Aneh

3.3K 258 14
                                    

Sampah bekas makanan ringan dan beberapa kaleng soda berserakan dimana-mana, sedangkan sang pelaku malah sedang asyik main pes dan ada juga yang sedang menatapi layar ponselnya berharap layar itu menyala karena notifikasi yang masuk, tapi sudah lenih dari 20 menit layarnya tidak berubah sedikitpun.

"Shit!" umpat Bagas saat Bobby berhasil mencetak gol yang keempatnya, dengan begitu selisih gol mereka adalah 1-4 sedangkan Bobby tertawa puas karena tidak terkalahkan.

Bagas yang benci kekalahan berusaha sebisa mungkin untuk memperkecil ketinggalannya. namun, tiga menit kemudian Bobby berhasil kembali membobol gawang Bagas.

"argh!!!"

umpatan Bagas tertahan ketika Dimas berteriak frustasi.

"Kenapa lo?" tanya Bobby penasaran.

"Chat gue di read doang, sialan!"

"Hahaha mampus lo!" ejek Bagas senang karena baru kali ini dirinya melihat Dimas frustasi hanya karena satu cewek.

"Emang lo chat apaan?" tanya Bobby lagi sambil menghampiri Dimas setelah menyimpan stik pes sembarangan.

"Gue chat 'malam Resca'" jawab Dimas yang refleks Bobby dan Bagas tertawa mengejek.

"Gimana mau bales, chat lu isinya kagak penting gitu!" komentar Bobby.

Komentar Bobby barusan makin membuat Dimas frustasi, dengan sebal dia membanting ponselnya ke atas sofa dan langsung beranjak dari duduknya lalu berjalan ke balkon.

Disulutnya satu puntung rokok lalu setelah tersulut dia hirup dalam-dalam untuk melampiaskan kekesalannya.

"Segitunya lo suka sama Resca?" tanya Bobby sambil menghampirinya.

Dimas yang ditanya hanya diam tidak menjawab, pikirannya saat ini sedang pusing karena dia juga tidak tahu mengapa dirinya bisa menyukai Resca yang berbanding terbalik dengan semua mantannya itu.

"Gas! Cewek jutek tadi kamarnya sebelah lo kan?" teriak Bobby semangat karena telah menemukan hal yang lebih menarik daripada meladeni Dimas yang sedang galau.

"Iya," jawab Bagas.

Dengan semangat 45, Bobby berusaha memanjat batas tembok dan beraksi bak spiderman yang bisa menempel di dinding. Hembusan angin kencang tidak semena-mena membuat semangat Bobby berkurang, malah ia makin merasa tertantang.

Kira-kira jarak setengah meter antara balkon ruang tv Bagas dengan balkon kamar Detak, itulah mengapa Detak bisa mendengar percakapan privasi Bagas dengan Melly waktu itu.

"Ce~wek!" panggil Bobby usil sambil mengetuk-ngetuk pintu kaca kamar Detak.

Bagas yang penasaran dengan kelakuan Bobby pun segera menyusul ke balkon.

"Si Bobby loncat apa gimana dah bisa nyampe situ?" tanya Bagas pada Dimas yang tidak dijawab Dimas.

"Ce~wek!" panggil Bobby lagi dengan suara yang makin kencang.

***

"Besok Kakak jemput ya, pokonya kamu harus mau!"

"Kenapa enggak sendirian aja sih? Kakak kan tau aku enggak suka pesta."

"Please bantu Kakak...kalau kamu enggak bisa, Kakak terpaksa harus dateng sama cowok berengsek itu!"

"Ce~wek!"

Detak mendengar ada yang berteriak dari arah kamarnya.

"Kakak jemput besok ya? Jam 7 malem."

"Yaudah iya," jawab Detak cepat dan langsung menutup panggilan untuk bergegas ke dalam kamar untuk memeriksa keadaan.

"Hey!" sapa lelaki yang ia lihat di lift bersama Bagas dan satu lelaki lainnya.

Detak terdiam di depan kamarnya, dia tidak tahu harus melakukan apa. Dilihatnya saja Bobby yang teriak-teriak meminta dibukakan pintu oleh Detak. Lalu tidak lama suara bel pintu berbunyi.

Dengan setengah berlali Detak menuju pintu depan untuk meminta tolong pada siapapun yang menekan belnya dan Detak berharap orang itu Kak Denyut.

Tapi harapannya kandas saat melihat Bagaslah yang berada di depan pintu apartemennya sekarang.

"Gue cuman mau mastiin lo aman," kata Bagas cepat setelah Detak membukakan pintu.

"Maksud lo?" tanya Detak.

"Izinin gue masuk, gue gabisa ngebiarin lo berduaan sama Bobby," jawab Bagas.

Sebelum Detak membalas perkataan Bagas lebih lanjut, obrolan mereka terhenti karena interupsi dari Fikri.

"Gas lo ngapain?" tanyanya.

Detak rasanya ingin melompat saking senangnya Fikri datang di saat yang tepat.

"Si sialan Bobby berulah lagi!" jawab Bagas tapi sikap Fikri acuh tak acuh saat mendengarnya.

"Gue bawa martabak, ajak cewek lo juga kalau dia mau," balas Fikri sambil melenggang masuk ke dalam apartemen Bagas.

Kelakuan Fikri barusan membuat Detak menganga kebingungan. Mengapa Fikri bersikap seolah-olah tidak mengenalnya?

"Kebetulan temen gue bawa martabak dan enggak ada yang suka selain dia, jadi lo musti ikut gue buat bantu dia makan!" ajak Bagas sedikit memaksa.

"Oke," jawab Detak cepat karena ingin tau alasan mengapa Fikri bersikap aneh.

Untuk kedua kalinya Detak memasuki apartemen Bagas, isinya masih sama seperti kali pertama ia masuk, didominasi warna hitam dan putih, namun bedanya kini banyak sampah plastik bekas snack berserakan dimana-mana.

Matanya menyapu seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Fikri dan ia menemukannya tengah berjalan ke arahnya dengan membawa sepiring penuh martabak telor.

"Cewek lo cantik juga, kenalin gue Fikri," kata Fikri sedikit dingin.

Detak diam saja, tidak memikirkan apapun selain berubahnya sikap Fikri padanya sehingga ia tidak sadar kalau Bagas diam saja tidak menyangkal kalau Detak adalah 'cewek'nya.

Dada Detak sesak, ia tidak tahu apa alasan sebenarnya Fikri besikap aneh. Padahal tadi sore Fikri baru saja mentraktirnya makan dan saling wawancara satu sama lain.

"Jing! Cewek sebelah sombong amat kagak ngebukain pintu!" maki Bobby tanpa sadar kalau cewek yang sedang ia maki-maki berdiri di depannya.

"Lo tau perbuatan lo barusan bisa gue laporin ke polisi?" tanya Detak pada Bobby yang kini sedang tersenyum canggung padanya.

"Cih lebay amat!" sahut Fikri sebelum menyulut sepuntung rokoknya.

Detak membelalakan matanya, dia bertanya pada dirinya sendiri apa ia tidak salah dengar? Fikri mencemooh dirinya? Dan tunggu, sejak kapan Fikri merokok?

"Sorry, gue bakalan mastiin lo aman kalau tuh kunyuk satu ada di sini" kata Bagas.

"Gue balik duluan! Kucing gue belum makan," kata Fikri sambil beranjak dari duduknya lalu keluar tanpa melirik Detak sedetikpun.

Detak hanya bisa melihat punggung Fikri yang makin menjauh dan hilang dimakan tembok. Hatinya terasa perih saat Fikri mencemoohnya. Rasanya ia akan menangis.

"Gue juga ya, udah ngantuk," kata Detak.

"Bye bye bananas pajama!" jawab Bobby ramah.

Sebenarnya Detak berniat untuk mengejar Fikri lalu menanyakannya, tapi saat Detak keluar, lift sudah tertutup dan Detak masih menyimpan tanda tanya besar atas anehnya sikap Fikri padanya.

****

Gimana? Adakah yang ingin kulanjut cerita ini?

DetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang