Jasmine mengeluh pada Detak saat dosen mata kuliah PKN keluar kelas, bagaimana bisa Jasmine tidak mengeluh saat dihadapkan dengan kenyataan kalau dirinya harus mulai menyiapkan diri untuk ujian tengah semester. Tes lisan selalu memusuhinya dari semenjak SMA dulu, Jasmine paling sebal kalau harus tes lisan.
"Coba bayangin Detak, dulu gue mau tes lisan pelajaran sejarah saking groginya sampai pingsan padahal nama gue belum dipanggil!" curhat Jasmine menggebu-gebu.
"Nanti kita belajar bareng biar bisa saling tanya jawab, sekalian latihan ngomong juga," jawab Detak sambil memasukkan buku catatannya ke dalam tas. Detak merasa tenang-tenang saja, dia tidak pernah peduli test macam apa yang akan dia jalani karena dia selalu mempersiapkannya.
"Janji ya kita bakalan belajar bareng!" kata Jasmine menyusul Detak yang sudah melenggang pergi dari kelas.
"Iya! Nanti ke apartemen gue aja kalau lo mau belajar."
"Gue sih inginnya kita belajar di apartemennya Kak Bagas, siapa tau ada Kak Bobby kan jadi makin semangat gue belajarnya!"
"Yang ada lo malah enggak fokus belajar."
Jasmine tertawa nyengir karena apa yang Detak katakana barusan memang pasti benar, Detak juga tertawa dia senang karena kali ini dia punya teman untuk belajar bersama.
"Hai Kak FIkri!" sapa Jasmine semangat sedangkan Detak berbanding terbalik, dia belum mau bertemu dengan FIkri setelah pengakuan tidak terduganya di lift. Ternyata selama ini cintanya berbalas, hanya saja mereka berdua terlalu yakin dengan asumsi masing-masing.
"Hai, kalian udah mau pulang? Enggak ada kelas lagi?"
Detak menatap Fikri, penampilannya rapih seperti biasanya identik dengan kemeja lengan pendek dan celana jeansnya, kadang juga mengenakan jaket dan jeans. Bagaimana Detak tahu? Itu karena dia sangat sering memandang FIkri dari jauh.
"Sekarang sih masih kosong, nanti jam setengah empat masuk lagi ada matkul bahasa Indonesia. Kalau Kakak udah pulang?"
"Nanti masuk lagi jam satu, sekarang lagi mau ke kantin."
"Wah kebetulan banget nih kita juga mau ke kantin!"
Rasanya Detak ingin menutup mulut Jasmine karena sudah mengatakan hal yang paling Detak tidak inginkan keluar dari mulutnya.
Detak hanya bisa berdoa dalam hati agar FIkri tidak mengajaknya untuk makan bersama, dia sudah berusaha memberi kode pada Jasmine untuk duluan tapi dasar Jasmine mana mau dia ngelewatin kesempatan makan bareng sama cowok ganteng nan populer di fakultasnya itu dengan harapan bisa tertular virus populer Fikri.
Fikri melirik Detak sebelum akhirnya menjawab, "Yuk kita makan bareng aja sekalian!"
Detak hanya bisa pasrah saat Jasmine menariknya dengan sangat antusias. Mereka berdua membuntuti Fikri yang kadang melambatkan langkahnya agar berjalan sejajar dan untuk megobrol hal ringan pada Jasmine tentunya.
"Fik!" panggilan dari Ryan membuat mereka bertiga menoleh ke sumber suara. Ada Ryan dan Tasya disana, di dekat gerobak bakso malang memanggil mereka untuk bergabung.
"Kemarin lo kemana? Gue telepon enggak nyambung," tanya Ryan sedetik setelah FIkri, Jasmine, dan Detak duduk.
"Gue balik ke rumah," jawab Fikri dengan wajah datar, "Eh kalian mau makan apa? Biar sekalian gue pesenin," tawar Fikri untuk mengalihkan pembicaraan.
"Samain aja sama Kakak," jawab Jasmine semangat.
"Kalau lo?" tanya Fikri pada Detak.
"Sama," jawab Detak sedikit dengan nada jutek.
"Gue ikut mau bayar," kata Ryan menyusul Fikri yang sudah lebih dulu beranjak dari duduknya.
Setelah FIkri pergi untuk memesan makanan, Tasya bertanya dengan nada serius pada Detak dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, "Kalian lagi berantem ya?"
Detak terkejut dengan pertanyaan Tasya yang tiba-tiba, tapi belum sempat menjawab ada Jasmine yang ikut-ikutan bertanya.
"Eh iyaya biasanya lo keliatan akrab sama Kak Fikri, lo lagi marahan sama Kak Fikri?"
"Ee-enggak kok! Emangnya kenapa?" jawab Detak terbata.
"Lo yakin?"
"Iya!"
"Kalau enggak marahan sama lo terus kenapa ya dia kemarin aneh banget?"
"Aneh gimana Kak?" kini pertanyaan Jasmine bukan lagi untuk Detak tapi untuk Tasya.
"Iya gitu, kemarin dia dateng ke rumah Ryan tanpa babibu langsung ninju samsak yang ada di halaman belakang rumah sampai tangannya luka, kalian enggak ngeh kalau tangan Fikri tadi di perban?"
Detak otomatis langsung mencari keadaan Fikri untuk memastikan apa yang dikatakan Tasya barusan. Apa benar tangannya terluka sampai harus di perban? Apa dirinyalah alasan Fikri terluka?
Detak menatap Fikri yang kini tengah berjalan kembali menghampirinya, tatapannya langsung tertuju pada tangan kirinya yang diperban lalu naik menuju matanya, Fikri pun tengah menatapnya. Matanya terlihat sendu, tapi Detak tidak mau terlalu lama menatapnya karena takut membangunkan perasaan yang sudah Detak usahakan untuk tertidur selamanya.
"Gue pesen ayam penyet, enggak apa-apa kan?" tanya Fikri setelah kembali.
"Enggak apa-apa, gue suka kok," jawab Jasmine.
Detak masih saja menatap tangan Fikri yang di perban, dia jadi teringat apa yang dilakukan Bagas tempo hari saat perempuan cantik dan seksi menunggunya di depan apartemen, terlihat jelas kalau Bagas sangat sakit karena perempuan itu dan Detak tidak mau menjadi alasan Fikri sakit.
Fikri yang merasa di perhatikan Detak menyembunyikan tangannya di bawah meja. Dia tidak mau Detak berpikiran macam-macam.
Detak sudah berusaha tidak terlalu memusingkan kemungkinan kalau Fikri menyakiti dirinya sendiri karena dia, tapi tidak bisa.
Setiap satu suapan makanan yang masuk ke dalam mulutnya selalu diselingi dengan lirikan pada tangan Fikri, begitu seterusnya sampai pada saat Fikri pamit untuk duluan karena ada kelas.
Tapi tidak sampai disana, saking khawatir dan tidak tenangnya Detak, dia sampai menyusul Fikri keluar kantin hanya untuk bilang.
"Nanti bisa anterin gue pulang?"
Yang di jawab dengan sebuah anggukan setuju oleh Fikri. Walaupun Fikri tau dengan mengantar Detak ada sebuah hubungan persahabatan yang diujung tanduk. Karena Fikri ingin menjadi serakah, dia ingin Detak untuk dirinya sendiri walaupun harus mengorbankan hubungannya dengan Bagas, orang yang tidak pernah bisa dia balas kebaikannya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.