Cantik

4.8K 339 7
                                    

●○●

Mewah dan didominasi oleh warna hitam dan putih, kira-kira seperti itulah gambaran kecil tentang apartemen yang ditempati Bagas semenjak lulus SMA.

"Gas, pake sosis jangan?" tanya Melly yang sedang sibuk di dapur. Apalagi jika bukan memasak untuk Bagas yang tadi merengek minta di bikinin nasi goreng.

Bagas yang ditanya tidak menjawab karena sedang serius menatap layar televisi. Melihat itu Melly memutarkan kedua bola matanya malas, kebiasaan Bagas memang jika sedang menonton pertandingan bola suka lupa sama semuanya.

"Bagas, sosis?" tanya Melly dengan suara yang sangat lantang.

"Enggak," jawab Bagas singkat.

Tiga menit setelahnya Melly duduk di sebelah Bagas dengan membawakannya nasi goreng yang dimintanya. Melly memperhatikan Bagas lekat-lekat, mengapa sahabatnya ini ditakuti banyak orang padahal dia orang yang sangat baik dan juga penurut bahkan tidak pernah sekalipun memarahinya.

"Gas, lusa gue gausah dateng aja gitu ya?" tanya Melly putus asa.

"Emang kenapa?" balas Bagas dengan mata yang masih tertuju pada layar televisi.

Melly diam, dia menunggu pertandingan selesai dulu baru akan melanjutkannya lagi.

"Emang kenapa?" tanya Bagas kini sambil menatap Melly.

"You know, he have a girlfriend," jawab Melly pelan.

"Kan ada gue," balas Bagas santai.

"Iya tapi enggak segampang itu lah Gas, lo lupa gue sama dia pacaran udah lima tahun dan hampir tunangan?"

"Terus sekarang gue harus dateng dengan segala kenangan yang masih gue inget dengan jelas, sedangkan dia udah pacaran sama sahabatnya yang mana dulu itu adalah musuh gue," kata Melly.

Bagas terdiam, diingatnya kejadian lima tahun kebelakang saat Melly masih berpacaran dengan Ryan. Bagas sering ditinggal sendirian dan tidak jarang juga Bagas batal main dengan Melly gara-gara Melly jalan dengan Ryan.

Sampai datanglah Tasya, sahabat Ryan yang dititipkan padanya karena Ryan harus membujuk Melly yang sedang marah. Awalnya Bagas memang tidak tertarik dengan Tasya karena saat itu Bagas sudah punya pacar. Namun tiga bulan kemudian, Bagas menembak Tasya tapi hubungan mereka hanya bisa bertahan selama lima bulan karena Bagas ketahuan selingkuh.

"Lo dengerin gue gak sih?" tanya Melly kesal karena Bagas diam saja tidak meresponnya.

"Denger kok," jawabnya.

"Apa?" tanya Melly ingin memastikan.

"Lo masih sayang sama Ryan kan?" jawab Bagas polos.

"Ck, apaan coba!" kata Melly ketus.

"Tapi intinya itu," jawab Bagas tak mau kalah.

"Tau ah! Gue pulang aja soalnya lo nyebelin!" ancam Melly ketus.

Bagas langsung memasang muka sedihnya, "Jangan marah dong, gue salah iya," bujuk Bagas.

Sebenarnya Melly serius dengan perkataanya tapi melihat Bagas yang sangat menginginkan dirinya membuat Melly tidak tega.

"Dih masih marah aja! Lo kan udah janji mau nginep malem ini," lanjut Bagas.

"Lo sih nyebelin! Yaudah gue tidur duluan ya jangan ganggu gue!" jawab Melly sambil berlalu ke kamar Bagas.

***

Detak menatap arlojinya yang lima menit lagi akan menunjukkan waktu selesainya mata kuliah PKN. Detak merasa gusar, jantungnya berpacu dengan cepat karena takut. Detak berdoa supaya Bagas tidak menunggu kelasnya lagi dan juga hal yang paling diinginkannya adalah tidak bertemu Bagas hari ini.

"Detak jangan lupa besok ya," kata Jasmine mengingatkan Detak dengan semangat namun tidak dihiraukan Detak karena Detak sedang memikirkan apa yang akan dilakukannya jika bertemu dengan Bagas nanti.

"Detak? Hey!" panggil Jasmine.

"Eh iya?" jawab Detak.

"Kebiasaan banget deh melamun terus," kata Jasmine.

Detak membalasnya dengan senyuman yang agak sedikit dipaksakan karena jujur saja Detak tidak bisa tersenyum ditengah kegusarannya.

"Besok jangan lupa dateng!" balas Jasmine semangat.

"Kemana?" tanya Detak bingung.

"Ultah Kak Ryan," jawab Jasmine semangat.

"Oh iya," balas Detak cepat.

"Ketemu langsung disana aja ya?" kata Jasmine.

"Oke," jawab Detak dengan senyuman.

Detak melihat ke arah pintu dengan cemas takut ada Bagas disitu tapi ternyata matanya tidak menemukan sosok Bagas berdiri di pinggir pintu seperti kemarin atau dimanapun. Detak tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk cepat-cepat pulang ke kosan agar Bagas tidak dapat menemukannya di kampus.

Detak baru bisa menghela napasnya dengan ringan setelah berada di depan pintu kamar kosannya. Tapi ada yang aneh, mengapa pintunya tidak terkunci padahal tadi pagi Detak menguncinya. Apa jangan-jangan ada pencuri masuk ke dalam kamarnya.

Dengan langkah pelan dan tangan mengenggam sapu dari depan pintu, Detak masuk. Detak sengaja tidak menyalakan lampunya karena Detak tau si pencuri itu sedang ada di dalam kamarnya sekarang ini.

Detak mendengar ada suara yang bersumber dari kamar mandinya, dengan debaran jantung yang sangat kencang dan persiapan perlindungan diri yang seadanya Detak menuju kamar mandi.

Detak berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara ketika kaget melihat ada seseorang berdiri membelakanginya. Dengan modal nekat, Detak berteriak dan memukuli si pencuri itu dengan sapu.

"Aw! Woy sakit!"

Detak masih memukulinya dengan membabi buta.

"Detak, stop!" teriak Bagas menyadarkan Detak.

Detak berhenti, kaget mendengar suara Bagas. Mengapa dia ada disini? Apa yang sedang dilakukannya? Seketika Detak tersadar ternyata orang yang baru saja disangkanya pencuri adalah Bagas.

"Lo? Ngapain lo disini?" teriak Detak.

"Kalo apa-apa itu liat dulu dong! Jangan langsung main.... Anjing!" maki Bagas otomatis karena dirinya nyaris terpeleset dan membuat sikutnya menabrak bak mandi.

Melihat Bagas yang kesakitan membuat Detak sedikit merasa bersalah, tapi bukankah Bagas memang pantas mendapatkannya kan?

Bagas dengan cepat keluar dari kamar mandi setelah dirinya selesai menyiram busa-busa di lantai agar dia tidak terpeleset lagi.

Detak menatap Bagas dengan pandangan tidak bersahabat, sedangkan orang yang sedang ditatapnya itu malah tidak tahu diri dengan tidur-tiduran di kasurnya.

"Seriously! Ini kosan gue dan gue cewek!" kata Detak berusaha untuk tidak teriak.

Bagas bangun dia tersenyum tipis sebelum menggoda Detak.

"So what's the problem, i was slept in here?"

Detak tersedak ludahnya sendiri saat mendengarnya. Itu memang benar tapi mendengarnya langsung dari mulut Bagas membuatnya merasa seperti tante-tante mesum.

"Ta- tapi i-itu kan karna gue nolongin lo!" jawab Detak salah tingkah.

Bagas tersenyum puas, melihat Detak yang salah tingkah sangat menggemaskan dan juga cantik.

Cantik. Hanya itu yang dipikirkan Bagas saat ini. Detak memiliki wajah yang cantik, matanya berukuran sedang namun dihiasi dengan bulu mata yang panjang, hidungnya mancung dan bibirnya berukuran pas.

Detak menoleh ke arah Bagas karena merasa diperhatikan. Mata mereka bertemu, saling menyelami masing-masing dan harus diakui Bagas, dia telah terpikat dengan gadis yang ada di hadapannya ini.


****

Why kenapa aku baper sendiri nulis interaksi Detak sama Bagas??? Why???

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang