Chapter 34

2.1K 167 7
                                    

“Laper enggak?”

Detak menatap Bagas yang tengah mengemudi di sebelahnya.

“Lumayan,” jawabnya singkat.

“Mau ke rumah Melly, enggak? Masakan dia enak lo harus nyobain! Ya sebelas duabelaslah sama kakak lo.”

Mendengar nama Melly disebut membuat Detak ingat kalau dia harus mengajak Bagas kumpul.

“Boleh,” jawab Detak cepat lalu kembali beralih pada handphonenya yang sedang menampilkan chat dari Denyut.

Detak, buat pesta pernikahan kakak nanti kamu mau ngundang temen kamu enggak? Nanti kakak ke apartemen ngasih undangannya. Berapa orang?

Satu aja kak

Bukan buat laki-laki itu kan? Kakak enggak mau liat muka dia di pernikahan kakak!

Detak murung, mengapa kakaknya begitu tidak menyukai Bagas? Oleh sebab itu, Detak memutuskan untuk tidak akan memberitahu Denyut tentang statusnya yang sudah berpacaran dengan Bagas.

Bukan kak

Awas ya kalau kamu sampai nekat bawa dia ke pernikahan kakak!

Iya enggak akan

Kakak bisa pegang janji kamu kan?

Iya

Bagus! Jangan lupa makan dan jangan bergaul sama cowok itu, kakak peringatin!

“Ada apa?” tanya Bagas yang melihat wajah murung Detak.

Detak menoleh padanya sembari memberi senyum tipis, “Enggak ada apa-apa kok,” katanya.

“Detak, gue ini siapa sih?” tanya Bagas tiba-tiba setelah hening yang cukup panjang.

“Bagas,” jawab Detak polos dengan wajah datarnya.

“Maksud gue, gue ini siapanya lo?”

Pipi Detak tiba-tiba memanas saat mendengar perkataan Bagas. Untuk apa dia menanyakan sesuatu yang sudah jelas? Bikin malu saja, batinnya.

“Gue tanya sekali lagi, gue ini siapa sih?" tanya Bagas lagi karena Detak terlihat seolah-olah tidak akan menjawab pertanyaannya tapi setelah pertanyaan kedua Detak masih tidak menjawab.

“Gue pacar lo, kan?”

“Ke..kenapa tiba-tiba nanya itu? Lo kan udah tau jawabannya!” kata Detak gugup.

“Jawab dulu, gue pacar lo kan?” kata Bagas kini terdengar sangat serius.

“Iya, lo pacar gue.”

“Karena gue pacar lo, gue berharap lo bisa sedikit terbuka sama gue. Gue siap dengerin semua masalah lo, kalau lo punya.”

Detak menatap Bagas yang kini tengah tersenyum lembut padanya sambil mengelus rambutnya pelan sebelum tangan Bagas kembali pada kemudi saat lampu lalu lintas kembali berwarna hijau.

Detak berpikir dalam keheningan yang hanya diramaikan oleh suara pendingin mobil. Hari ini dia melihat sisi Bagas yang baru lagi, sisinya yang bagaikan seorang kakak dan hati Detak menghangat karenanya.

Setelah keheningan yang cukup panjang, Detak memutuskan untuk memberitahu Bagas tentang Denyut yang tidak ingin dirinya mengundang Bagas ke pesta pernikahan kakaknya itu.

“Pernikahan kak Denyut tiga minggu lagi,” kata Detak sesaat ragu tapi kembali meyakinkan dirinya kalau Bagas adalah orang yang bisa dia andalkan.

Bagas mendengarkannya dalam diam, Detak tahu itu walaupun matanya tertuju ke jalanan tapi telinganya mendengarkan perkataannya.

“Barusan kak Denyut chat, dia bilang kalau dia enggak mau ngeliat lo di pernikahannya.”

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang