Bobby datang ke sofa dengan wajah yang cemberut setelah niatnya malam ini untuk menghabiskan malam bersama perempuan seksi yang baru saja ia temui harus kandas karena kelakuan Melly dan Jasmine yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mabuk.
Kalau saja malam ini Melly dan Jasmine tidak mabuk, pastinya malam mereka semua baru akan dimulai.
"Melly balik sama Fikri, Dimas anterin Jasmine pake mobil Jasmine, Detak bareng gue, dan Bob lo balik bawa motor si Dimas."
"Yah Gas enakan di lo! Detak biar sama gue aja dah lo yang anterin si Jasmine!"
"Lo lupa kamar gue sama Detak sebelahan, lagian lo kan yang buat Jasmine sampe mabuk gitu? Baru juga ketemu sekali."
Detak memerhatikan Jasmine yang mabuk, dia tidak berubah seperti Melly untungnya tapi melihat Jasmine yang lemas seperti itu membuatnya miris, itulah salah satu alasan Detak tidak mau minum karena bisa membuat orang lain kesusahan karenanya.
Bagas mulai menggendong Melly di punggungnya dan Fikri yang membawakan tas juga sepatu heels Melly. Sedangkan Bobby menggendong Jasmine di punggungnya dan Detak berinisiatif membawakan tas dan sepatunya.
Mereka semua turun ke lantai utama dan bergegas keluar secepat mungkin. Detak sedikit tertinggal karena sepatu heels milik Jasmine yang digunakannya terlalu tinggi untuknya.
Bagas dan yang lain sudah tidak terlihat, Detak berusaha untuk tidak panik dan tetap melanjutkan langkahnya mencari pintu keluar. Dia melewati kerumunan orang di lantai dasar lagi untuk kedua kalinya, tapi kini rasanya berbeda karena orang-orang sudah mulai mabuk dan beberapa orang bergoyang dengan tidak beraturan membuatnya takut.
Pundak Detak di sentuh seseorang membuatnya refleks membalikkan badan, lalu seorang laki-laki tampan yang tersenyum ada di hadapannya.
"Hai, gue dari tadi ngeliat lo kebingungan di sini, boleh gue tau namalo?" tanyanya tetap sambil tersenyum.
Detak ragu sekaligus takut untuk menjawabnya, dia takut untuk berkenalan dengan seseorang di club malam seperti ini. Mengingat kelakuan Bobby yang tadi dilihatnya dengan seseorang yang baru saja ia ajak kenalan.
"Sorry," tolak Detak cepat lalu kembali membalikkan badannya dan melangkah.
"Wait girl, apa Lo baru saja menolak gue?" tanya laki-laki itu tersinggung.
Detak tidak mendengarkannya dan mempercepat langkahnya sampai laki-laki itu menarik pergelangan tangannya sehingga kini badannya menempel saat laki-laki itu menarik tangan Detak keatas kepalanya.
Detak berusaha untuk melepaskan genggaman laki-laki itu, tapi tidak bisa. Laki-laki itu terlihat puas dan mencoba untuk mencium Detak tapi sedetik kemudian gagal karena ada yang melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Detak.
"What the--!"
"Dia cewek gue bro, lo enggak boleh sentuh dia!"
Suara Bagas terdengar jelas di telinga Detak mengalahkan suara ingar bingar club ini. Sekali lagi Bagas menyelamatkannya dan Detak tidak bisa menahan air matanya kali ini. Detak menangis.
"Sorry, Gas gue enggak tau dia cewek Lo!" Suara laki-laki itu berubah drastis dari penuh percaya diri menjadi ketakutan.
"Sekarang lo tau, minggir! Gue harap gue enggak ngeliat lo ada di sekitar cewek gue lagi," kata Bagas penuh ancaman setelah itu dia membawa Detak keluar.
Semua orang memerhatikan Detak yang datang dalam keadaan menangis, kecuali Melly dan Jasmine.
"Gas lo apain dia sampe nangis gitu?" tanya Bobby langsung.
Bagas tidak menjawabnya dan membawa Detak masuk ke mobilnya. Sebelum masuk Detak melihat Fikri tengah menatapnya namun Detak memilih membuang muka. Dia membenci Fikri, itulah yang sudah seharusnya Detak pikirkan bukannya berharap Fikri akan peduli padanya.
Terkadang memang begitu, harapan hanya akan menambah rasa sakit saat kenyataan sudah terlihat begitu jelas.***
"Makasih ya," kata Detak setelah dirinya berhenti menangis.
"Temen emang udah seharusnya saling bantu. Bener kan?"
"Makasih ya Bagas."
"Iya sama-sama Detak, tapi gue rasa umur kita enggak sepantaran dan gue lebih tua 2 tahun dari lo."
Detak menatap Bagas yang memandangnya dengan cengiran.
"Apa?"
"Gue lebih tua 2 tahun dari Lo kan?"
"Iya."
"Duh dasar cewek! Selalu aja nyuruh cowoknya buat peka padahal dirinya sendiri juga enggak peka," kata Bagas gemas.
Detak diam saja, dia mengecek akun instagramnya,yang semenjak dia menyalakan data selulernya, banyak notif masuk.
"Detak lo penasaran enggak?"
"Penasaran apa? Cewek lo yang enggak peka itu?"
"Lupain!" jawab Bagas mulai kesal sendiri.
Bagas menyalakan radio di mobilnya untuk menghidupkan suasana, karena berduaan saja dengan Detak rasanya seperti sendirian. Detak tidak banyak bicara.
Lagu Quit milik Cashmere Cat ft. Ariana Grande terputar sesaat setelah Bagas menyalakan radionya.
We're heading deep
Inside lives a voice, a voice so quiet
But I can't hear that voice when your heart beats next to mineBagas melirik Detak yang bersenandung kecil mengikuti lagunya. Bagas tersenyum simpul, manis. Hanya itu yang Bagas pikirkan, untuk saat ini itu saja.
"Lo emang jarang ngomong ya, kok bisa?" tanya Bagas tidak tahan dengan aksi diamnya Detak.
"Karena jarang ada yang ngajak gue ngomong dari kecil jadi kebiasaan, maybe?"
Bagas mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, dia mengingat saat dia datang ke rumah Detak lalu dia ingat kali pertama pertemuannya dengan Detak yang sempat dilupakannya itu.
"Lo pendiem, susah gaul sama orang karena sifat Lo itu, tapi yang bikin gue penasaran kenapa malem itu lo nyelamatin gue, orang asing waktu itu?"
Detak terdiam cukup lama sehingga Bagas kira gadis itu tidak akan menjawab pertanyaannya.
"Gue ngerti kalo Lo eng--"
"Karena dulu gue pernah hampir diculik, gue di bawa ke gang gelap sama ibu-ibu dan gue enggak bisa ngomong apa-apa. Gue cuman bisa nangis dalam diam karena kalau gue bersuara ibu-ibu itu bakalan nyubit gue," Detak menatap Bagas yang menatapnya penuh.
"Bagas liat jalan ih jangan liat gue!"
"Oke, lanjut."
"Iya gitu, terus gue disuruh minum tablet gitu sama si ibu penculik dan untungnya sebelum gue sempat ngambil tablet itu ada bapak-bapak pake pakaian rapih nolongin gue. Dia pahlawan gue, sayangnya gue enggak pernah ketemu lagi sama dia dan gue juga enggak sempet tau nama dia, tapi wajahnya masih jelas di pikiran gue. Karena inget kejadian itu, gue mutusin untuk nolongin lo walaupun gue enggak kenal lo karena bapak-bapak itu juga nolong gue walaupun dia enggak kenal gue."
"Enggak kebayang gimana jadinya kalau bapak-bapak itu enggak ada buat nolongin lo waktu itu," kata Bagas sambil mengelus-elus rambut Detak pelan, "Mulai sekarang bapak-bapak itu bakalan jadi pahlawan gue juga!"
"Loh kenapa?"
"Karena dia, gue bisa ketemu sama Lo!" jawab Bagas.
Detak tersenyum malu, "Lo juga pahlawan gue, mulai hari ini," ungkap Detak malu lalu membuang muka ke arah jalanan di kirinya untuk menahan malu.
Bagas terkejut, tapi sebentar karena setelahnya dia tersenyum dan menyetir dengan perasaan yang riang.
****
Hello, so gimana ceritanya? Lanjut kah? Hehehe maafin aku yang lama banget update nya yaaa:( makasih banget ya buat kalian yang masih setia nunggu dan sering minta aku buat update😘 enjoy
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.