akan menikah dengannya."
Kali ini Detak terkejut, saking terkejutnya sampai sendok yang dipegangnya terjatuh. Rasanya baru kemarin kakaknya itu selalu marah-marah setiap kali pulang dari sekolah karena laki-laki yang akan menjadi suaminya sekarang.
"Kakak yakin menikah dengan dia? Setelah semua yang dia lakukan pada kakak?"
Denyut diam karena di dalam dirinya masih ada setitik keraguan untuk menikah dengan Raffles, cinta monyetnya dulu.
"Jangan bilang karena uang!" tuduh Detak.
"Uang kakak sudah banyak, Detak."
"Terus dengan alasan apa kakak akan menikah dengannya? Kakak hamil?"
"Hati-hati kamu kalau bicara, kakak bukan perempuan macam itu! Kakak akan menikah dengannya karena kakak mencintainya dan kakak baru sadar kalau dia bukan hanya sekedar cinta monyet belaka. Dia masih bisa membuat jantung kakak berdebar sangat cepat bahkan setelah sekian lama tidak bertemu."
"Tapi kakak bilang kalau kak Raffles itu cowok brengsek yang suka mainin cewek!"
"Kakak bilang begitu karena kakak cemburu, selalu begitu sedari SMA. Kakak menjelek-jelekkannya hanya karena kakak cemburu."
Akhirnya Detak tersenyum, kakaknya yang sangat perfeksionis dan tegas itu ternyata bisa cemburu juga.
"Detak akan mendukung semua keputusan kakak."
Denyut tersenyum setelah mendengar apa yang ingin dia dengarkan dari mulut Detak.
Detak baru saja akan membereskan meja makannya sampai Denyut menyuruhnya untuk tetap duduk, "Biarin nanti kakak yang beresin, sekarang tugas kamu bangunin laki-laki yang tidur di ranjang kamu dan suruh dia kesini karena kakak akan menginterogasinya!"
****
Hayoloh kira-kira Bagaskara bakal diapain sama Denyut nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.