Fikri membantu Detak memegangi rambutnya agar tidak terkena muntahnya sendiri. Setelah puas mengeluarkan isi perutnya Detak ingin kembali menangis namun dirinya sudah terlalu lelah, energinya habis karena berteriak dan entah pada hitungan keberapa dirinya merasakan kantuk yang berat dan kemudian semuanya gelap. Gadis itu tertidur.
Fikri hendak mengangkat gadis itu kepelukannya namun urung ketika mendengar dehaman Bagas. Fikri tidak tahu sejak kapan Bagas kembali, namun satu hal yang pasti alasan kepergian Bagas tiba-tiba tadi adalah karena lelaki itu bermaksud untuk mengambil jaketnya.
Kini Fikri menatap Bagas yang menyelimuti Detak dengan jaketnya kemudian menggendong Detak di punggungnya.
***
Sebesit cahaya menusuk mata Detak seakan-akan memerintahkan gadis itu untuk bangun di siang hari ini.
Detak mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Pening langsung menyergapnya kepalanya ketika dia mencoba untuk duduk, ditambah lagi rasa mencekat di tenggorokan sangat tidak nyaman. Memori semalam sekelibat kembali datang, membuat dirinya mulai menyesali perbuatannya.
Detak masih ingin kembali melanjutkan tidurnya agar pening yang dirasakannya sedikit mengurang tapi urung ketika ingat dirinya tidak sedang berada di apartemennya sendiri.
Dengan sedikit kesusahan Detak turun ke bawah untuk mengambil minum untuk menyegarkan tenggorokkannya, jika tau mabuk akan menyebabkan hal seperti ini di keesokan harinya, sudah pasti gadis itu tidak akan berbuat ceroboh dengan meminum alkohol seperti semalam.
"Udah bangun?" suara Fikri mengejutkan Detak, lelaki itu terlihat sudah segar tidak seperti dirinya yang baru saja bangun.
Fikri mengambil botol air minum yang sedang dipegang Detak dan langsung meminumnya dari botol.
"Pulang bareng gue aja ya," katanya.
Belum sempat Detak menolak ajakan Fikri, lelaki itu sudah melanjutkan perkataannya, "Bagas udah pulang tadi malem."
Detak tidak habis pikir, bisa-bisanya Bagas meninggalkan Detak begitu saja setelah kejadian semalam. Detak makin meragukan statusnya sebagai seorang pacar, apa sih yang diinginkan Bagas dengan bersikap aneh seperti itu?
"Gue bareng kak Melly aja," tolak Detak.
"Melly sama Bobby masih tidur, mungkin baru bangun nanti jam lima lebih," jawab Fikri.
Detak menatap jam dinding yang terpajang di ruang tamu, sekarang sudah jam satu siang dan ternyata masih ada orang yang tidur lebih lama dari dirinya.
"Dan aku bisa tebak, kamu bakalan milih pulang bareng aku dibanding bareng Dimas."
Detak tidak menyangkal juga tidak mengiyakan perkataan Fikri barusan, seingatnya perlakuan Fikri sekarang ini seperti perlakuan Fikri dulu sewaktu Detak belum mengenal Bagas. Fikri yang berani mendekatinya dan selalu menyelipkan godaan tidak langsung di tiap perkataannya.
***
Tidak butuh waktu lama untuk Detak bersiap-siap pulang, dia sudah tidak peduli lagi dengan baju apa yang dia kenakan, atau tatanan rambut apa yang akan dia coba seperti apa yang ada dalam rencananya seminggu kebelakang ini. Untuk apa bersusah payah disaat orang yang ingin dibuat terkesan ternyata sudah meninggalkannya dari semalam. Memikirkannya saja sudah membuatnya kesal.
"Seatbelt jangan lupa," kata Fikri mengingatkannya yang dengan cepat Detak turuti.
"Kamu lebih cantik kalau kaya gini, lebih natural," puji Fikri tiba-tiba.
Detak diam saja, tidak menghiraukan pujian Fikri. Dirinya sedang tidak dalam mood yang baik.
Dilihatnya lagi pesannya yang masih saja tidak dibaca Bagas. Sebenarnya ada apa dengan Bagas? Tidak mungkin lelaki itu berubah jika tidak ada sesuatu yang terjadi, seingatnya dirinya tidak membuat kesalahan apapun atau jangan-jangan perubahan sikap Bagas dipengaruhi oleh wanita itu?
"Kamu belum makan dari pagi, enggak apa-apa kan makan di sini?" tanya Fikri sesampainya mereka di restoran sushi.
Detak kembali fokus ke dunia nyata setelah terlarut di dalam pikirannya sendiri.
"Yuk! Kamu bisa makan sushi kan? Atau mau McD aja? Kalau mau McD kita tinggal jalan dikit nyebrang, kebetulan baru buka cabang di deket-deket sini," kata Fikri.
"McD aja," jawab Detak setengah hati karena tidak begitu nafsu makan.
Sepanjang jalan Fikri berusaha mengajak Detak bicara dan lelaki itu tidak juga menyerah walaupun tidak mendapat respon dari Detak. Sampai saatnya untuk menyebrang, Fikri menggenggam tangan Detak.
"Kenapa berhenti?" tanya Fikri sesaat setelah dia melepaskan tanggan Detak.
"Biar gue perjelas, mungkin saat ini hubungan gue sama Bagas lagi enggak jelas tapi itu enggak bisa dijadiin alasan buat lo berlaku seenaknya! Perasaan gue cuman buat Bagas, gue kira semuanya udah jelas waktu terakhir kali kita ketemu. Perasaan gue untuk lo udah selesai jauh sebelum gue jadian sama Bagas. Jadi please jangan berlebihan!"
"Apa gue salah kalau gue mencoba untuk dapetin hati lo lagi?"
"Iya salah! Salah banget!" jawab Detak kasar, "apa lo enggak bisa ngebayangin gimana perasaan Bagas kalau tau sahabatnya manfaatin keadaan buat ngedeketin pacarnya?"
Fikri tersenyum sinis, "Buat apa? Dia aja enggak mikirin perasaan lo waktu pergi buat cewek lain."
"Maksud lo apaan?"
"Semalem dia langsung cabut karena dapet telepon dari cewek."
Stephanie, sudah pasti cewek yang dimaksud Fikri ini Stephanie. Detak geram, rasa marahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Tidak dipedulikannya lagi panggilan Fikri saat Detak menaiki angkot. Berantem di depan McD dan menahan tangis di dalam angkot akan menjadi kenangan hidup yang tidak akan pernah bisa dilupakannya.
***
Selamat malam Senin semuanya!!! Part kali ini sedikit tapi gapapa ya dari pada panjangan dikit tapi nanggung hehehe kalau udah selesai baca jangan lupa bobo biar besok enggak telat sekolah/kuliahnya.
Muach:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.