Bel terakhir sudah berbunyi. Artinya, pelajaran hari ini sudah selesai. Kelas X MIA 1 membereskan buku-bukunya untuk dimasukkan ke dalam tas. Begitupun dengan Carla, dia membereskan buku-bukunya dengan perasaan yang tidak tenang. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa dia memang akan menjemputnya? Atau, malah dia akan ditertawakan oleh anak laki-laki IPS? Yang dia pikir, mereka sedang menjahilnya.
"Lo tenang," Anggun menepuk pundak Carla. "Gue yakin itu pasti dia." Dia membantu Carla memasukkan buku ke dalam tas. Karena sejak tadi, Carla begitu perlahan memasukannya dan dengan tatapan kosong. "Ayo cepet," Anggun menarik tangan Carla.
"Gue malu kalo kenyataannya semua itu bohong." Carla menghentikan langkahannya, sekaligus melepaskan tangan kanannya dari pegangan Anggun. Dia melihat anak laki-laki memperhatikannya dari kejauhan. Kecurigaannya semakin yakin. "Gue takut, Ilhan yang ngelakuin ini cuman buat balas dendam sama gue." Dia menyandarkan tubuhnya ke tembok kelas X IBB.
Anggun melihat Carla dengan sinisnya. Dia berjalan mendekat Carla yang mulutnya semakin menekuk. "Hidup lo banyak takutnya. Kapan lo maju?" tanyanya dengan sinis. Dia meninggalkan Carla yang masih berdiri tegak agak menunduk.
Perlahan, mata Carla melihat langkah Anggun yang terus berjalan meninggalkan dirinya. Benar yang dibilang Anggun. Kapan mau maju, kalo yang gini aja banyak takutnya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk melewati anak laki-laki IPS, walau mereka terus memperhatikannya. Jantungnya berdebar. Entah kenapa.
Seseorang memegang siku Carla. Carla terkejut dan ketakutan. Dia memberanikan diri untuk menoleh. Ternyata Ilhan.
"Tangan kiri kamu kenapa?" tanya Ilhan. Matanya melihat siku tangan kiri Carla yang memang diperban.
Carla terdiam menatap Ilhan. Dia bisu seribu bahasa. Bingung akan menjawab apa. Dia memperhatikan perban yang menempel di siku tangan kirinya. "Tadi jatoh dari motor." Akhirnya dia berani untuk membuka mulutnya. Dia berusaha melepaskan pegangan Ilhan dan pergi meninggalkan sekolah petang dua.
*****
Carla mencari temannya yang berada di petang 1. Dia mencari Jihan di kelas X IIS 2, tapi ternyata sudah tidak ada. Kemudian, dia mencari Dila di kelas X MIA 6, tapi tidak ada. Dia merasa bingung, harus keluar gerbang bersama siapa. Matanya terus mencari Anggun. Dia berharap Anggun masih berada di petang 1, belum keluar gerbang.
Akhirnya Carla melihat Anggun yang masih berada di pinggir lapang kelas X MIA. Terdengar suara anak laki-laki IPS di telinganya, dia membalikkan badan dan ternyata mereka memang sedang berjalan ke arah berdirinya sekarang. Dia berjalan lebih cepat untuk menghampiri Anggun.
"Nyun!" Panggil Carla. "Ayo ke depan!" dia dengan cepat-cepat menarik tangan Anggun.
Carla, Anggun, Ineu, Kitri dan Najla berjalan bersamaan untuk keluar gerbang. Mata mereka bersamaan mencari si penulis surat. Melihat teman-temannya yang terus mencari, jantung Carla semakin berdebar. Akhirnya, dia memutuskan untuk menundukkan kepala saja, biar teman-temannya yang mencari. Itupun jika ketemu.
"Lo coba buka HP. Dia 'kan mau kontak lo sebelumnya," suruh Anggun. Di dalam kertas, memang tertulis, dia akan menghubungi Carla lewat medsos agar lebih mudah.
"HP gue low." Jawab Carla singkat.
"Tuh!" teriak Kitri.
Mendengar teriakkan Kitri. Bukan main, jantung Carla benar-benar berdebar. Dia memberanikan diri untuk melihat seseorang yang dimaksud Kitri. Ya, dari samping memang terlihat, seperti dia seseorang yang mengaku menulis surat itu. Dia duduk di atas motor KLX berwarna hijau dan sedang berbicara bersama Anwar dan Ilhan. Mereka saling kenal karena sama-sama pemain futsal.
Seseorang itu melihat Carla. Bahkan mereka saling bertatapan. Dia melambaikan tangan kanannya pada Carla, mengisyaratkan untuk menghampirinya.
Anggun mencubit perut bagian samping Carla. "Lo cepet sampirin dia." Suruhnya dengan suara pelan.
Tanpa basa basi. Carla menyebrang dan menghampiri penulis surat.
"Hai," Sapa penulis surat sambil tersenyum.
"Hai Restu," Jawab Carla agak malu. Memang antara mereka sudah lama tak berkomunikasi, sehingga ada kecanggungan.
Oh ya, namanya Restu Zahiran. Dia adalah mantan kekasih Carla waktu SD. Dia juga laki-laki yang selalu ada dipikiran Carla selama masa SMP, bahkan sampai sekarang. Ini pertama kalinya lagi mereka berbicara, biasanya mereka hanya saling melihat tanpa kesengajaan.
"Tangan kamu kenapa?" Restu memperhatikan perban yang menempel pada siku tangan Carla.
Carla kebingungan dengan pertanyaan Restu. Jika harus dikatakan jujur. "Gue jatoh, karena gue liat lo diboncengan sama cewek." Ujarnya dalam hati. Mengingat hal itu, dia menjadi kesal. "Intinya aku jatoh dari motor." Jawabnya agak jutek.
"Kamu bawa motor?" tanya Restu.
Carla hanya mengangguk sambil memalingkan matanya kemana saja. Dia baru tersadar, sejak tadi ada anak laki-laki IPS ada di belakang mereka dan memperhatikan mereka berdua.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Kita bisa 'kan keluar sebentar?" ajak Restu.
Carla tak terkejut mendengar ajakan itu. Dia memang sudah tau maksud Restu yang menulis di dalam surat yang akan menjemputnya pulang sekolah. "Yuk aja sih. Kalo udah dari luar, kamu anter aku ke rumah temen. Aku nyimpen motornya disana."
"Oke siap!" Restu tersenyum dengan antusias. Kepalanya memiring, mengisyaratkan Carla segera menaiki motornya. Tanpa basa basi, Carla menaiki motornya, duduk manis. Hati Carla kembali bergetar, ini pertama kalinya dia dibonceng oleh Restu.
"Wang, gue duluan." Pamit Restu. "Semuanya, gue duluan."
Carla melihat Anwar. Dia melihat Anwar mengatakan sesuatu tanpa suara. "Sukses." Dia tersenyum sambil mengangguk. Carla tahu, Anwar yang mengatakan semuanya pada Restu tentang curhatan beberapa hari minggu lalu, dia menceritakan semuanya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MENGIKHLASKAN
Teen FictionTak ada hal yang harus Carla tolak jika dia datang kembali. Walau sudah berulang kali perjuangannya tidak dihargai. Jika dia menolak. Mungkin itu adalah hal paling bodoh selama 3 tahun ini dia perjuangkan dan menunggu. Laki-laki itu datang tanpa keb...