Sudah sepuluh hari Detak tidak bertemu Bagas ataupun Fikri, mengingat pekan UTS yang sudah tiba dan semua orang pasti mempersiapkannya, termasuk dirinya dan Jasmine.
Orang lain mungkin mengira Jasmine ini orang yang santai menjalani kuliahnya tapi setelah melihatnya secara langsung, Detak tau kalau Jasmine cukup punya obsesi yang tinggi. Jasmine bahkan sampai menginap 2 hari 2 malam untuk belajar dengannya. Meskipun begitu, Detak tidak terganggu sedikitpun bahkan sebaliknya Detak merasa senang karena punya teman yang bisa diajak diskusi saat kebingungan. Tidak seperti dulu, dia harus menunggu Denyut pulang untuk sekedar bertanya beberapa soal.
"Detak, kakak enggak mau tahu kamu harus pulang hari ini juga! Nanti malem kakak mau diskusi tentang pernikahan sama Mama dan Papa. Kamu juga harus ikut."
Detak melihat pesan masuk dari Kak Denyut yang khas, jujur saja dirinya tidak begitu setuju kakaknya akan menikahi laki-laki yang sudah membuat kakaknya menangis dulu, tapi bagaimana lagi kalau memang Kak Raffleslah pilihannya.
Mungkin sebenarnya orang yang menyakiti paling sakit itu adalah orang yang paling kita cintai. Entahlah, Detak tidak berpengalaman.
"Jam 8 harus udah ada di rumah, kalau nggak kakak bakal jemput kamu dari apartemen!"
"Iya kak aku bakal dateng."
"Jam 8!"
Detak melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Sekarang masih jam 5 itu artinya dia harus segera mandi, siap-siap, dan berangkat sebelum jam 6 supaya tidak telat. Walaupun Kak Denyut menyuruh Detak datang jam 8, Detak harus datang paling tidak sejam sebelumnya untuk bantu-bantu.
Detak menyimpan ponselnya di kasur begitu saja setelah berpikir untuk mandi.
***
Bagas berjalan dengan senyuman lebar di wajahnya akhirnya setelah seminggu berturut-turut bulak balik ke time zone, dia berhasil mendapatkan boneka yang Detak mau.
Bagas memang bisa saja menyuruh orang untuk mengambilkan boneka itu tapi dia memilih untuk berusaha sendiri dan inilah yang dia dapatkan. Kepuasan batin.
Bagas masuk lift dan segera menekan angka 12, senyumannya makin lebar tatkala membayangkan wajah Detak nanti saat dia memberikan bonekanya.
Bagas baru saja akan menekan bel Sedetik sebelum detak membukakan pintunya dengan tergesa. Mereka berdua terkejut dengan kehadiran masing-masing bahkan Detak sempat sedikit berteriak.
"Ya?" tanya Detak penasaran melihat Bagas.
"Ta-da~!" kata bagas semangat sambil menunjukkan boneka di depan wajah Detak.
"Ini boneka yang di Timezone?"
"Iya!"
Detak mengangguk tanda percaya tapi tidak menunjukkan ekspresi kagum dan semacamnya, biasa saja.
"Buat lo!"
"Loh kenapa, gue kan udah punya 2 boneka yang waktu itu?"
Mendapat Respon yang tidak sesuai bayangannya membuat senyum Bagas mulai memudar, saat ini rasanya Bagas ingin sekali mencubit pipi Detak sampai perempuan itu sadar. k
Kata siapa cowok itu nggak peka, cewek juga bisa nggak peka! contoh nyatanya perempuan yang ada di hadapannya itu.
"Ya udah kalau kagak mau!"
Melihat ekspresi Bagas yang setengah marah dan setengah sedih membuat Detak memutar otaknya untuk memahami situasi.
"Eh bentar, gimana kalau kita barter aja? itu buat gue dan lo boleh pilih salah satu boneka yang gue dapat," tawar Detak dengan percaya diri karena berpikir Bagas akan setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak
Teen FictionBerawal dari satu malam ketika Detak membawa seorang lelaki ke dalam kosannya, tanpa disadari itu adalah awal mula dirinya membuka celah untuk lelaki itu masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Inilah cerita tentang Detak dan lika-liku kehidupannya.