●○●
Bagas masih mengenggam tangan Melly erat-erat takut Melly akan keluar dari mobilnya jika ia melepasnya. Bagas benar-benar cemas, dia tau Melly sedang mati-matian menahan air matanya lagi sekarang. Melly memang begitu, tidak ingin terlihat lemah walaupun di depan Bagas sekalipun.
Tapi itulah yang Bagas teladani dari Melly, Melly mampu mengatur emosinya seakan semuanya baik-baik saja apalagi ditambah wajah cantiknya yang selalu mengumbar senyum namun itu jugalah yang Bagas benci dari Melly. Perempuan itu sangat stabil sampai dia bertemu dengan Ryan, Laki-laki itu dengan mudahnya mengguncang Melly.
"Pulang ke rumah?" tanya Bagas memastikan dan langsung dibalas oleh anggukan singkat Melly.
Bagas hanya bisa menatap kesal kepergian Melly dari hadapannya, dia benci saat-saat seperti ini. Ketika seharusnya Bagas memeluk Melly sama seperti saat Melly memeluk dirinya kemarin. Bahkan sampai sekarang Melly lebih dewasa dari dirinya.
Bagas yang masih kesal pada diri sendiri memutuskan untuk pulang ke apartemennya dibanding kembali ke pesta, laju mobilnya melambat saat melihat mobil Fikri baru saja melewatinya dari arah parkiran, apa Fikri baru saja mencarinya ke apartemen?
Dia mencoba menghubungi Fikri detik itu juga sambil berjalan menuju lift. Dia makin penasaran saat Fikri tidak mengangkat teleponnya tapi perasaan itu menghilang saat melihat Detak tengah menatapnya dari dalam lift.
***
Senyuman yang dilemparkan Bagas padanya membuat Detak sedikit menahan napasnya. Masih terlalu bingung, Detak menebak-nebak kepribadian Bagas yang mana lagi yang akan dihadapinya sekarang.
"Lagi ada urusan?" tanya Bagas basa basi.
"Enggak, gue tinggal disini, baru beberapa hari," kata Detak memberitahu karena melihat ekspresi sok bingung Bagas .
Sebelum Bagas sempat mengeluarkan suaranya untuk bertanya, pintu lift sudah terbuka dan sontak saja tubuhnya menegang saat melihat seorang wanita yang mengenakan mini skirt berwarna merah tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
Detak yang berdiri di sampingnya dapat merasakan dengan jelas perubahan Bagas saat melihat seorang wanita yang berdiri di depan pintu kamarnya, tapi sebelum dirinya sempat bertanya Bagas sudah merengkuh pinggangnya dan membawanya berjalan menuju wanita itu.
"Bagaskara!" panggil wanita itu.
Semakin Bagas membawa Detak mendekati wanita itu, semakin jelas pula kecantikan wanita itu.
"Ngapain lo kesini?" tanya Bagas dengan nada tidak suka yang sangat jelas.
"Aku mau ngomong sama kamu tentang kemarin malam," jawab wanita itu tenang.
"Maaf tapi gue lag8 sibuk sekarang," balas Bagas sambil mendekatkan tubuh Detak padanya lalu membawa Detak masuk ke apartemennya setelah menekan tombol passwordnya.
Detak yang sedikit mengerti keadaan hanya bisa pasrah saat Bagas membawanya masuk.
Detak tidak menanyakan apapun setelahnya, dia cukup tau kalau bukan itu yang dibutuhkan Bagas sekarang. Detak masih berdiri di depan pintunya, berharap untuk segera keluar dari kamar Bagas dan bisa langsung masuk ke kamarnya.
Sedangkan Bagas, lelaki itu masih berada di dalam kamar mandi. Tidak ada yang bisa Bagas lakukan untuk menahan amarahnya dan kesedihannya yang melebur menjadi satu selain dengan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
Detak menunggu kehadiran Bagas dalam diam, tidak berani beranjak dari tempatnya saat ditinggalkan Bagas, takut Bagas akan berubah jahat lagi.
Setelah lebih dari sepuluh menit, Detak curiga Bagas lupa kalau dirinya masih ada di apartemennya dengan segala pertanyaan yang terus menerus menghinggap di kepalanya tentang wanita seksi tadi.
Detak mulai mengantuk dan kakinya sudah mulai pegal karena berdiri cukup lama di depan pintu. Detak kesal, mana mungkin Bagas melupakannya begitu saja setelah memanfaatkan dirinya untuk menghindari wanita tadi.
Dengan segala kekesalan yang tercipta, Detak berjalan masuk dan mencari Bagas ke kamarnya. Tidak peduli sifat aneh yang mana lagi yang akan keluar dari diri Bagas, yang Detak inginkan saat ini adalah keluar dari apartemen Bagas dan tidur di apartemennya sendiri.
Detak memasuki kamar Bagas tidak gentar, dicarinya sosok lelaki tampan itu di dalam kamarnya tapi tidak mendapati apa-apa lalu menoleh ke arah kamar mandi. Detak mendekat ke arah kamar mandi mencoba mendengar suara Bagas dari dalam.
"Bagas?" panggil Detak.
Tidak ada jawaban apapun selain suara air terjatuh dari shower.
"Bagas!" panggil Detak dengan suara yang lebih kencang berharap Bagas dapat mendengar suaranya.
Tidak ada jawaban lagi.
Kali ini Detak mengetuk pintu keras-keras karena merasa cemas jika Bagas di dalam sana kenapa-napa, tapi tidak ada jawaban juga. Dengan kecemasan maksimal, Detak mencoba membuka pintu kamar mandi dengan satu dorongan kuat yang membuatnya sedikit terdorong masuk ke dalam karena ternyata pintunya tidak dikunci.
Mata Detak membulat, tangannya mulai gemetar saat melihat keadaan Bagas saat ini. Bibir putih memucat, keadaan basah kuyub, badan gemetaran, pandangan mata kosong. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau Detak akan bertemu dengan sosok Bagas yang -- lemah.
Dengan cepat Detak mematikan aliran air dan memukul-mukul pelan pipi Bagas agar sadar. Mata Bagas menatap matanya, tapi Detak sangat yakin kalau di pandangan Bagas bukan Detaklah yang berada di hadapannya saat ini, karena Bagas langsung memeluknya erat-- erat sekali sampai rasanya ingin menangis.
Detak membiarkan tubuhnya menjadi basah karena pelukan Bagas, kalau itu bisa membantunya mendapat kehangatan.
Dan Detak dibuat terkejut saat merasakan sesuatu yang hangat di bahunya.
Air mata Bagas.
****
Yeee part 9 done, adakah yang menunggu cerita ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.