Chapter 38

2.3K 164 5
                                    


Bohong jika Detak bilang dia tidak merindukan Bagas, apalagi tawa jenakanya dan sikapnya yang tidak bisa ditebak, kadang dewasa kadang kekanakan, kadang serius, kadang tidak bisa berhenti bercanda, terutama saat menggodanya.

Setelah menghabiskan satu malam di hotel dan satu malam di rumah, akhirnya Detak bisa pulang ke apartemennya. Setelah menyimpan tasnya, gadis itu dengan cepat mengambil langkah untuk segera keluar karena tidak sabar melihat wajah tampan pacarnya.

Selepas menekan bel, Detak membenarkan ikatan rambutnya yang entah mengapa ingin ia ikat untuk hari ini.

"Hai sunshine!" Sapa Bagas begitu membukakan pintu untuk Detak.

Laki-laki itu mengenakan kemeja berwarna putih yang bercorakkan bunga-bunga. Bagas memang habis bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya, makanya dia menggunakan kemeja.

"Detak!" panggil Melly dari arah dapur.

Detak menoleh ke arah suara dan mendapati Melly yang tengah memotong sesuatu, perempuan itu menggunakan dress selutut yang membuatnya makin terlihat feminim. Tanpa disuruh, Detak menghampirinya dan menawarkan bantuan.

"Mau bikin apa kak?" tanya Detak.

"Sayur sop, pacar lo pasti udah enggak makan sayur berhari-hari tuh tadi ngeluh pas buang air susah keluar katanya!"

"Ah elah lu ngapain bilang-bilang sih!"

Melly menjulurkan lidahnya mengejek Bagas, sedangkan orang yang diejek malah manyun tidak terima. Hal itu membuat Detak tersenyum.

Detak memang tidak pandai memasak, mungkin belum tapi dirinya pandai membantu orang masak. Dirinya sudah terlatih karena selalu diminta membantu Denyut apabila kakaknya itu memasak.

"Lo udah makan? Kalau belum sekalian aja ya bareng-bareng jadi piring sama mangkoknya siapin buat tiga orang," kata Melly setelah mencicipi sayur buatannya itu.

"Oke," kata Detak lalu dengan sigap menyiapkan peralatan makan di meja. Detak menoleh ke arah Bagas karena merasa diperhatikan, laki-laki itu sempat tersentak saat Detak menatapnya namun dengan cepat mengontrol wajahnya.

"Sopnya udah jadi, spesial ala chef Melinda!" kata Melly bangga dengan hasil masakannya itu, Detak terkekeh melihat kepercayaan diri Melly dan jika dilihat dari tampilan sopnya memang terlihat menjanjikan.

"Mari makan!" seru Bagas yang terlihat sangat antusias, lalu dengan perlahan Detak menyuapkan kuah sayur sopnya dan terkesan dengan rasa gurih yang pas. Ternyata masakan Melly memang enak.

"Gimana, enak enggak?"

"Enak kak," jawab Detak jujur membuat Melly tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

"Enak sih, tapi percuma kalau bakat kagak disalurkan gara-gara sibuk pacaran," komentar Bagas.

Melly terlihat bete, dia menyuapkan sopnya dengan cepat berharap bisa segera menghabiskan makanannya kemudian pergi. Bagas walaupun mengaku sudah menyetujui hubungannya dengan Bobby masih saja terlihat sebaliknya, hal itu jelas membuat Melly unmood.

"Gue udah beres, giliran Lo yang bersihin sisanya!" kata Melly ketus.

Melly beranjak untuk mengambil tasnya di sofa kemudian melangkah ke dapur untuk mengambil handphonenya.

"Detak, di kamar Lo ACnya jalan ga?" tanya Melly tiba-tiba.

"Jalan kak, kenapa?"

"Kok disini panas banget ya perasaan? Kayak ada di kandang setan!"

Perkataan Melly barusan membuat Bagas tersedak sampai terbatuk-batuk. Detak dengan sigap memberikan Bagas air minum.

"Gue cabut dulu ya, Detak! Jangan lupa ikut ke Lembang ntar Sabtu!" kata Melly lalu keluar dengan membanting pintu sangat keras.

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang