Dibalik jawaban 'Ya' yang keluar dari mulutnya, ada sedikit kecewa didalamnya. Bukan bermaksud ingin ikut campur urusan Bagas, tapi untuk pertamakali Detak merasa penasaran atas apa yang telah terjadi dan membuat Bagas terlihat begitu serius. Tapi hal itu harus ditelannya mentah-mentah, karena dia sadar dia bukan siapa-siapa selain tetangga bagi Bagas.
Oleh karena itu, disinilah Detak. Berdiri sendirian di trotoar, masih di tempat yang sama saat terpaksa harus turun dari motor Bagas, menunggu driver ojek online datang menjemputnya.
Detak bukanlah seorang penakut, dia tidak takut untuk pulang sendirian di tengah malam sekalipun, hanya saja malam ini berbeda. Detak takut, dan takut yang menerpanya bukan tentang dirinya sendiri melainkan tentang laki-laki yang menurunkannya tadi. Bagas langsung menarik gasnya dengan cepat tanpa Detak sempat mengucapkan kata hati-hati. Mungkin memang sepenting itu urusan yang menunggunya.
Walaupun sudah berusaha untuk tidak lagi memikirkan Bagas, Detak tidak bisa. Dia benar-benar penasaran, terlebih lagi saat nama Fikri disebut ketika Bagas mengangkat teleponnya. Laki-laki yang satu itu memang sudah sangat jarang Detak temui dan ada sedikit rasa penasaran juga, kemana perginya Fikri. Semua pertanyaan tentang hubungan Fikri dengan urusan Bagas berkumpul di kepalanya sampai seseorang harus memanggilnya dua kali barulah dia sadar sedang berada dimana.
"Bagas!" Pekik Detak terkejut melihat Bagas sudah berada di depannya dengan kaca helm yang terbuka.
"Ayo buruan naik!" perintahnya.
Detak mengernyit heran dan setengah tidak percaya, masalahnya tadi Bagas pergi tanpa menoleh sedikitpun padanya dan sekarang laki-laki itu ada dihadapannya.
"Kenapa balik lagi?" tanya Detak masih terdiam di tempatnya semula.
"Gue hampir jadi orang kagak waras karena ninggalin lo di tengah jalan, kayak barusan. Gue lebih takut lo kenapa-kenapa."
Perasaan hangat dirasakan Detak karena jawaban Bagas barusan. Lalu dengan perasaannya yang mulai terlihat jelas, Detak menghampiri Bagas. Duduk di belakang laki-laki itu dan memeluknya erat sebelum motor melesat secepat degupan jantungnya.
****
Detak sampai dihalaman parkir sebuah rumah bergaya minimalis, dilihatnya mobil Fikri dan mobil Melly terparkir dengan rapih. Detak sangat ingin menanyakan sesuatu saat dilihatnya Bagas sudah membuka helmnya.
Rumah minimalis beratkan putih dan abu-abu itu punya halaman yang cukup luas dan sebuah garasi yang mungkin muat 2 mobil. Untuk masuk kedalam rumahnya, Detak harus menaiki tangga karena pintu utama ada di lantai dua. Setelah dipikir-pikir rumah ini terlalu besar untuk disebut minimalis.
Dilihatnya Melly membuka pintu setelah Bagas menekan bel sebelumnya. Melly menyambut mereka berdua tanpa senyum, mimik wajahnya terlihat tegang.
Detak dituntun Melly masuk karena Bagas sudah duluan masuk dengan terburu-buru meninggalkannya.
"Ini rumah siapa?" tanya Detak bisik-bisik.
"Rumah Dimas," jawab Melly balas membisik.
"Tinggal sendiri?"
"Iya. Kamu mau minum dulu?" tanya Melly yang dijawab oleh gelengan kepala Detak.
Mereka menuju lantai tiga dimana letak kamar Dimas berada, kamarnya sangat luas, kurang lebih seukuran 2kali lipat kamar di apartemennya. Detak menganggumi bagaimana telaten dan rapinya Dimas menyusun barang-barang miliknya sendiri.
Tapi, acara mengamati kamar Dimas hanya sebentar karena Detak kini membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar apa yang akan empat sekawan itu bicarakan.
Suasana sangat tegang, ditambah lagi dengan luka di pelipis Dimas dan juga sedikit di ujung mata kirinya. Sedangkan Fikri, terlihat tidak sadar akan kehadiran Detak di kamar dekatnya.
"Jadi gimana ceritanya?" tanya Bagas serius.
"Gue baru pulang dari rumah Resca, terus tiba-tiba ada yang ngikutin gue dua orang pake motor, soalnya gue bawa mobil jadi kagak bisa nyelip dan begini hasilnya," jelas Dimas singkat.
Ada keheningan yang terasa janggal jika pernah merasakan bagaimana hebohnya empat sekawan itu disaat-saat santai.
"Lo tau siapa orangnya?" kini giliran Bobby yang bertanya.
"Orang baru," jawab Dimas.
"Apa diantara mereka ada cowok botak yang di lehernya ada tato bunga mawar?" kembali Bagas bertanya.
"Lo pernah ketemu juga?" Dimas jelas terkejut saat Bagas menyebutkan ciri-ciri orang yang baru saja memukulinya itu.
"Iya, belum lama ini," jawab Bagas pelan sebelum tiba-tiba Bobby melayangkan bogeman mentahnya tepat di wajah Bagas. Semua orang terkejut, lebih tepatnya Detak dan Melly karena Fikri maupun Dimas sudah menduganya.
"Anjing! Kenapa lo kagak cerita, liat Dimas jadi kena imbasnya gara-gara lo monyet!" kata Bobby di depan muka Bagas sambil mencengkram kerah kemeja Bagas.
Melly yang melihat kejadian itu langsung menghampiri mereka dan susah-susahan memisahkan mereka. Sedangkan Detak masih diam di tempatnya tidak tau harus berbuat apa.
"Lo sendiri yang bilang kita harus bersatu buat ngalahin bajingan itu tapi Lo sendiri yang ngelanggar! Lo mau jadi pahlawan hah?" Kali ini Bobby berteriak, terlihat jelas dia sangat emosi.
Detak melihat Dimas dan Fikri yang menunduk, mereka berdua tidak membantu sama sekali. Sama saja seperti kehadirannya disini.
Melly menarik Bobby menuju pintu keluar untuk menenangkannya sambil menangis memohon. Melihat itu, Detak tidak sangka marahnya orang yang sering tertawa sangat menyeramkan.
"Lo kalau cari mati jangan kayak gini caranya! Lo mau jadi Anton kedua hah?"
"Bobby!" Melly berteriak.
Lalu setelah itu hanya ada keheningan dan suara isak tangis Melly yang memenuhi ruangan.
Detak seperti sedang menonton film secara live, mematung melihat semua orang. Detak ingin berjalan menghampiri Bagas tapi tidak cukup berani.
Bobby berjalan pergi sendirian tanpa teriakan ataupun umpatan tapi anehnya itu malah makin membuat suasana kelam. Detak tidak tahu siapa itu Anton dan pengaruhnya pada empat sekawan itu.
Setelah Bobby pergi, satu persatu orang pergi meninggalkan kamar Dimas menyisakan Bagas yang masih dalam posisi tersungkur. Dengan cepat Detak menghampiri Bagas, "Ayo gue obatin," kata Detak tidak tau apa lagi kata yang lebih tepat keluar dari pada ini.
Bagas mendongak menatap Detak, dapat Detak lihat dengan jelas genangan air mata yang ditahan Bagas.
Entahlah apalagi kejutan yang akan Bagas berikan padanya, yang pasti Detak siap. Detak siap menghadapi hari penuh ketidakpastian dan juga Detak siap menanggung risiko apapun itu hanya untuk tetap bersama Bagas.
Lalu dengan perlahan tapi pasti, Detak mendekatkan diri dan memeluk Bagas.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.