Chapter 43

2.2K 155 18
                                    

Detak menatap pantulan dirinya di cermin kamarnya, baru kali ini dirinya di makeup seberani ini. Dilihatnya lagi lebih dekat bentuk alis yang terlihat begitu berbeda dari biasanya. Alis yang sehari-hari dibiarkannya tanpa coretan pensil kini terbentuk dengan sangat berani. Lalu dilihat bagian matanya yang terlihat lebih lebar karena efek eyeliner,cela berwarna hitam, dan tambahan bulu mata palsu. Lalu matanya kini beralih ke warna bibirnya yang berubah menjadi merah hati semakin meyakinkan dirinya bahwa apa yang dia lihat di cermin sekarang bukanlah dirinya yang sebenarnya.

"Gimana?" tanya Melly sambil membereskan peralatan makeupnya ke dalam pouch.

"Gue baru pertama kali di make up kayak gini jadinya masih ngerasa aneh," jawab Detak jujur.

Melly berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Detak dan membenarkan rambut Detak yang sudah ia catok menjadi bergelombang.

"Tenang, gue jamin Bagas pasti suka," balas Melly menenangkan Detak.

Detak masih menatap dirinya tidak yakin.

"Sekarang tinggal ganti baju lo kalau bisa yang warnanya hitam biar masuk sama makeupnya," suruh Melly pada Detak.

Detak menurutinya begitu saja, pikirnya mungkin Melly memang tau apa yang Bagas sukai.

Detak membuka lemarinya tatapannya langsung tertuju pada sebuah dress berwarna hitam yang tergantung diantara dress warna lainnya.

"Ada yang lain enggak?" tanya Melly saat melihat dress yang diambil Detak.

"Yang lain bukan warna hitam," jawab Detak.

"Ya udah deh gapapa pake yang itu aja sama ini gue pinjemin anting biar penampilan lo makin oke," balas Melly.

Tidak terpikirkan sampai hari ini kalau Detak butuh tambahan dress baru untuk digunakan. Jelas saja karena dress bukanlah kesukaannya, Detak lebih senang terlihat kasual dengan kemeja dan celana jinsnya.

"Gimana?" kali ini Detak yang bertanya pada Melly setelah dirinya selesai berganti pakaian.

"Better than before," jawab Melly terlihat cukup puas dengan usahanya merubah Detak, "sekarang tinggal ganti sepatu lo pake heels atau kalau enggak ada flat shoes aja."

Detak mengambil sepatu wedges berwarna silver yang untungnya sama dengan warna anting yang digunakannya.

"Udah?"

"Udah."

"Yuk ke mobil lagi!"

Detak mengangguk mengiyakan sambil berharap perubahan penampilannya hari ini akan bisa membuat Bagas terpesona.

***

Villa mewah dengan konsep modern minimalis, yang sebenarnya tidak bisa dibilang minimalis karena memiliki 6 kamar utama dengan kolam renang besar di halaman belakang, menjadi tempat kumpul untuk ulang tahun Bagas.

Berbeda dari sang empunya villa, Bagas lebih senang merayakan ulang tahunnya hanya dengan sahabat terdekatnya di satu tempat yang bisa memunculkan rasa seakan-akan berada di rumah.

Semenjak ibunya meninggal, Bagas selalu merindukan momen hangat dengan sahabat-sahabatnya dan karenanya dia tidak pernah mengundang orang lain ke pesta ulangtahunnya.

"Lo beneran serius ya sama si Detak?" pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Dimas menarik perhatian Fikri yang tengah memainkan game di ponselnya, diam-diam dia memasang telinganya.

"Biasa aja," jawab Bagas datar.

"Terus kenapa lo undang dia kesini?" tanya Dimas lagi.

"Dia pacar gue," jawab Bagas lancar.

"Pacar lo yang kemarin-kemarin kagak pernah tuh diundang ke acara ulang tahun Lo," kini Bobby ikut berkomentar.

Memang tidak pernah sebelumnya Bagas mengundang seseorang yang berstatus pacarnya ke acara ulang tahun private khusus dirinya dan sahabat-sahabatnya, tapi entah mengapa kali ini dia sangat menginginkan kehadiran Detak di sisinya. Gadis itu tanpa permisi sudah menjadi bagian dari dirinya yang jikalau harus pergi akan sulit dilupakan, karena hanya Detak yang pernah melihat titik terendah dirinya dan membuatnya tenang.

Bagas ingin menanggapi komentar Bobby tapi tidak jadi karena Bobby sudah raib entah kemana.

"Kalau dia emang pacar yang spesial buat Lo, Lo boleh undang dia ke pesta ulang tahun gue nanti," kata Dimas sambil berlalu ke dapur untuk mengambil cemilan.

Bagas tidak langsung mengiyakan, dia berpikir apa benar Detak orang yang tepat untuk memenuhi tempat Stephanie yang masih dia sisihkan di hatinya? tiba-tiba dirinya merasa ragu.

Sedangkan Fikri yang menguping dari tadi memilih untuk tidak berkomentar apapun.

***

"Eh cowok-cowok tolongin dong!" teriak Melly setibanya di villa sedangkan Detak masih sibuk mengangumi desain interior villa milik keluarga Dimas ini.

Diruang tengah terdapat satu set sofa besar yang bisa muat untuk 13 orang, tidak lupa dengan pemandangan langsung menuju taman hijau yang luas dan menyejukkan, dan yang paling membuat Detak terkesan adalah Chandelier yang tergantung sangat cantik di tengah-tengahnya.

Bobby yang pertama datang setelah mendengar teriakan Melly, disusul dengan Fikri.

"Kok lama, di jalan macet?" tanya Bobby setelah mengecup bibir Melly kilat.

"Lumayan, yang lain pada dimana?"

"Lagi sebat di gazebo, mana sini aku bawain barang-barang kamu ke kamar."

Detak menatap pasangan itu dengan senyum tipis, namun kemudian berubah menjadi senyuman canggung saat Melly menyuruh Fikri membantu dirinya untuk membawa koper ke kamarnya.

"Yuk," ajak Fikri kemudian berjalan di depan Detak menuju arah tangga ke lantai dua. Detak lagi-lagi dibuat kagum dengan desain interior villanya, sampai hampir lupa kalau di depannya itu ada Fikri.

"Ini kamar Lo, kalau ada apa-apa kamar gue ada di ujung sana dan di depan Lo itu kamar Melly," jelasnya setelah menyimpan koper Detak ke dalam kamar.

"Thanks," jawab Detak.

Fikri meresponnya dengan anggukan kemudian terdiam menatap wajah Detak. Gadis itu tentu saja menjadi salah tingkah ditatap seperti itu oleh Fikri.

"Kenapa?" tanya Detak setelah memberanikan diri lagipula untuk apa dirinya merasa tidak enak bertanya pada Fikri.

"Mmm... Bukan apa-apa," jawab Fikri cepat namun terlihat malu-malu.

Mendengar jawaban Fikri membuat Detak tidak memikirkan hal yang aneh, walaupun sempat terlintas pikiran kalau make up-nya tidak cocok untuknya atau mungkin dirinya terlihat seperti tokoh antagonis di film-film.

"Detak, bantu gue beres-beres buat makan malam yuk!" ajak Melly yang lebih seperti perintah setelah dirinya keluar dari kamar bersama Bobby.

Detak mengangguk mengiyakan dan ikut berjalan setelah Melly mengapit lengannya dan membawanya turun, namun sebelum dia menuruni tangga, telinganya menangkap kata-kata Bobby pada Fikri.

"Pacar orang, jangan Lo liatin segitunya."

****

Selamat malam Minggu semuanya❤️

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang