Chapter 24

2.7K 213 30
                                    

Fikri duduk di lobby fakultasnya, dilihatnya jam tangannya yang menunjukkan pukul 16.17. Senyumnya makin mengembang karena itu berarti Detak akan keluar kelas 3 menit lagi. Senyumannya itu tidak lepas dari wajahnya semenjak Detak berbicara padanya. Padahal hanya satu kalimat saja, tapi efeknya sangat luar biasa.

"Fik, lagi ngapain Lo? Mikir jorok?" tanya Bagas sembari duduk di sebelah Fikri.

"Sialan, ya enggak lah emangnya Bobby!" jawab Fikri diakhiri dengan tawa yang juga bersautan dengan tawa Bagas.

"Lo udah sembuh, Gas?"

"Udah lumayanlah tapi Lo jangan bilang-bilang ke Melly kalau gue ada di sini!"

"Woles, Lo ngapain ke sini?" tanya Fikri penasaran karena Bagas selalu terlihat serius jika ada yang harus dibicarakan padanya, tetapi kali ini dia terlihat santai makanya Fikri menanyakan maksud tujuannya.

"Gue mau jemput Detak, tapi dia kagak tau hahaha."

Mendengar jawaban Bagas barusan sontak saja membuat senyum Fikri hilang, dia baru ingat kalau keduanya memiliki hubungan.

"Lo juga lagi ngapain disini?"

"Oh, gue lagi nunggu dosen."

Lagi. Fikri tidak bisa apa-apa, padahal beberapa saat yang lalu dirinya sudah memantapkan diri untuk melakukan apapun demi bisa bersama Detak. Tapi nyatanya di hadapan Bagas dirinya memang pengecut.

"Detak!"

Fikri menoleh ke arah dimana Bagas melambaikan tangannya dengan semangat. Dilihatnya Detak yang kebingungan.

"Kak Bagas bukannya masih sakit ya?" tanya Jasmine sambil menarik Detak untuk untuk mendekati Bagas dan Fikri.

"Emang gue sakit ya? Gue sehat-sehat aja kok!"

"Loh kata Detak kakak sakit, dia sampe ngebatalin belajar bareng karena ingin mastiin kakak udah sembuh!"

"Oh ya?"

"Lo bohong sama gue, Detak?"

"Eng...enggak kok!"

Bagas hanya bisa tertawa senang karena berhasil menipu Jasmine dan juga dia senang karena Detak ternyata memikirkannya.

Dilain pihak, Fikri yang mendengar perkataan Jasmine barusan membuat hatinya panas. Dia hanya bisa menatap Detak meminta penjelasan, apa sebenarnya maksud Detak memintanya mengantar pulang, karena sejauh yang dia tangkap Detak hanya mempermainkannya saja.

Detak yang terlanjur malu karena Jasmine lupa diantara mereka ada Fikri yang sengaja menunggunya.

"Gue duluan ya semuanya, dosennya udah pulang ternyata. Gue buru-buru biasa si Ryan!" kata Fikri

Melihat kepergian Fikri, Detak hanya bisa menyesal karena dia tidak tahu Bagas akan datang untuk menjemputnya. Tapi Detak juga tidak bisa apa-apa, kekhawatirannya pada Bagas saat ini lebih besar jika dibandingkan dengan kekhawatirannya pada Fikri.

***

"Senyum dong! Jarang-jarang gue jemput cewek kayak gini. Pacar-pacar gue sebelumnya aja kagak pernah gue jemput."

Detak menoleh pada Bagas yang tengah melancarkan aksi nyengirnya.

"Gue enggak minta lo jemput, lagian bukannya kalau alergi tuh enggak boleh kena angin ya?"

"Gue bosen di apartemen sendirian, nunggu lo kagak dateng-dateng!"

Detak diam dia memang belum sempat menengok Bagas karena kesibukan kuliahnya dan menjadi lebih tidak enak lagi saat ingat dialah penyebab Bagas sakit.

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang